Jangan lupa vote dan komen 💕
Happy reading~***
Langkah Bagas terhenti saat Diki menghentikan langkahnya di depan ruangan. Bagas terdiam lalu menatap pintu di depannya mencoba untuk berpikir positif.
"Mas, nggak usah bercanda."
"Gue nggak bercanda. Tante Sani—"
Belum selesai berbicara, Bagas sudah mencengkeram kerah jaket Diki. "Nggak usah main-main sama gue, berengsek!" sentaknya, tapi Diki hanya diam dan menunduk.
"KATA LO, IBU GUE CUMA JATUH DARI TANGGA!"
"Diki tidak bercanda." Suara laki-laki lain menginterupsi perhatian keduanya.
"Bang Tian."
Seorang laki-laki yang menggunakan jaket kulit hitam berjalan mendekat lalu menunjukkan identitasnya sebagai detektif penyidik. "Ibu kamu meninggal di tempat, Gas."
Tidak ada yang diucapkan Bagas lagi setelah mendengar pernyataan Tian. Dia segera berlari menerobos penjagaan ruang jenazah. Matanya menelisik setiap raga yang di tutup kain putih, ia berharap kalau ini hanyalah mimpi. Dia berharap kalau semua ini tidak nyata.
Bagas menghentikan langkahnya setelah menemukan identitas yang dia cari. Tangannya bergetar saat akan membuka kain putih yang menutupi sebuah raga, ia harap ini bukan ibunya.
Deg!
Dunia Bagas hancur, langitnya runtuh, temboknya roboh seperti tidak bisa diperbaiki lagi. Dia menatap wajah wanita cantik yang kini sudah memucat. Apa yang harus ia lakukan? Dadanya tiba-tiba sesak, matanya gelap, Bagas menjatuhkan tubuhnya ke lantai.
"IBU!" teriakannya memenuhi ruangan. Tangisnya pecah, laki-laki itu tidak peduli lagi dengan keadaan sekitarnya.
Bagas menggenggam tangan dingin ibunya. "BU, BANGUN!"
"IBU!"
"IBU BANGUN!"
"BAGAS HARUS GIMANA BIAR IBU BANGUN, BU?!" Bagas terus berteriak memanggil ibunya, dia berharap ibunya menjawab panggilannya. Pemuda yang kini sudah berusia dua puluh tahun itu sedang bersimpuh, berharap wanita yang sudah melahirkannya bangun lalu memeluknya seperti sebelum-sebelumnya.
"Ibu, bangun, ..." lirih Bagas yang suaranya sudah hampir habis.
Diki dan Tian hanya berdiri di belakang Bagas, mereka membiarkan Bagas menangis seperti anak kecil di samping raga ibunya.
"Bu, bangun. Bagas harus apa biar ibu bangun?"
"Bagas mau lakukan apa saja asal ibu bangun. Bagas nggak mau sendiri, Bu."
"Bu, Bagas harus bagaimana setelah ini? Apa Bagas bisa tanpa Ibu?"
"Bu, Bagas bisa hidup tanpa banyak harta, tapi bagas nggak bisa hidup tanpa ibu."
"IBU! BANGUN! BAGAS MOHON!" teriaknya yang membuat hati seorang polisi tergerak hatinya lalu mendekat dan merangkul Bagas.
Bagas yang saat itu sudah sangat lemah, dia hanya bisa menurut saja saat di bawa keluar. Tian bilang, dia akan mengurus semuanya.
5 September 2023, Sania Dierja dinyatakan meninggal meninggalkan dua orang anak laki-laki.
Setelah di luar, Bagas duduk di depan ruang jenazah seorang diri. Diki entah pergi ke mana, sedangkan Tian sebagai seorang detektif sedang mengurus autopsi jenazah Sani yang di temukan sudah meninggal bersimbah darah di bawah tangga rumahnya.
Tian Nalendra adalah senior Bagas saat berada di perguruan taekwondo. Keduanya juga masih dekat sampai sekarang dan kini dia akan menjadi detektif yang akan menangani kasus ibunya Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Subtitute Groom
Fanfiction[Collaboration To Celebrate NCT Dream's Anniversary] Menikah di usia muda adalah sesuatu hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang Bagas Navarro yang masih suka main ke sana kemari. Bahkan dia tidak pernah memikirkan bagaimana wanita yang akan...