10

811 75 1
                                    

"Minjee… dimana? Dimana dia?" tanya Yoojung dan Soochul bersamaan begitu mereka menyadari jika tak ada Minjee di tengah-tengah mereka.

Anggota peleton dua yang lain langsung saling bertatapan lalu menoleh ke arah Letnan Lee cemas. Letnan Lee yang ditatap hanya bisa menghela napasnya sambil memandang lurus ke depan. "Minjee…"

"Dia ada di sekitar sini," sahut Jangsoo mengalihkan pusat perhatian teman-temannya dan Letnan Lee.

"Seseorang mengatakan padaku jika dia ada di sini," lanjutnya lalu mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Mendengar penjelasan dari Jangsoo, mereka berpikir. Jika Minjee memang berada tak jauh dari mereka, seharusnya grup dua sudah menemukannya sebelum bertemu dengan grup satu.

Secercah cahaya dari kejauhan bisa Chiyeol lihat, ia beranjak dari tempatnya menarik perhatian Deokjoong, Aesol, Nara, dan Ilha yang berdiri di dekatnya. Chiyeol mencekal lengan Deokjoong, sorotnya terlihat serius ketika menatap sahabatnya itu.

"Deokjoong, seberapa percaya kau padaku?" Youngshin ikut tertarik dengan pertanyaan Chiyeol, pemuda itu menoleh bingung ke temannya yang ditunjuk sebagai juru kamera oleh komandan peleton.

"Aku bahkan percaya jika kau bilang nanti kita akan makan daging sapi sepanjang perjalanan menuju Gunung Soak." Ilha mendecak kesal, ia memukul kepala Deokjoong membuat pemuda itu mengaduh.

Setelah mendengar jawaban Deokjoong, Chiyeol pergi dari tempatnya. Ia melangkah menjejaki tungkainya ke arah jalan yang sebelumnya mereka lewati. Ia mendengar suara bola meskipun samar begitu dia mendekat ke arah cahaya ungu yang menariknya.

"Hei, Chiyeol," panggil Ilha namun Chiyeol hanya memberikan gestur jika ia baik-baik saja.

"Kim Chiyeol." Kali ini Nara yang memanggil, tetapi pemuda itu masih tetap pada langkahnya yang maju membuat Youngshin, Letnan Lee, dan Aesol pergi menyusulnya.

Begitu sampai di sana, Chiyeol memekik kaget. Tubuhnya jatuh bahkan senapan miliknya terlempar dari tangannya. Apa yang ia lihat membuatnya mundur. Yang ia lihat adalah sebuah bola besar, bahkan lebih besar dari bola induk yang pernah ia lihat, di sebelah bola itu ada Minjee dengan wajahnya yang pucat pasi.

"Jangan! Jangan tembak!" seru Jangsoo namun sayangnya Letnan Lee dan Youngshin tidak mendengarkannya. Kedua laki-laki itu tetap menarik pelatuk dengan laras mengarah ke bola besar itu bahkan Ilha dan Soochul ikut menyusul.

"Jika kalian mengganggunya, kita akan kehilangan Wootaek!" lanjut Jangsoo mengejutkan mereka yang mendengarnya.

"Hei, Im Wootaek!" Seruan keras itu berasal dari Yeonjoo, gadis itu melihat mulut Wootaek menyemburkan darah, bibir pemuda itu membiru. Di saat dia mendekat, ia tak merasakan napas juga detakan jantung dari pemuda menyebalkan yang suka mengganggu Minjee.

Tubuh Jangsoo jatuh bersama dengan bola besar itu pergi. Matanya berkata, wajahnya ia sembunyikan dibalik lipatan lututnya. Ia kehilangan satu temannya lagi, ia menendang kesal angin yang lewat berbisik lirih di telinganya. "Sialan," umpat Jangsoo lirih.

• • •

Matahari mulai menyapa di ufuk timur, kendaraan yang dikemudikan Letnan Lee berhenti ketika jam di pergelangan tangan Chiyeol menunjukkan pukul delapan kurang. Mereka melangkah mengekori komandan peleton, tak lama Heerak berseru begitu netranya menangkap tubuh Sersan Kim yang sedang duduk sambil mengikat sesuatu.

Sersan Kim tentu saja terkejut, ia beranjak dari tempatnya berseru senang karena anak-anak telah kembali. Namun, rasa terkejutnya itu bertambah dua kali lipat ketika melihat Minjee di barisan belakang, di balik tubuh Ilha juga sebuah tandu yang diangkat Jangsoo dan Soochul.

Duty After SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang