28. Sidang Putusan

2.3K 408 40
                                    

Jangan lupa vote komen 💚
Happy reading~

***

Malam harinya, Tiara memilih untuk pulang ke rumah. Tangannya berkali-kali meletakan ponsel di telinga untuk menghubungi suaminya yang sudah hilang kontak sejak siang tadi. Sebelum masuk ke rumah, wanita itu melirik motor suaminya yang masih terparkir di garasi. Senyumnya mengembang lalu segera masuk ke rumah, karena dia mengira suaminya sudah ada di dalam.

Pengacara itu masuk ke rumah lalu mengedarkan matanya menatap setiap sudut ruang di rumahnya. Dia bahkan berlari ke sana kemari mencari keberadaan laki-laki yang sudah berhasil membuatnya nyaman. Namun, tidak ada hasil, semua ruangan kosong.

"Ke mana dia?" Tiara menghela napas lalu menyisir rambutnya ke belakang. Perasaannya tiba-tiba tidak nyaman. Ada apa ini? Apa dia melakukan kesalahan? Hati dan batin Tiara berkecamuk. Namun, dia mencoba menghilangkan pikiran buruknya. Tiara menggelengkan kepalanya lalu kembali menatap ponselnya lagi.

Tiara memejamkan matanya sebentar lalu segera berjalan menuju kamarnya. Dia berharap Bagas segera datang ke rumahnya.

***

Pagi harinya, Bagas membuka matanya lalu menatap sekeliling sembari memegang kepalanya. Dia mencoba mengingat kejadian yang menimpanya semalam. Dia hanya ingat, kalau semalam dia pergi ke klub lalu menghabiskan dua botol alkohol. Siapa yang membawanya pulang ke rumah Bryan?

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya lalu segera bangkit. Dia duduk sebentar lalu keluar kamar. Di sofa ada Chandra yang masih tertidur pulas.

Bagas berjalan menuju dapur lalu membuka lemari es. Dia mencari minuman pereda mabuk lalu duduk di sofa.

Setelah beberapa saat, Bagas kembali naik ke lantai dua untuk berganti baju. Dengan celana pendek hitam, hoodie hitam, Bagas menatap dirinya di depan cermin. Laki-laki itu menutup kepalanya dengan topi lalu segera keluar kamar.

"Gas, mau ke mana?" tanya Chandra yang baru bangun.

"Joging," jawabnya tanpa menoleh, karena sedang memakai sepatu.

"Lo baik-baik aja, kan?"

Bagas menoleh lalu mengangguk. Kakinya melangkah keluar dari rumah Bryan lalu segera melakukan aktivitasnya. Bagas hanya ingin melupakan apa yang sedang menghuni pikirannya.

***

Siang harinya, Bryan dan Chandra duduk di ruang tamu sembari menatap ponselnya masing-masing. Suara pintu terbuka mengalihkan keduanya.

Terlihat Bagas melangkahkan kakinya masuk ke rumah lalu melepas sepatunya.

"Gas, lo dari mana aja? Nomor lo, gue telefon nggak bisa." Bryan bersuara.

"Joging," jawab Bagas lalu berjalan ke dapur.

"Ter—" Ucapan Bryan terhenti saat tangannya dipegang Chandra.

Chandra menggeleng, melarang Bryan untuk bertanya lebih banyak. Dia merasa Bagas tidak baik-baik saja. Apalagi semalam dia menemukan Bagas sudah dalam kondisi mabuk berat. Jika saja teman Chandra tidak menghubunginya, mungkin Bagas sudah menjadi gelandangan di jalanan.

"Pesenin gue makanan. Hp gue ilang," ucap Bagas lalu segera naik ke lantai dua.

Bryan dan Chandra menatap kepergian Bagas, keduanya merasa heran dengan Bagas yang tiba-tiba berubah total. Padahal baru kemarin Bagas terlihat bahagia, bahkan Bagas sendiri bilang kalau dia akan kembali tinggal bersama istrinya. Namun, sepertinya ekspektasi Bryan dan Chandra terlalu indah.

The Subtitute GroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang