02

1.4K 140 13
                                    

Minjee menatap formulir persetujuan di tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan, helaan napas terdengar setelahnya membuat Yoojung yang duduk di sebelahnya menoleh. "Ada apa?" tanya gadis berkacamata itu hanya dibalas gelengan pelan olehnya.

Keduanya kembali terdiam, asyik melamun di taman sekolah yang mulai sepi karena bel pulang sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu. Yoojung tiba-tiba teringat akan ucapan Soochul di depan unit kesehatan sekolah. Ia menoleh menatap temannya yang masih sibuk memandang langit yang dipenuhi bola ungu di atas sana.

"Minjee." Sang pemilik nama menoleh begitu rungunya menangkap suara ketua kelas yang memanggil namanya.

"Rasanya pasti sulit, bukan? Menyimpan semuanya sendiri dan berpikir jika tak ada satu orang pun yang ingin mendengarnya?" kata Yoojung membuat Minjee menunduk.

"Kau tidak sendiri, kau punya aku, punya anak-anak kelas dua yang akan menemanimu dan mendengarkan kau bercerita," lanjut gadis berkacamata itu.

"Yoojung," panggil Minjee lalu menatap Yoojung yang ternyata juga menatapnya.

"Terkadang kau harus bisa membedakan mana yang benar-benar peduli dan mana yang hanya sekedar penasaran dengan kehidupanmu," kata Minjee.

"Yoojung, bagaimana rasanya memiliki keluarga?" tanya Minjee setelahnya berhasil membungkam mulut Yoojung. Gadis yang menjabat sebagai ketua kelas itu rupanya tak bisa membalas dan menjawab pertanyaan yang terlontar begitu saja dari mulutnya.

"Ada yang mengatakan memiliki keluarga adalah hal terindah dalam kehidupan, ada juga yang mengatakan sebaliknya, itu semua tergantung bagaimana kehangatan yang tercipta di keluarga itu sendiri." Wootaek tiba-tiba menjawab entah darimana datangnya dia bersama Soochul dan Jangsoo yang kini berdiri di belakang mereka.

Mendengar suara Wootaek di belakangnya, kepala Minjee kembali tertunduk. "Wootaek," panggil Minjee dibalas dehaman pelan dari pemuda yang ia panggil namanya.

"Jangan mati," lanjutnya kemudian beranjak dari tempatnya, berlalu meninggalkan Wootaek yang bingung menatap punggungnya juga Soochul, Yoojung, serta Jangsoo yang memandang kepergiannya sendu.

• • •

Jarum jam terus berputar tanpa henti, rasanya baru semalam ia menikmati pemandangan gelapnya langit ditemani oleh bola ungu di atas sana, tetapi tak terasa kini pagi telah tiba, matahari di ufuk timur menyambut paginya yang tengah menatap beberapa lelaki berseragam militer di depan gerbang sekolahnya. Sambil membenarkan letak ransel yang ia bawa, Minjee tersenyum kecil ke arah salah satu tentara yang tak sengaja bersitatap dengannya.

"Hei, Lee Minjee! Kukira kau tak akan ikut." Minjee menoleh ke sisi kirinya, bisa ia lihat Inhye yang melangkah di sebelahnya dengan koper di salah satu tangannya.

"Ah, tunggu, apa saja yang kau bawa? Mengapa kau tidak membawa koper dan hanya membawa ransel yang biasa kau gunakan untuk sekolah?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir Soyeon disertai raut bingung yang tergambar jelas di wajahnya.

"Memangnya kenapa? Apakah aku harus kembali untuk mengambil koper?" Minjee menjawab pertanyaan Soyeon dengan pertanyaan lain mengundang decakan kecil dari gadis itu.

"Ah, terserah lah," kata Soyeon setelahnya ia mempercepat langkahnya diikuti Inhye meninggalkan Minjee yang menatap bingung ke arahnya.

Tungkainya kembali melangkah, senyum tipis menghiasi wajah cantiknya ditambah sepoian angin yang mengiringi langkahnya. Di depan sana, berdiri seorang laki-laki dengan koper hitamnya tersenyum menatap ke arahnya. Begitu ia berdiri di hadapan lelaki itu, senyum yang tak pernah ia tunjukkan pada orang lain tercipta begitu saja.

Duty After SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang