49 - Incident

428 63 2
                                    

Anry memarkir mobilnya cukup jauh dari pintu masuk. Tempat parkir yang lain sudah penuh dan ia tampak kesal. [Y/N] lihat sekilas ekspresi sebal Anry. Sudah begitu, helaan napasnya berat, yang artinya dia memang sedang kesal dengan dirinya sendiri.

"Kau baik-baik saja, Anry?" celetuk Jocelyn karena mereka belum kunjung keluar dari mobil.

"Oh, ya. Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit kesal karena parkirannya jauh dari pintu," jawabnya. "Salahku. Aku telat bangun. Aku pikir pertandingannya sore."

"Maaf sudah merepotkanmu. Kau harus menjemput kami sebelumnya." [Y/N] menyatukan tangan, lantas kepalanya menunduk. Anry mencegah [Y/N].

"Harusnya aku yang meminta maaf. Baiklah, lebih baik kita keluar sebelum kursi favorit kita direbut."

Ketiganya turun dari mobil. Kerumunan orang lebih banyak dari pertandingan sebelumnya. Antrean di depan pintu mengular hingga mereka harus menambah petugas. Belasan bus dengan spanduk di sisinya berdatangan dan parkir di samping mobil Anry. Itu rombongan penggemar dari berbagai prefektur. Mereka rela jauh-jauh datang demi mendukung timnas Jepang.

"Baru babak klasifikasi terakhir saja sudah seramai ini. Bagaimana saat final nanti," ujar Jocelyn mendelik. Penggemar dari kalangan semua umur ada di sini. Mereka bersama-sama berjalan ke arena dengan tertib.

"Kalau final pastinya harus datang dua jam lebih cepat," sahut Anry di depan. Mereka berjalan beriringan, lalu mengantre seperti yang lain. Tidak ada privilese bagi kerabat atlet kecuali saat sesi final. Mereka harus mengantre kecuali pihak yang menggelar turnamen serta petinggi di asosiasi.

Setelah menunggu dua puluh menit, mereka disuguhkan dengan suasana arena yang meriah. Para penonton dari berbagai negara sudah mengamankan kursi terbaik. Mereka menyoraki tim favorit mereka dengan bahasa masing-masing. [Y/N] tertawa. Baginya suasana seperti ini sangat menakjubkan. Di mana semua orang berkumpul untuk mendukung kebolehan jagoan mereka di lapangan.

"Di sana!" Anry menunjuk tiga buah kursi di bawah. Tepat di sampingnya ada Rui dan teman-temannya.

"Hei! Kalian hampir terlambat." Rui melambai, tertawa. Sekejap [Y/N], Anry, dan Jocelyn menghampiri kursi di sana. Ternyata Rui mengamankan kursi tersebut dengan tulisan reserved.

"Kata siapa ada reservasi di babak klasifikasi terakhir?" Anry duluan duduk di kiri Rui, diikuti [Y/N] lalu Jocelyn tepat di samping undakan.

"Permintaan Ran sendiri." Rui mengulurkan tangan ke layar raksasa yang menayangkan Ran saat diwawancara. Ia memiringkan kepalanya untuk melihat [Y/N]. "Kau mungkin tertarik untuk membaca tulisan di kursimu."

[Y/N] memiringkan kepalanya, bingung. Ia maju sedikit dan kepalanya menoleh ke belakang. Seketika matanya membulat membaca isi dari tulisan di kursinya.

One and only, my better half.

Waktu seakan berhenti di sekelilingnya. Ia menggapai kertas yang dilekatkan di sandaran kursi, menyentuhnya pelan. Guratan tulisan tangan Ran ternyata seperti itu, tegas dan rapi. Beberapa huruf agak melenceng karena menulisnya di atas permukaan yang tidak datar. [Y/N] mencabut kertas itu dan menyimpannya di dompet.

"Sudah cocok jadi novel romance sepertinya," ejek Jocelyn berbisik. [Y/N] menyikut bahu Jocelyn dengan senyum tertahan. Anry menggeleng maklum.

Pembawa acara wanita menyapa seluruh penonton dengan semangat. Ia menggunakan bahasa Jepang, lalu rekan laki-lakinya menggunakan bahasa Inggris sebagai penerjemah. Gemuruh tepuk tangan menggema, menambah euforia para penonton.

Setelah menyapa, kini pembawa acara memperkenalkan masing-masing tim dari dua negara yang akan bertanding. Hari ini, 17 September 2021, adalah hari pertama babak semifinal 2021 Asian Men's Volleyball Championship, dengan negara yang bertanding adalah Jepang dan Cina.

Dopamine | Ran Takahashi x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang