22 - I Trust You

854 111 13
                                    

"Apa yang kau lakukan, Ran?!"

Seruan itu membuat Ran menjauhkan ponsel dari telinganya. Bentakan dari Anry membuatnya gemetar menghadapi sifat amarah kakak sepupunya.

"Kau tidak sadar Sharon sudah terlalu jauh dan kau membiarkannya? Lihat, sekarang orang-orang semakin yakin bahwa kalian berpacaran. Bagaimana dengan [Y/N]? Kau ingin menyakitinya lagi? Ini sudah kedua kalinya, Ran."

Ran kaku sesaat. Ia benar-benar tidak mengira Anry akan sangat marah padanya.

"Ma-maaf, aku benar-benar teledor, Anry. Sejak pagi aku tidak sempat membuka iMess karena notifikasiku penuh dengan ratusan ucapan."ucap Ran gugup. Bahkan Yuki dan Yuji mendengar amarah Anry walau Ran tidak menyalakan loudspeaker.

"Ran, kau sudah punya pacar, seharusnya kau memeriksa pesan dari dia dulu. Kau tidak membalas pesannya dan kau malah merespon Sharon? Pria macam apa kamu."geram Anry di balik kemudi mobil.

"Aku.. aku salah, aku terlalu senang dengan hari ini. Tapi responku terhadap Sharon itu sebatas teman saja."

"Iya benar, tapi orang-orang akan serius menganggap kalian berpacaran dan kau tampak meresponnya dengan hati senang."Anry berdecak kesal. "Aku akan memintanya untuk menghapus postingan itu."

"Ja-jangan, Anry, tidak perlu seperti itu."cegah Ran.

"Lalu? Dengarkan aku, Ran. Orang-orang yang ada di pengikut Instagram Sharon itu 50% mengikuti akunmu juga. Kalau misalkan Sharon bukanlah temanmu dan hanya sebatas penggemar, postingan itu akan dianggap biasa saja, tapi kali ini adalah Sharon, wanita yang mengejarmu sejak lama."

Ran kehabisan kata-kata. Anry tidak mungkin akan tinggal diam jika urusan ini sudah menyangkut [Y/N]. Tampaknya kakak sepupunya itu sudah menemukan calon adik ipar kesayangan.

"Aku akan menghubungi [Y/N]. Kau tidak perlu menghubunginya dulu, biarkan aku menjelaskan padanya."sambungan telepon langsung dimatikan dan jantung Ran masih berdebar cepat. Bahkan kemarahan Anry bisa mengalahkan kemarahan Yuki saat anggota timnya tidak berlatih serius.

"Kakak sepupu yang galak."ucap Yuji lalu duduk di samping Ran. "Anry benar, kau seharusnya menjaga perasaan pacarmu, bukan wanita lain, apalagi wanita itu masih mengejarmu."

Yuki menyusul duduk di samping kiri Ran. Ketiganya duduk memandangi lapangan yang kosong. Hanya net dan bola voli yang tersebar di lantai.

"Semenjak bersama Koga, aku tidak pernah lagi merespon godaan perempuan lain. Untuk penggemar masih bisa ditoleransi, namun jika yang menggoda adalah temanku atau kenalan Koga, maka aku tidak akan diam saja."ucapan serius itu keluar dari bibir Yuji.

"Jangan jadi pria yang takut, Ran. Kau punya seorang gadis, seorang pacar, seharusnya kau menjaga dan melindunginya, bukan menyakitinya. Bukankah kemarin kau ada mengatakan kau tidak akan membiarkan orang lain menyakitinya? Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri?"

Yuki mengambil alih pembicaraan. Ran tertunduk lemas dengan keringat yang membasahi wajahnya. Ia tidak menyangka akan serumit ini.

Tiba-tiba ponsel Ran kembali berdering dan kali ini Rui meneleponnya.

"Permisi, Rui meneleponku."Ran menjauhi tribun, meninggalkan Yuji dan Yuki.

"Oha–"

"Ayolah kuharap ini yang terakhir kalinya kau berbuat salah dengan [Y/N]."

Tanpa mengucap salam pun Rui langsung membantainya dengan omelan yang sama seperti Anry.

"Rui, aku mohon, aku sudah dibantai Anry dengan ocehannya."Ran meringis. "Aku menyadari kesalahanku. Aku akan menghubungi [Y/N]. Ngomong-ngomong, bagaimana kau tahu aku sudah berpacaran dengan [Y/N]?"

Dopamine | Ran Takahashi x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang