30. Tinjuan Terakhir

2.9K 442 124
                                    

Jangan lupa vote komen ❤️🔥
Happy reading~

***

"Otak lo di mana, anjing?!" Lionel melempar tubuh lemah Bagas hingga tersungkur.

Lionel berjongkok lalu mencengkeram dagu Bagas. "Lo ngapain di tempat kaya gini, anjing?!" Satu pukulan darinya mengenai wajah Bagas. "Lo bisa mati di tempat ini!" timpalnya lagi.

Namun, petinju yang baru saja mendapat kemenangan itu hanya terkekeh. Dia yakin, wajahnya yang sudah penuh dengan luka lebam akan kembali mendapatkan luka tambahan. Rasa sakitnya seperti sudah mati, dia bahkan terus tertawa dan itu membuat teman-temannya geram.

Seperti Albi yang terlihat sudah terpancing. Albi menarik bahu Lionel untuk menyingkir lalu mendaratkan satu pukulan di wajah Bagas yang sudah babak belur. "Gila lo, ya?! Dapet apa lo main di ring kayak gitu, bangsat?!"

"Mau mati lo?!" lanjut Albi.

Bagas kembali terkekeh lalu bangkit sembari menatap Albi tanpa rasa takut. "Iya, gue mau mati, Bang!" Jawaban yang tak terduga keluar dari mulut Bagas. Itu membuat semua teman-temannya menatapnya dengan tatapan penuh amarah.

Tiba-tiba, Lionel menendang dada Bagas hingga kembali tersungkur. "Sini gue matiin lo!"

"Bangsat!" Satu pukulan kembali Lionel layangkan untuk adik bungsunya, pukulannya terlalu keras hingga membuat dirinya juga hampir tersungkur.

"Anjing!"

"Mati lo, bangsat!" Pukulan demi pukulan Lionel layangkan untuk Bagas. Tidak bisa dibayangkan betapa kesalnya dia dengan si bungsu.

"Bunuh gue, Bang!" seru Bagas lalu tertawa, hanya itu yang keluar dari mulutnya saat Lionel menghantamnya berkali-kali. Padahal Lionel terlihat benar-benar ingin membunuhnya, tapi itu tidak membuatnya takut sama sekali.

"Mati lo!" Tidak ada yang menghentikan Lionel, mereka hanya diam sambil melipatkan kedua tangan. Mereka kecewa pada Bagas, mereka tidak menyangka Bagas bisa melakukan hal sampai sejauh ini.

Bahkan Albi yang biasa terlalu malas bergerak, dia kembali menghajar Bagas. Dia terlihat sangat emosi. Penulis itu mengeluarkan semua emosi dan tenaganya untuk menghajar Bagas yang sepertinya sudah sangat membuatnya kecewa.

"Bunuh aja, bang!" seru Gavin sambil meletakan kedua tangannya di pinggang.

Hantaman demi hantaman, Bagas kembali terima dari Lionel dan Albi.

"Iya, bunuh gue!" Hanya itu yang keluar dari mulut Bagas, dia benar-benar ingin meninggalkan dunia yang fana ini. Dia sudah lelah dengan hidupnya sudah lama berantakan. Dunia terlalu tidak adil untuknya.

"Hajar terus! Dia kan mau mati!" Gavin terdengar terus memprovokasi Lionel dan Albi yang sudah lepas kendali, dia tidak bergerak, tapi mulutnya terus berbicara.

"Bunuh gue, bang!"

"Bunuh!"

"Bunuh gue!"

"Gue mau mati!" teriak Bagas yang tidak terasa air matanya sudah menetes, tubuhnya sudah mati rasa, tapi justru hatinya begitu sakit mengingat kejadian-kejadian yang akhir-akhir ini yang membuatnya hampir gila. Untuk apa hidup, jika seperti ini? Lebih baik mati, bukan? Jika mati di tangan teman-temannya pun justru Bagas akan sangat berterima kasih, itu yang ada di pikiran laki-laki yang kini sudah tidak berdaya. Hanya tawa yang terdengar miris, tapi membuat semua orang emosi saat mendengarnya.

"Tuhan, ambil saya!"

"Udah cukup, berengsek!" teriak Dega setelah mendengar teriakan Bagas, dia juga sedang mencoba menyela di antara Lionel, Albi, dan Bagas. Namun, justru tubuhnya hampir tersungkur ke belakang.

The Subtitute GroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang