18 - Goodluck, Ran!

875 111 7
                                    

[Y/N] memesan makan siangnya sembari dirinya menyelesaikan laporan milik kliennya. Peluh membasahi keningnya walaupun pendingin ruangan sudah diatur ke suhu paling dingin. Notif pesan masuk membuatnya sedikit pusing karena ada banyak sekali koreksi yang harus diperhatikan. Gadis itu sedikit menggerutu karena sejak dua jam yang lalu, kliennya terus-terusan meminta perbaikan.

Tepat pada pukul satu siang, kliennya yang berasal dari perusahaan industri kayu mengambil laporan tersebut. [Y/N] bersyukur di hari Minggu ini ia hanya mengerjakan laporan tersebut tanpa harus bepergian seperti kliennya tadi, yang mengenakan stelan rapi dengan logo perusahaan di dada kirinya.

Sejenak ia memandang perkotaan dari apartemennya, lalu terdengar suara bel pintunya. Ia dengan senyum lebar mengambil beberapa lembar uang dan menyambar pintunya, namun yang ditemuinya bukanlah kurir pengantar makanan.

"Halo, [Y/N]."

Gadis yang disapa hanya mengerutkan keningnya dengan sorot mata tidak suka. Seorang perempuan dengan pakaian super stylish berdiri centil di depannya, memutar-mutar helaian rambut dengan jari telunjuknya.

"Apa maumu, Jeyna?"tanya [Y/N] ketus. Ia sudah cukup sabar menghadapi sifat Jeyna yang selalu di luar batas. Gadis itu sudah memiliki Gerald, mantan [Y/N], lantas apalagi yang ia inginkan?

"Oh, tenanglah, sweetheart. Aku sedikit kesal kau tidak menanggapi pesanku, jadi, ini."Jeyna menyodorkan sepucuk undangan berwarna emas dan putih. "Spesial untukmu, sayang."ucapnya lagi dengan centil.

[Y/N] memasang ekspresi jijik saat menerima undangan tersebut. Tidak masalah, ia juga tidak akan datang.

"Undangan spesial dari Gerald sendiri. Menyebalkan, bisa-bisanya ia masih memedulikan mantannya."lanjut Jeyna, intonasi suaranya berubah. "Kau tidak perlu datang juga tidak apa, [Y/N], karena undangan ini mengharuskan kau datang dengan pasanganmu."Jeyna terkikik pelan, menerka [Y/N] tidak memiliki hubungan dengan siapa-siapa.

Ucapannya memukul telak [Y/N], namun gadis itu hanya bisa tersenyum tipis menanggapi ejekan Jeyna.

"Terima kasih banyak kau sudah repot-repot kemari hanya untuk memberikan undangan ini. Sangat disayangkan ternyata Gerald masih memikirkanku. Kau tidak merasa jadi kurir pengantar suratnya, kan?"

Kalimat yang dilontarkan [Y/N] berbalik membalas Jeyna. Perempuan itu spontan terlihat kesal dari raut wajahnya, menyadari ucapan [Y/N] yang telak memukul mundur dirinya.

"Kau tidak perlu sok tahu. Gerald cinta padaku, ia membuktikannya dengan tunangan ini."balas Jeyna memanas, tidak mau kalah dengan gadis di depannya.

"Oh, ya? Bukannya acara tunangan ini hanya formalitas karena kedua orang tua kalian akan menjalin hubungan kerja sama perusahaan? Oh, seperti cerita-cerita novel remaja."

Kedua mata Jeyna membulat lebar dengan tangan yang terkepal. Bagaimana ia bisa tahu tentang itu?  batin Jeyna mendidih.

"Tapi tidak apa, aku hargai undangan ini, dan aku akan datang melihat kalian saling memasangkan cincin. Oh, apakah cincin itu juga properti milik perusahaan yang dipinjamkan kepada kalian?"

[Y/N] tersenyum puas melihat rahang Jeyna yang mengeras. Selama ini ia selalu ditindas olehnya, jadi kali ini ia akan membalasnya.

Tanpa mengucap sepatah kata, sosok gadis itu berpaling dan berjalan meninggalkan [Y/N] dengan langkah dihentak. Para penghuni apartemen pun sampai melongok dari jendela mereka, melihat sosok Jeyna Maleakhi yang pergi dengan hati kesal, gagal membuat [Y/N] cemburu atau sakit hati.

Tidak lama kemudian kurir makanan yang dipesan [Y/N] tiba, seorang pria pertengahan 30 tahun. Setelah menyodorkan uang dan menerima satu bungkus makanan, pria berkumis itu berbisik.

Dopamine | Ran Takahashi x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang