02. Rumah dan kehidupan Baru

4.6K 488 62
                                    

Jangan lupa vote komen💚
Happy Reading~

***

18 Agustus 2023.

Setelah melangsungkan pernikahannya kemarin, pagi harinya Bagas sudah berada di depan rumah dua lantai yang tampak minimalis. Namun, sepertinya ini bukan rumah yang nyaman bagi Bagas untuk tinggal. Tidak perlu rumah bagus dan besar, Bagas hanya perlu rumah yang nyaman untuk pulang.

Dia melepas helmnya lalu turun dari motor dan berjalan mendekati pintu utama. Dia terdiam menatap pintu berwarna abu-abu di depannya.

"Bagas, kalau kamu tidak mau tinggal bersama istri kamu. Ibu kecewa sama kamu." Entah kenapa kata-kata ibunya selalu terngiang di kepalanya.

Bagas menghela nafas pelan lalu mengangkat tangannya. Saat dia akan mengetuk, pintu tiba-tiba terbuka. Bagas terdiam menatap wanita yang sejak kemarin menjadi istrinya.

Setela tersadar, Bagas menggaruk tengkuknya kemudian melengos. Dia tidak tahu harus bicara apa.

"Ngapain lo ke sini?!" Tiara bersuara.

Bagas menoleh Tiara sebenar lalu kembali menatap ke arah lain. "Gue disuruh ibu buat tinggal di sini."

"Mau numpang di rumah gue?"

Bagas menatap Tiara dengan lekat. Sombong sekali, pikirnya. Belum apa-apa dirinya sudah diperlakukan seperti ini, bagaimana dengan ke depannya? Dia pikir Tiara wanita yang lembut, ternyata hanya pandai berdrama saja di depan banyak orang, seperti kemarin.

Bagas berbalik, sepertinya dia akan memutuskan untuk segera pergi saja.

"Mau ke mana?"

"Masuk. Papa gue mau dateng," lanjut Tiara, tapi Bagas hanya diam.

"Lo tuli?! Perlu pakai alat bantu denger nggak?!"

Bagas memejamkan matanya lalu berbalik. "Lo pengacara. Lo lulusan universitas terbaik, lo cerdas, tapi ucapan lo nggak mencerminkan itu semua," katanya lalu segera masuk ke rumah. Bagas normal, dia tidak terima dikatakan seperti itu. Jika bukan karena ibunya dia juga tidak akan mau melakukan ini.

Mengenai Bagas yang mengetahui latar pendidikan Tiara, itu ibunya yang memberi tahu. Istrinya, Tiara Anjeli Bramana adalah seorang pengacara muda yang menyelesaikan pendidikan hukumnya di Harvard Law School, dia juga menyelesaikan pendidikan pascasarjana di FHUI. Pandai bukan? Tapi melihat tingkahnya itu sudah membuat Bagas muak.

Setelah sampai di dalam, Bagas menatap sekeliling. Dia mencari keberadaan kamarnya.

"Kamar lo di belakang."

Bagas kembali menatap Tiara. "Lo kira gue pembantu?!"

"Bukan kamar pembantu."

Bagas terdiam sesaat, dia bergegas berjalan untuk melihat ruangan yang akan menjadi kamarnya. Dia terkekeh pelan saat melihatnya, hanya ada satu tempat tidur kecil dan satu nakas di dalamnya. Sangat sempit, mungkin Bagas juga akan tidur dengan kaki tertekuk dan tidak bebas bergerak mengingat tubuh bongsornya.

Bagas kembali keluar. "Itu kamar pembantu!" sentaknya pada Tiara yang sedang duduk santai di depan TV.

"Terus lo mau tidur di mana? Sekamar sama gue? Dih, ngarep banget."

"Ada kamar tamu," sahut Bagas dengan cepat. Wanita gila seperti apa yang sedang dia hadapi. Memang siapa yang ingin tidur dengan wanita galak seperti istrinya itu? Tidak ada untungnya juga, pikir Bagas.

"Berani bayar berapa lo mau tidur di kamar itu?" Tiara menoleh lalu menunjuk kamar tamu. Tiara melipatkan tangannya ke depan dada, benar-benar seperti tokoh antagonis yang sempurna.

The Subtitute GroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang