11

709 74 1
                                    

Hari baru, tugas pun baru, kali ini mereka disuruh membangun tenda beranggotakan tiga orang. Minjee sedang bersantai memperhatikan teman-temannya yang mengeluh sambil memasang wajah tertekan dari tendanya yang sudah berdiri tegak.

"Tenda ini terlihat kecil bahkan untuk dua orang," kata Deokjoong menyembulkan kepalanya dari dalam tenda.

Pemuda bertubuh gempal itu keluar merubuhkan bagian depan tenda yang susah payah dibangun mengundang desahan pasrah Jangsoo dan seruan Chiyeol yang menjadi teman kelompoknya.

"Hei, Minjee. Kau sudah menyelesaikannya?" tanya Deokjoong mengalihkan perhatian dua pemuda yang menjadi rekan satu grupnya.

"Seperti yang kau lihat," jawab Minjee menyahuti pertanyaan Deokjoong.

"Daripada kau berdiam diri, bukankah lebih baik menolong kami?" tanya Deokjoong lagi.

"Aku terlalu malas untuk bergerak, jika lima belas menit kemudian tenda kalian belum juga berdiri, aku akan membantu," sahut Minjee kemudian masuk ke dalam tenda, ia merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit tenda yang ia bangun bersama teman-teman satu grupnya.

Sementara di regu lain, Youngshin tengah mengeluh karena tenda yang mereka bangun lebih mirip seperti kain lap. Soochul yang mendengarnya beranjak dari tempatnya, melempar sekop yang ia gunakan untuk memukul penyangga tenda.

"Omong-omong, habislah kita. Taeman akan menguasai tenda ini," keluhnya.

"Hei, hei. Berhentilah mengeluh. Ini aktivitas menyenangkan, dibanding latihan lain. Bersikaplah otimis dan anggap ini berkemah," sahut Taeman tak terima.

"Sial. Tidak mau masuk! Ini sangat kacau," serunya beberapa detik kemudian ketika penyangga yang ia pukul tak kunjung tertanam di dalam tanah.

Taeman membalikkan tubuhnya, ia melangkah kesal ingin pergi namun Yoojung berhasil menahannya. "Grup yang gagal mengaturnya dengan benar harus membongkarnya dan memulai dari awal," jelas gadis itu sambil mendorongnya.

"Ini tenda yang akan kita pakai dalam pertempuran sungguhan, jadi berhentilah bermain-main. Lakukan ini dengan serius!" seru Yoojung sembari mengawasi teman-temannya.

"Sudah kuperbaiki, jadi, jangan sampai tersandung."

"Baiklah."

Lain di mulut, lain dengan tindakannya. Soonyi tersandung mengakibatkan tenda yang sudah diperbaiki Yeonjoo kembali roboh. Joonhee yang merasa kesal pun berseru menyebut namanya.

"Hei, Yoojung! Kemarilah. Aku tak bisa berada di grup ini. Biarkan aku pindah ke grup baru," pinta Joonhee namun lebih mirip seperti perintah pada sang ketua kelas.

"Mereka seperti minta susu," celetuk Bora tanpa mengalihkan pandangannya dari keributan yang terjadi.

Sambil memukul pasak sambil menggerutu juga, itulah yang dilakukan gadis Yeon sekarang. "Masuklah!" kesalnya karena pasak yang ia pukul tak kunjung masuk ke dalam tanah.

"Anak laki-laki dari sekolah lain cukup manis. Dia meminta nomor teleponku," kata Hana membuat Bora berdecih sinis.

"Kita bahkan tidak punya ponsel. Bagaimana dengan laki-laki di kelas satu?" tanya Bora setelahnya.

"Aku sudah mengakhiri hubunganku dengannya. Dia tidak mendapatkan pelatihan. Aku tidak bisa mengencani pria yang belum pernah menembakkan senapan. Pria yang belum menyelesaikan wajib militernya kini seperti anak kecil bagiku," jelas Hana menjawab pertanyaan Bora.

"Terserah kamu saja," kata Bora lalu pergi setelah menyuruh Hana untuk bekerja memukul pasak menggantikan tugasnya.

• • •

Duty After SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang