17

3.5K 201 22
                                    

Suara aneh terdengar begitu kontraks di telinganya. Dengan langkah perlahan tapi pasti, ia mengikuti ke mana arah suara itu berasal.

Lorong itu sangat gelap seolah tak ada cahaya yang masuk dari luar. Hanya ada beberapa lampu dinding temaran di sudut-sudut tertentu.

"Sebenarnya ini di menuju ke mana?"

Ia terus menyusuri lorong tersebut hingga kakinya berada tepat di sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu tampak tua.

"Ruangan apa ini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ruangan apa ini?"

Dirinya terdiam membeku ketika mendengar sayup-sayup suara seseorang seperti tengah menahan kesakitan.

Ctassssss

Ctassssss

Ctassssss

"Ampun tuan"

Ctassssss

"Ampun tuan"

"Mwoo??? Ada apa di dalam sana?"

Ceklek

Pintu itu seolah di buka dari dalam. Dengan secepat mungkin ia bersembunyi di balik tembok gelap.

"Cepat cari para anak buah si Je. Dan jangan sampai melibatkan si boss langsung. Setelah kamu herhasil mengancam. Suruh orang lain untuk berpura-pura masuk ke dalam golongan mereka"

Pria yang sedari tadi menunduk itu beranjak pergi meninggalkan pria yang tengah memegang cambuk di tangannya.

Dia si pria pucat dengan bekas luka sayatan di wajahnya. Ekspresinya sangat kaku dan menyeramkan.

Ia pun menelan kasar ludahnya. Berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Tak lama kemudian pria itu kembali masuk ke dalam sebuah ruangan yang tidak di ketahui ruangan apakah itu.

Ia pun memutuskan kembali ke atas. Ia baru menyadari bahwa lorong itu seperti berada di bawah tanah bangunan megah yang ia tinggali saat ini.

"Kapan-kapan aku akan ke sini lagi"

🍓🍓🍓

Ia terlihat murung tak seperti biasanya. Bahkan ketika tuannya datang, ia malah diam di shofa ruangan. Tatapannya seperti tatapan kosong.

Hingga dirinya merasa di kagetkan oleh paperbag yang entah sejak kapan sudah berada di pangkuannya.

Ia pun menoleh pada sisi kanan yang sudah ada sosok tuannya. Tengah duduk menyandar sambil melonggarkan dasinya.

Spontan iya berjongkok di lantai dan melepas sepatu tuannya. Hal itu yang biasa ia lakukan kepada ayahnya dulu walau terkadang harus berakhir memar di wajahnya karena sang ayah kadang menendang kasar wajahnya.

Tapi kali ini tak ada lagi memar yang bersemayam di wajah cantik dan bersih Jungkook.

"Saya bisa sendiri Jungkook"

TROUBLE TAEKOOK/VKOOK (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang