17. Kejutan Tak Terduga

2.2K 380 42
                                    

Jangan lupa vote komen💚
Happy reading~

***

Bagas keluar dari toko perhiasan yang ada di dalam mall dengan membawa paper bag kecil di tangannya. Itu adalah toko perhiasan rekomendasi dari Naisha istri dari sahabatnya.

Bibir kecilnya tersenyum menandakan apa yang dipesannya empat hari yang lalu sesuai dengan ekspetasinya.

Kaki panjangnya yang terbalut celana jeans berwarna denim melangkah menuju eskalator sembari melirik ke sana kemari. Setelah turun dari eskalator laki-laki itu berjalan menuju pintu keluar yang mengarah ke parkiran motor.

Paper bag berwarna biru langit itu dia lipat sesuai dengan kotak di dalamnya dengan hati-hati lalu di masukkan di kantong hoodie.

Bagas segera menaki motornya lalu memakai helmnya dan melajukan motor kesayangannya.

Bagas melajukan motornya membelah jalanan kota saat menjelang siang hari, jalanan sangat lenggang karena masih jam kerja. Laki-laki bertubuh bongsor itu menghentikan motornya saat lampu lalu lintas berwarna merah kemudian melirik jam tangannya.

Setelah lampu lalu lintas berganti warna hijau, dia kembali melajukan motornya dan menghentikan motornya di depan kafe. Bagas tersenyum tipis, siapa sangka kalau dia akan pergi ke salah satu kafe milik abangnya yaitu Dega.

Bagas melangkahkan kaki masuk kafe, matanya menelisik setiap sudut kafe, entah kenapa dia berharap tidak bertemu dengan abangnya kali ini. Setelah memastikan kalau abangnya tidak ada di kafe, Bagas kembali melangkahkan kaki panjangnya menuju lantai dua.

Setelah sampai di depan pintu, Bagas mengambil benda yang ada di kantong lalu tersenyum. Namun, dengan cepat dia kembali mendatarkan wajahnya. Kok rasanya aneh ya, batinnya lalu memegang dadanya.

Tangan panjangnya mengetuk lalu membuka daun pintu di depannya. Pertama kali yang dilihatnya adalah sosok perempuan bersetelan biru muda yang sedang fokus pada selebaran kertas di atas meja yang membuat bibir kecil laki-laki yang masih berdiri di ambang pintu tertarik ke atas sedikit.

"Gas, masuk." Ana bersuara yang membuat Bagas mengalihkan tatapannya lalu tersenyum dan segera masuk dan tidak lupa untuk menutup pintu.

Laki-laki itu duduk di depan dua wanita, yang satunya sedang fokus membaca.

"Lo kenal sama teman-temennya, Diki?" tanya Tiara lalu menatap Bagas.

Bagas menggelengkan kepalanya. "Apa seandainya Diki bisa membuktikan percakapan sama temannya, dia akan bebas?" tanyanya.

"Selama dia tidak bisa buktikan secara kasat mata, itu akan sulit," sambung Ana sambil meletakan sebuah rontgen tulang punggung pada Bagas.

"Ini punya ibu?" tanya Bagas.

"Iya, itu milik Ibu Sani," jawab Ana kemudian menjelaskan semua yang dia tahu pada Bagas.

Setelah beberapa saat, ponsel Ana berdering karena ada pesan masuk lalu segera mengeceknya.

Ana menatap Tiara. "Ra?" panggilnya yang membuat Tiara menoleh. "Gue harus pergi sekarang," lanjutnya.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Tiara.

"Adek gue jatuh dari motor. Gue harus pergi, Ra. Sorry." Ana kemudian berdiri.

Tiara mengangguk. "Oke, kabarin gue kalau ada apa-apa," ujarnya yang diangguki Ana yang langsung keluar dari ruangan.

Setelah pintu kembali tertutup, Tiara menghela napasnya lalu menatap laki-laki yang berstatus suaminya. Mata indahnya menelisik setiap inci wajah Bagas yang terdapat beberapa luka lebam, ini sudah sekian kalinya Tiara melihatnya. Dia sebenarnya penasaran, dia ingin bertanya.

The Subtitute GroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang