25. Guardian Angel

2.4K 409 24
                                    

Jangan lupa vote komen ❤️
Happy reading~

***

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, kini mereka sudah sampai di parkiran candi Prambanan. Tidak ada percakapan apa pun selama di perjalanan. Bagas selalu mengajak Tiara berbicara, tapi tidak di tanggapi.

"Ra—" Ucapan Bagas terhenti saat tiba-tiba Tiara turun dari mobil lalu pergi meninggalkannya begitu saja.

Bagas menghela nafas pelan lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pemuda itu kemudian ikut turun untuk menyusul istrinya. Bagas mempercepat langkahnya agar bisa menjajarkan langkah dengan langkah istrinya.

"Kalau kamu kaya gini terus, makin keliatan kalau kamu itu cemburu." Ucapan Bagas kali ini membuat langkah Tiara terhenti.

Tiara menoleh. "Lo, lama-lama percaya diri banget, ya?" ujarnya. "Siapa yang cemburu? Buat apa gue cemburu? Nggak ada gunanya dan nggak penting tau nggak," ketusnya, entah kenapa dia merasa sangat kesal pada Bagas, tapi dia tidak tahu apa yang membuatnya merasa sangat kesal kali ini.

"Oke, berarti gue yang terlalu percaya diri. Tapi gue harap lo bisa seneng-seneng di sini," pungkas Bagas lalu berjalan lebih dulu untuk membeli tiket masuk. Di dalam hatinya, Bagas menertawakan dirinya sendiri. Apa iya dia terlalu percaya diri?

Setelah membeli tiket, keduanya masuk ke lokasi dengan berjalan berjauhan seperti tidak saling mengenal. Suami istri itu tampaknya sedang memikirkan perihal yang sama yaitu perasaan tapi dalam pandangan yang berbeda-beda.

Bagas berjalan di seberang istrinya, sesekali melirik istrinya yang sedang sibuk dengan kamera ponsel. Laki-laki itu menghela nafas kasar, sepertinya ucapan Tiara memang benar kalau dirinya terlalu percaya diri. Tiara tidak mungkin menyukainya, istrinya itu pengacara hebat dan berpendidikan tinggi, sedangkan dirinya ini siapa? Hanya lulusan sarjana ekonomi yang sedang menata kehidupan untuk ke depannya.

Di sisi lain, sebenarnya Tiara juga sedang tidak baik-baik saja. Jika mengingat isi pesan Bianca, hatinya seperti merasa dicubit. Namun, pikirannya menolak itu semua, untuk apa memikirkan sesuatu hal yang tidak penting.

Tetapi banyak sekali pertanyaan di otaknya. Apa benar Bagas kembali ke Jakarta karena ada pekerjaan? Jika bukan, apa Bagas akan menemui Bianca di apartemen? Perempuan itu tiba-tiba menghentikan langkahnya lalu menghela nafas. Jika memang iya, kenapa hatinya merasa sakit? Benar-benar keadaan yang tidak sinkron. Mungkin ini yang membuatnya merasa sangat kesal pada Bagas.

Pengacara perempuan itu menoleh, ternyata Bagas mengikutinya. Bahkan saat dia menghentikan langkahnya, Bagas juga menghentikan langkahnya. Tiara mendengus kasar, kemudian kembali berjalan dengan mempercepat langkahnya dan Bagas masih mengikutinya. Saat Tiara mencoba bersembunyi, Bagas selalu menemukannya.

Mereka berdua melakukan seperti itu selama setengah jam.

Sampai pada akhirnya, justru Tiara yang kehilangan Bagas. Dia seperti tersesat di antara banyaknya pengunjung. Langkah kecil kaki jenjangnya berjalan ke sana kemari mencari ke mana perginya lelaki yang mengajaknya ke tempat ini. Namun, kakinya menyerah setelah berjalan ke sana kemari. Wanita itu memilih duduk di kursi yang ada di dekat pohon lalu menunduk.

Tiba-tiba seseorang berdiri di depannya, Tiara menegakkan kepala untuk memastikan siapa yang datang. Seorang laki-laki berkacamata hitam tersenyum padanya, siapa lagi kalau bukan suaminya? Hatinya lega, tapi terasa sesak, ingin sekali dia menangis.

"Udah, main kejar-kejarannya?" Tidak ada jawaban dari wanita yang sedang ragu pada perasaannya itu.

"Ini, minum dulu. Haus, kan?" Bagas mengulurkan air mineral.

The Subtitute GroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang