44 - Fight

492 70 1
                                    

Kereta yang akan membawa mereka kembali ke Stasiun Kinshico sudah di depan mata. [Y/N] menggenggam erat tangan Ran. Sesuatu yang aneh ia rasakan sejak raut wajah Ran mengeras. Ia berpikir mungkin Ran mengalami moodswing. Ya, [Y/N] paham-paham saja mengenai hal itu, karena ia sendiri sering mengalaminya-sifat alamiah manusia. Tidak hanya itu, karena Ran juga menggenggam tangan [Y/N] erat sembari mereka memasuki gerbong dan mengambil tempat duduk terdekat.

[Y/N] tidak menyadari keberadaan dua orang asing yang dicurigai Ran. Pemuda itu sengaja tidak memberitahu [Y/N] agar beban pikiran pacarnya tidak bertambah. Meski Ran ujung-ujungnya memberitahu, ia sudah menebak apa yang ada di kepala [Y/N]. 'Oh, wajar saja karena kau adalah atlet terkenal. Namamu sedang menjadi obrolan.'begitu pasti jawabannya.

Pintu kereta tertutup tak lama kemudian. Di dalam gerbong yang ditempati Ran dan [Y/N], dua orang misterius yang dicurigai Ran duduk di kursi yang sama dengan mereka, namun berjarak agak jauh. Keduanya memang tampak seperti pasangan romantis yang baru saja menikmati Shinjuku. Di dekat pintu, berdiri seorang pegawai kantor dengan dasi yang dilonggarkan. Tampaknya ia terlalu lama lembur di kantor sehingga saat di kereta, ia memilih berdiri dan berpegangan pada tiang ketimbang duduk. Lima perempuan remaja duduk di ujung gerbong, tidak memedulikan siapa-siapa dan sibuk dengan ponsel masing-masing.

Suasana di gerbong mulai berbeda saat kereta sudah setengah jalan. Ran dengan bola matanya yang terus bergulir, akhirnya menghela napas dan perlahan melepas lengan [Y/N] yang melingkari lengannya. Lantas gadis itu heran kenapa Ran tiba-tiba berdiri dan menghampiri dua orang di dekat mereka. [Y/N] sudah waswas jika hal buruk terjadi. Ia pun ikut berdiri namun tidak mengikuti Ran yang sudah berdiri di depan sepasang pria dan wanita di depannya.

Dengan mata yang menyipit dan rahang mengeras, Ran meraih kerah jaket sang pria yang mengenakan masker di wajahnya. Kejadian itu terjadi secara tiba-tiba, mengejutkan penumpang lain. Sang wanita yang duduk pun terkesiap saat 'pacarnya' ditarik oleh Ran dan didorongnya hingga punggungnya membentur tiang.

Saat si pria terduduk sembari menahan sakit, Ran membuka paksa masker yang dikenakannya dan amarahnya memuncak sekaligus tidak percaya, lalu meninjunya. [Y/N] mengatup mulutnya, terkejut dan tidak bisa melakukan apa-apa di tengah situasi yang mencekam. Tidak hanya itu, [Y/N] mengenal sosok pria yang kini membeku.

"ISAMU!!"seru Ran menggema di gerbong tersebut. Ran kembali meraih kerah jaket Isamu dan memaksanya berdiri. "Kau! Jadi kau yang menguntit kami dari tadi?!"seruan Ran tidak sekeras sebelumnya, namun [Y/N] dapat melihat pancaran api kemarahan di netra kelamnya serta suaranya yang serak. Isamu di depannya tak berkutik, tidak menyangka usahanya berakhir terbongkar.

Tidak sampai situ, pandangan Ran terarah ke wanita yang terdiam di kursi dan merapatkan mantelnya. Ia melepas Isamu dan mendekati wanita itu. Ran mendengar sesenggukan di balik masker serta topi yang menyamarkan wajahnya. Mengetahui ia tidak mungkin melepas masker wanita itu secara paksa, ia memilih melepas topinya dengan cukup kasar dan helaan napasnya semakin dalam.

Rambut yang tergerai indah itu tidak mungkin mengelabui Ran. Bahkan dari matanya saja ia sudah tahu siapa sosok ini sebenarnya. Ran melihat wajah sok tersakiti wanita itu meski ia tahu itu semua hanya tipuan agar mendapat simpati dari penumpang kereta.

"Ternyata benar kau, Sharon Shavronka. Kau juga Isamu. Kelakuan kalian sudah terlalu jauh."Ran kembali merangsek maju ke arah Isamu hingga terdorong dan jatuh ke lantai. Amarah Ran di wajahnya membuat Isamu kesulitan mengeluarkan sepatah kata. Selama berteman, ia tidak pernah melihat Ran semarah ini dan ditujukan kepadanya.

"Aku yakin selama ini kau yang membantu Sharon agar aku dan [Y/N] renggang. Aku juga tahu kaulah yang mempermalukan [Y/N] saat itu di stadion! Kau keterlaluan sekali Isamu!"amarah Ran meledak-ledak dan membuat seisi gerbong bergidik takut. Walau tidak tahu masalah apa yang terjadi di antara mereka, tidak ada seorang penumpang yang berani melerai. Bahkan [Y/N] sekalipun tidak bernyali untuk menghentikan aksi Ran.

Dopamine | Ran Takahashi x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang