08. Perjanjian Bersama

2.9K 421 24
                                    

Jangan lupa vote komen❣️
Happy reading~

***

Pertengahan bulan September, Tiara dan Bagas melakukan aktivitas seperti biasanya. Setiap hari Tiara pergi ke Firma hukum dan Bagas pergi ke kantor.

Meski hidup di bawah atap yang sama, mereka tidak saling bertegur sapa. Selain karena enggan berbasa-basi, mereka juga tidak memiliki waktu santai yang sama. Apa lagi Tiara juga sedang sibuk-sibuknya mengurus persidangan kliennya. Sedangkan Bagas juga selalu pulang tengah lewat malam. Mereka memiliki kesibukan masing-masing.

Seperti saat ini, Bagas sedang duduk di sebuah club malam menatap orang-orang yang sedang menikmati musik sambil bergoyang seperti tidak punya beban. Di depannya sudah ada dua botol anggur merah yang satunya sudah kosong. Meski jarang meminum alkohol, Bagas memiliki kadar toleransi yang tinggi terhadap Alkohol. Meski dia sudah habis satu botol, dia masih sadar akan apa yang terjadi di sekitarnya.

"LO YANG GILA!" Teriakan seorang wanita membuat Bagas menoleh.

Sebenarnya Bagas tidak peduli, tapi karena mendengarnya dia menjadi penasaran. Apa yang di ributkan hingga sangat mengganggu waktu santainya? Kedua mata pemuda berumur 22 tahun itu memperhatikan seorang laki-laki dan perempuan yang sedang ribut di dekat pintu keluar.

"Perempuan memang sepertinya sangat sulit dimengerti," gumam Bagas kemudian mengangkat gelas di depannya dan kembali menegak cairan berwarna merah keunguan itu.

"BIANCA, LO ITU BERENGSEK!"

Setelah mendengar nama seseorang disebut, Bagas kembali menoleh. Bianca? batinnya lalu kembali memperhatikan dua orang yang tengah bertengkar itu. Setelah melihat dengan jelas, Bagas berjalan mendekat.

"LO ANJING, REVAN!"

Grep.

Bagas menahan tangan laki-laki bernama Revan yang membuat dua orang yang tengah adu mulut tadi menoleh.

"Lo siapa?! Nggak usah ikut campur." Revan menghempas tangan Bagas.

"Bagas." Bianca bersuara.

Revan menatap Bianca yang sedang menatap Bagas, "Selingkuhan lo?!"

Bagas menghela nafasnya pelan, baru saja dia datang sudah dituduh selingkuhan. Bagas memang mengenal Bianca, tapi dia bukan selingkuhannya. Bianca adalah teman kuliah Bagas. Keduanya memang sangat dekat saat mereka masih kuliah, sekarang pun terkadang mereka masih berhubungan.

Bagas menatap Bianca yang sedang menatap Revan. Laki-laki bertubuh bongsor itu hanya diam menatap keduanya. Dia bahkan baru tahu, kalau ternyata Bianca sudah kembali berganti pacar. Karena suasananya sedikit mencekam, Bagas berdehem.

"Gue temennya Bianca. Sorry, kalo kesannya gue ikut campur. Tapi bisa nggak, nggak usah kasar sama cewek. Apalagi Bianca," cicit Bagas mencoba membela Bianca. Wajar bukan jika Bagas membela? Bagas kan teman Bianca.

Revan terkekeh. "Cuma temen, kan? Mending lo pergi sekarang." Usir Revan lalu meraih tangan Bianca dan segera pergi dari hadapan Bagas. Dia sendiri yang mengusir tapi dia sendiri juga yang pergi.

Bagas menatap kepergian keduanya lalu mengangkat kedua bahunya mencoba tidak peduli. Namun, teriakan Bianca membuatnya menjadi iba. Apa lagi saat Bianca berkali-kali menoleh ke arahnya seperti meminta tolong.

"Lo yang lepasin gue, Revan!" sentak Bianca. "Gue nggak mau ikut lo!" Bianca menangis.

Bagas terdiam sesaat, dia memikirkan risiko yang akan dia hadapi jika melakukan sesuatu. Sampai akhirnya Bagas mengusak wajahnya dengan kasar kemudian berlari kecil menyusul Revan dan Bianca.

The Subtitute GroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang