01 - Prolog

3.9K 267 7
                                    

Pria bersurai hitam itu terduduk lemas di undakan paling bawah di gedung asrama atlet. Ia belum kembali ke kamarnya sejak pertandingan perempat final satu jam yang lalu berakhir. Kedua iris hitamnya terlihat sendu dan sedikit berair. Ia menggenggam erat botol minuman di depannya, melampiaskan kegagalannya di ajang Olimpiade pertamanya.

Beberapa kali juga bibirnya meloloskan umpatan-umpatan kecil, merasa kesal dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa mereka telah gagal mengalahkan negara lain. Ia kemudian menggigit bibir bawahnya, tidak sakit namun cukup untuk membuatnya tenang sesaat.

"Aku benar-benar payah."ucapnya tidak terlalu keras.

"Aku mendengarmu."sebuah suara menginterupsi dirinya dari lantai di atasnya. Seorang pria dengan surai berwarna hitam cokelatan menuruni anak tangga hingga di undakan terbawah. Handuk kecil menggantung di lehernya. Tetesan-tetesan air masih terdapat di ujung rambut pria yang kini menepuk-nepuk punggung pria dengan tinggi 188 cm.

"Ayolah, jalanmu masih panjang, ini bukan akhir dari segalanya, Ran."

Pria dengan panggilan Ran hanya bisa menghela napas. Ia pun menoleh ke kanan, di mana sosok pria satu tahun di atasnya itu hanya bisa menyunggingkan senyum.

"Tidak perlu sedih berkepanjangan, lebih baik kau berlatih lebih giat dan tunjukkan kepada semuanya di olimpiade Paris."pria itu kembali menepuk punggung Ran, menenangkannya walau hatinya sendiri juga sesak.

"Terima kasih, Yuji."Ran membalas menepuk punggung teman sekamarnya. Yuji kemudian pamit lebih dulu, meninggalkan Ran yang masih duduk diam merenungi permainannya hari ini.

"Sial."ia pun kemudian merogoh ponselnya dari saku celananya. Ada banyak notifikasi yang masuk dari akun media sosialnya. Beberapa dari teman sekolah dan juga teman kuliahnya yang memberi dukungan, lalu sisanya dari para penggemarnya di seluruh dunia melalui aplikasi Instagram.

Senyumnya sedikit mengembang saat membaca pesan-pesan tersebut dari panel notifikasi tanpa harus membuka direct message. Sebagai seorang atlet pendatang baru berusia 19 tahun yang memperkuat timnas voli Jepang di ajang olahraga internasional, berita mengenai dirinya langsung viral hingga ke seluruh dunia. Tak sedikit yang terpukau atas aksi Ran Takahashi dengan posisi wing spiker di Olimpiade pertamanya.

Ada banyak sekali penggemarnya yang kini memposting foto dirinya saat pertandingan sebelumnya dengan caption menyemangati dirinya. Ia juga tidak menyangka bahwa dirinya bisa melangkah hingga ke titik di mana ia bisa bergabung bersama atlet profesional lainnya.

Ting!

Sebuah notifikasi muncul di panel saat ia baru saja keluar dari aplikasi Instagram. Sepupu perempuannya, Anry, mengirim beberapa pesan yang membuatnya harus membacanya pelan-pelan. Tidak hanya sebuah pesan, namun ada sebuah video kakak laki-laki Ran, Rui Takahashi. Ia pun membuka direct message dirinya dengan akun Anry.

Ia kemudian menutup kembali akunnya setelah melihat video Rui. Sebagai seorang atlet yang namanya mulai melejit, Ran untuk sementara menghindar untuk berlama-lama membuka Instagram, takut jika jarinya tanpa sengaja membuka direct message penggemarnya atau semacamnya, karena Ran sendiri sedikit grogi jika sudah berhadapan dengan penggemarnya. Entah itu malu, atau tidak percaya diri.

Ia memilih membalas pesan tersebut dari panel notifikasi. Video dari Anry tersebut adalah Rui terlihat berteriak menyemangati Ran dan sebuah kalimat-kalimat bijak lainnya. Ran menggeleng melihat kelakuan kakaknya itu, ia pun tertawa lepas.

Kau terlihat konyol!😂

Sent

Ran kemudian langsung mematikan ponselnya dan mengantonginya. Ia pun segera menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai lima, kamar di mana dirinya dan Yuji tempati selama olimpiade berlangsung. Beberapa menit lagi pelatih meminta mereka untuk berkumpul, sehingga Ran harus melakukan pembersihan diri terlebih dulu.

Dopamine | Ran Takahashi x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang