22

1.4K 76 13
                                    

Chiyeol melihat Ilha dan Seongho dari tempatnya berdiri, senyum di bibirnya perlahan memudar ketika kedua laki-laki berbeda usia yang ia lihat sama-sama tengah melamun. Setelah menimbang selama beberapa detik, akhirnya Chiyeol melangkahkan tungkainya mendekat ke arah Ilha yang duduk di sebelah Seongho.

"Aku bertengkar dengan Soochul di rumah sakit. Dia hampir meninggal karena aku, Younghoon juga meninggal karena aku. Bahkan Minjee berkali-kali terluka karena aku." Ilha berdiri mengalihkan perhatian Seongho yang sedari tadi hanya diam menyimak pembicaraannya dengan Chiyeol.

"Apa teman-teman yang dekat denganku akan mati? Apa aku pria berandal yang sial?" lanjut Ilha bertanya namun sepertinya lebih pantas menyebutnya tengah bermonolog. "Untung saja Kak Minjun datang, meski aku tidak tau darimana asalnya dan siapa dia," sambungnya.

"Hei," panggil Chiyeol. "Apa kau memanggil benda itu?" tanya Chiyeol begitu Ilha menoleh ke arahnya. "Apa kau yang memanggil bola itu? Kau membuat kita melawan itu?" tanya Chiyeol menjawab pertanyaan Ilha.

"Tidak seperti itu. Younghoon tidak meninggal karenamu, Soochul dan Minjee tidak terluka karenamu juga. Bukan karenamu atau siapapun dari kita," ujar Chiyeol sambil menatap satu bola di atas langit.

"Kenapa aku hidup begitu bodoh? Sial," kata Ilha mengambil atensi Seongho sepenuhnya.

"Kita semua bodoh. Kita hanya menandatangani formulir persetujuan sesuai perintah. Dan benar kata Minjee, kita tak memikirkan konsekuensi yang kita terima dari keputusan yang kita pilih." Seongho berdiri, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya dan ikut menatap langit gelap ditemani sebuah bola ungu.

"Jika dipikir-pikir, bukankah kalian merasa aneh dengan kehadiranku dan Minjun?" Chiyeol serta Ilha mengalihkan perhatian mereka pada lelaki yang sedari tadi diam tak mengganggu perbincangan mereka.

Seongho menyalakan jam tangan miliknya lalu memerintahkan Ilha untuk melakukan hal yang sama lewat sorot matanya. Untungnya Ilha mengerti, ia langsung menyalakan jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya lalu menatap jam milik Seongho bergantian.

"Jika dilihat sekilas memang tidak jelas." Seongho mengetuk dua kali jam tangan putihnya dan jam tangan hitam yang dikenakan Ilha.

Chiyeol yang tertarik mendekat, ia bisa melihat nama Minjee di jam milik Seongho dan nama Minjun di jam Ilha. Keningnya mengerut bingung, sama seperti Ilha yang belum paham.

"Jam yang kau pakai tersambung dengan milik Minjun. Jika kau menyalakannya, Minjun bisa tau dimana kau berada, itulah alasan mengapa Minjun tiba-tiba datang menyelamatkan Soochul." Seongho tersenyum tipis menyadari jika kedua pemuda di hadapannya masih belum mengerti.

"Nyonya Lee membuatkan jam ini, tujuannya agar kami sama-sama tau dimana Minjee berada. Jam yang terhubung dengan milikku dan milik Minjun itu sama hanya saja berbeda warna, itu tergantung Minjee ingin memakai yang mana," jelas Seongho tetapi Ilha dan Chiyeol masih tak mengerti.

"Jika Minjee memilih mengenakan yang berwarna hitam, itu akan terhubung dengan Minjun. Sedangkan jika Minjee memilih warna putih, itu akan tersambung dengan milikku. Gunakan otak kalian untuk memahaminya." Seongho mengalihkan tatapannya pada langit gelap tak berbintang di atas sana setelah menyambung penjelasannya.

"Hei," panggil Seongho, ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Kami… maksudku aku dan Minjun berbeda." Seongho mulai menceritakan semuanya pada kedua pemuda yang menyimaknya.

Semuanya, dimulai darimana mereka berasal, dilanjut siapa itu Minjee di kehidupan mereka, dan berakhir apa kelemahannya serta rahasia besar mengenai dunia ini.

• • •

Niat awal ingin membersihkan penyimpanan di kameranya, Chiyeol justru menemukan sebuah video yang menarik perhatiannya. Kening Chiyeol berkerut, dia bingung dengan isi video yang menunjukkan Minjee tersenyum lebar di depan kamera.

Duty After SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang