33 - Revealed

559 94 0
                                    

"Moshi moshi."

"Jangan bilang kau baru bangun, Ran."omel suara perempuan di seberang telepon. Ran yang setengah tidur langsung membelalak dan beranjak duduk di tepi ranjang.

"Aku sengaja tidur lagi, aku masih mengantuk. Tumben sekali kau meneleponku."Ran basa-basi meski ia tahu apa yang akan Anry bicarakan.

"Fotomu dan [Y/N] tersebar di Twitter."

Ran mendengus, sudah menduganya. Kebetulan juga Anry menghubunginya, sehingga ia langsung melaporkan apa yang ia alami dengan [Y/N] semalam.

"Dari ciri-ciri yang kau sebutkan, tampaknya ia begitu pintar mencari celah untuk mengejar target. Pastinya lagi, ia memiliki majikan."

Apa yang dipikirkan Anry sama dengan yang di benak Ran. Tidak mungkin orang itu bekerja sendiri, seniat dan senekad itu.

"Tapi kupikir lagi, fotomu dengan [Y/N] tidak mengandung hal-hal negatif. Aku rasa paparazi satu ini masih meraba-raba, sehingga ia hanya mengunggah foto terbaik kalian sebagai bahan gosip."

"Tumben sekali otakmu encer, Ry."Ran terkekeh pelan, lanjut merebahkan diri. Ia menoleh ke samping, melihat jam di kamarnya. Masih ada waktu 30 menit sebelum jadwal latihan mulai.

"Ngomong-ngomong, kau sudah mengabari [Y/N]?"

Ran menggeleng meski tidak dapat dilihat Anry. "Aku sengaja tidak menghubunginya karena ia mungkin masih tidur. Kau tahu 'kan tadi malam dia pulang larut."

"Baiklah. Aku akan mengunjunginya sebentar lagi. Lokasi syutingku satu kawasan dengan hotel tempat [Y/N] menginap."

Ran mengangguk. Ia akan menghubungi [Y/N] setelah Anry memberikan kode hijau.

"Terima kasih, Anry. Kau selalu menolong kami berdua."Ran berucap manis seperti adik yang polos di depan kakaknya. Anry menghela napas lalu menutup panggilan.

Tepat waktu Yuki mengetuk pintu kamar Ran, niat membangunkannya. Ran menyahut dari dalam dan bersiap untuk pergi latihan. Ia tidak berniat membawa ponselnya ke gelanggang, ingin fokus latihan.

Tapi saat layar ponselnya menyala karena notifikasi Instagram, kedua kakinya terhenti langsung. Bukan karena notifikasi tersebut, melainkan karena foto [Y/N] yang menjadi lockscreen-nya. Seorang gadis tersenyum cerah dengan latar belakang perkotaan yang ramai. Foto tersebut diambil saat [Y/N] baru tiba di kantor penerbit. Tentu saja Anry yang memotretnya.

Ran mengelus pelan wajah [Y/N] di layar ponselnya. Entah bagaimana ia sangat jatuh hati dengan perempuan ini, dan semakin hari Ran semakin merasakan betapa pentingnya keberadaan [Y/N] untuknya.

"Aku akan memberitahu dunia bahwa kau milikku."

***

Setibanya di hotel tempat [Y/N] menginap, Anry bergegas ke lobi dan menghubungi [Y/N], namun sosok yang dicari baru saja keluar dari lift.

"[Y/N]!"seru Anry sampai ditegur oleh petugas hotel namun tidak diindahkannya. Gadis yang dipanggil pun menoleh dan langsung berlari menyambar Anry.

"Anry, aku..."

"Tenang [Y/N]. Aku tahu masalah yang kau hadapi sekarang."Anry mengguncang pelan bahu [Y/N], meredakan kekhawatiran kekasih Ran.

"Dengar. Foto tersebut tidak mengandung unsur negatif dan hal-hal menyimpang lainnya. Untuk saat ini, kau coba pelan-pelan menerimanya. Ini risiko, [Y/N]. Berpacaran dengan seseorang yang mempunyai banyak fans perempuan memiliki banyak risiko, terutama penguntit seperti tadi malam."

[Y/N] menunduk. Ia sebenarnya tahu dari awal bahwa inilah yang akan ia rasakan saat berpacaran dengan Ran di awal hubungan, namun tidak disangka akan seperti ini.

Dopamine | Ran Takahashi x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang