09

767 98 4
                                    

Letnan Lee mendengar suara aneh di belakang, ia pun turun untuk memastikan setelah mematikan kendaraan yang ia gunakan. Lelaki itu berjalan memastikan, berharap jika ia tak salah dengar. Ia melihat para anggota peletonnya duduk di sana, ikut bersamanya tanpa ia tau kapan anak-anak itu masuk ke dalam kendaraan yang ia bawa.

"Sedang apa kalian di sini?" tanyanya.

"Kami mau mencari anak-anak yang lain," jawab Ilha mewakili teman-temannya.

"Serahkan kepadaku dan kembalilah ke kamp," tutur Letnan Lee namun tak mampu menghentikan niat mereka.

"Kalian tau apa yang akan terjadi jika kalian ketahuan?" tanya Letnan Lee setelah menatap satu persatu penumpang gelapnya itu.

"Mungkin mendapat poin hukuman. Namun, bagaimana denganmu?" Ilha menjawab sangat ringan seolah poin hukuman tak begitu berarti baginya.

"Deokjoong," panggil Ilha pada Deokjoong yang duduk di depannya.

"Apa yang terjadi dalam kasus ini?" lanjut Ilha bertanya setelah mendapat respon dari pemuda yang dia panggil.

"Setidaknya dia akan dieksekusi." Ilha mengangguk, ia paham akan arti dari jawaban Deokjoong.

"Ayo kita teruskan. Kita sudah terlalu jauh untuk kembali," sahut Bora.

"Ayo kita kembali saja," bisik Hana setelahnya.

Ilha mengangguk setuju dengan ucapan Bora, ia menoleh ke arah komandan peletonnya. Bisa Letnan Lee lihat anak-anak menatapnya penuh harap, mereka seolah menunggu jawaban darinya. Akhirnya Letnan Lee menghela napasnya, berbalik dan kembali melajukan kendaraannya. Yoojung tersenyum, begitu juga dengan Deokjoong. Tersirat raut kepuasan di wajah Ilha dan Bora, sedangkan Aesol serta Nara merasa lega dengan jawaban tak langsung dari Letnan Lee. Sementara Hana, gadis itu masih dalam rasa takutnya membuat Bora berdecak kesal karenanya.

Sedangkan di dalam kamar yang dipenuhi ketegangan, Taeman hampir mengamuk begitu Soonyi bertanya pada Joonhee setelah gadis itu mengambil potongan ramyeon di bibir temannya. Soochul menahan Taeman, namun pemuda itu malah menepis tangannya.

"Hentikan. Yang penting adalah cara kita kabur setelah menemukan Wootaek," kata Soochul sambil mendorong Taeman supaya kawannya itu duduk kembali.

"Sial. Bahkan aku lupa jika tak ada Wootaek di sini." Ucapan Soyoon tentu saja mengundang emosi Soochul.

Wootaek, pemuda itu tiba-tiba saja menghilang entah kemana di waktu bersamaan dengan bola mengejar Joonhee. Sebelum ada kejadian buruk itu, ia sempat berpamitan pada Soochul untuk berkeliling, namun sampai sekarang dia belum juga kembali.

"Omong-omong, kenapa dia tiba-tiba berhenti bergerak?" tanya Taeman menatap Youngshin mengharapkan jawaban pasti dari pemuda di depannya.

"Ini hanya tebakanku, tapi mungkin dia tau kita tidak bisa kabur karena terali," kata Youngshin tak membuat Taeman puas karena jawabannya.

Waktu terus berputar hingga malam pun tiba. Di kamar yang satunya, Chiyeol, Heerak, serta Soyeon dan Yeonjoo hanya diam. Sepertinya mereka tengah berpikir bagaimana cara keluar dari sana lalu pergi menyusul teman-temannya di tempat berkumpul.

"Hei, ayo kita masuk ke truk dan pergi." Heerak berucap tetapi tak lama ia menggerutu pelan.

Chiyeol yang duduk tak jauh darinya langsung beranjak, ia hendak menggeser lemari yang menghalangi jendela, namun Heerak kembali berbicara membuatnya menoleh.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Heerak begitu melihat Chiyeol ingin menggeser benda yang menjadi tempat bersandarnya.

"Aku harus memberi tau mereka. Bahwa kita harus pergi dengan truk, seperti perkataanmu," jawab Chiyeol.

Duty After SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang