32 - Goes Viral

711 108 1
                                    

Pagi yang mendung serta suhu yang dingin di Tokyo membuat rekan-rekan tim voli nasional berangsur malas untuk bangkit dari tempat tidur mereka. Jam makan pagi sudah 15 menit berlalu, namun yang baru terlihat batang hidungnya di ruang makan hanya Ran dan Yuki, sisanya masih mendekam di kamar masing-masing. Kebetulan juga latihan intensif hari ini dimulai pukul 10, sehingga masih ada waktu 4 jam lagi untuk bersiap.

"Bagaimana tadi malam?"Yuki melahap makanan dari sumpitnya, sementara yang diajak bicara belum menyentuh sarapannya sama sekali. Tumben sekali.

"Berjalan lancar. Kami makan di kedai ramen langganan, lalu pergi ke taman. Hanya saja, ada sesuatu yang mengganggu perasaanku."

"Apa itu?"

Ran menarik napas dalam-dalam. Seraya melahap sarapannya, ia pun mengutarakannya kepada orang yang paling ia percayakan.

"Aku sadar ada seseorang yang menguntit kami berdua."ucapnya sedikit berbisik.

Lantas Yuki mengerutkan keningnya. Ia pikir selama ini asrama atlet tempat mereka tinggal bebas dari sentuhan paparazi dan semacamnya. Namun sampai pada saat Ran menceritakannya, barulah ia menyadari bahwa privasi Ran serta lingkungan asrama telah jebol.

"Lalu apa yang kau lakukan?"

"Sebisa mungkin aku menutupi [Y/N] dari paparazi yang mengambil foto kami. Aku mulai sadar sejak kami berjalan kembali dari kedai ramen."

Yuki menyentuh dagunya, berpikir ala Sherlock Holmes dengan segala hipotesisnya.

"Seingatku jalan di kawasan situ sangat sepi jika sudah tengah malam. Apakah kalian ada melihat orang berlalu-lalang di sekitar situ?"Yuki bertanya, menerka-nerka.

Ran menggeleng langsung. Ia ingat sekali kawasan di sekitar kedai sangat sepi. Namun, ia teringat dengan seorang pria di kedai ramen saat ia dan [Y/N] baru tiba.

"Pria dewasa? Mengenakan setelan jas?"Yuki menggosok pelan dagunya.

"Penampilannya sangat meyakinkan. Saat kami tiba, ia sedang membaca majalah. Hingga saat kami pulang, ia masih ada di sana, memesan porsi kedua."

Yuki menjentikkan jarinya. Dugaan ia masih abu-abu, namun mendengar kesaksian Ran bisa jadi ada hubungannya dengan paparazi itu.

"Apa pria itu membawa kamera? Ah, itu Yuji."Yuki melambai kepada Yuji yang baru bangun. Wajahnya tampak lelah dan sepertinya belum mandi.

"Membicarakan apa?"Yuji langsung duduk di samping Ran, lebih tertarik dengan obrolan kedua rekannya dibanding lauk makan pagi yang masih mengepulkan uap.

"Ada yang menguntit Ran, paparazi."sahut Yuki cepat. "Dugaanku pria berpakaian formal di kedai saat itu, Ran. Aku tidak bisa memastikan, tapi firasatku berkata seperti itu."

Yuji turut mengerutkan keningnya. Mendengar adanya paparazi di sekitar asrama atlet merupakan hal biasa, namun paparazi yang satu ini muncul tengah malam?

"Aku ambil sarapan dulu."Yuji langsung beranjak dari kursinya, bergegas mengambil sarapan sebelum mengantre.

Ran mendesah pelan. Ia sebenarnya tidak takut jika kehadiran [Y/N] disadari penggemarnya dan mulai berasumsi 'itu pacar Ran'. Fakta yang ia cemaskan adalah jika paparazi tersebut memotret dan menyebarkannya dengan opini-opini negatif serta menyeret nama baik [Y/N]. Dalam lingkaran fans, sudah pasti ada penggemar yang mendukung dan tidak mendukung Ran berpacaran dengan gadis pilihannya.

"Sebaiknya kau hubungi [Y/N], memastikan jika foto tersebut sudah sampai di [Y/N] atau belum. Hubungi juga Anry, koneksinya banyak."saran Yuki melahap suapan terakhirnya saat Yuji baru tiba.

Dopamine | Ran Takahashi x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang