Pagi telah tiba, kini seluruh peleton dua tengah menghadap ke Letnan Lee, mereka tampak rapi dengan seragam militer yang melekat di tubuh mereka. Sesekali Chiyeol dan Ilha mencuri pandang ke Minjee, rupanya gadis itu terlihat lebih baik daripada kondisinya yang semalam.
"Perhatian. Bola-bola itu tersebar di dekat lingkungan ini, terlalu berbahaya untuk mencari dan membunuhnya satu persatu. Jadi, kita akan mengumpulkan semua bola di Universitas Kota Maesong dan menyingkirkan mereka semua sekaligus." Beberapa anggota peleton dua terlihat terkejut akan penjelasan Letnan Lee, sama halnya dengan Minjee, namun dia tak begitu menunjukkannya, tidak seperti yang lain.
"Mulai sekarang, dengarkan baik-baik perkataanku."
Selang beberapa menit kemudian, Bora, Soyoon, dan Heerak pergi mencari sesuatu yang mungkin bisa dijadikan sebagai bahan peledak. Soyoon membuka salah satu pintu ruangan, setelah mengedarkan pandangannya, akhirnya matanya tertuju pada satu kotak di salah satu rak. "Oh, itu dia," seru Soyoon mengalihkan perhatian Bora dan Heerak.
Setelah mendapatkannya, mereka kembali ke tempat teman-temannya berkumpul. Seluruh anggota peleton dua bekerja sama menggabungkan dinamit dengan uranium terdelepsi, mereka bergerak cepat namun tetap hati-hati dalam merakit bahan peledak yang akan mereka gunakan. Begitu semuanya selesai, para peleton dua berkumpul di tengah lapangan, mereka kembali berhadapan dengan Letnan Lee yang akan memberikan perintah selanjutnya.
"Peleton dua, perhatian." Suara Letnan Lee mengudara, mengambil atensi peleton dua yang langsung berpusat padanya. "Tiap tim perlu mencari tau lokasi yang tepat untuk menaruh peledak dan memasangnya sambil memastikan keselamatan. Jika sudah selesai, lekas bergerak ke atap Gedung Seolbong dan bersiap. Mengerti?" lanjut Letnan Lee menjelaskan apa saja yang perlu mereka lakukan.
"Semua tim, mulai bekerja," titah sang komandan peleton membubarkan anggotanya untuk menjalankan tugas mereka masing-masing.
Ilha, Soyeon, Minjee, dan Youngsoo, mereka berada di tim yang sama. Minjee diam memperhatikan Ilha yang tengah memasang peledak di tiang penyangga lalu fokusnya teralihkan pada Soyeon di samping Youngsoo. "Aku sudah memastikannya terpasang sempurna," kata Ilha tiba-tiba mengalihkan atensinya. "Lalu?"
Mendengar jawaban dari gadis di sebelahnya, Ilha berdecak kesal, ia tak mengindahkan Minjee lalu melangkahkan tungkainya ke arah Youngsoo dan Soyeon. "Bau apa ini?" tanya Soyeon memperhatikan sekitarnya. "Aromanya dari tadi seperti bola," lanjut gadis itu menimbulkan pertanyaan di benak Ilha.
"Kau tau, mereka mengeluarkan bau amis aneh," sambung Soyeon. Ilha berbalik, menatap Minjee yang masih sibuk dengan peledaknya, tak lama ia kembali menoleh ke arah pusat pandangan Soyeon yang mengarah ke Youngsoo.
Youngsoo yang ditatap langsung mencium bau tubuhnya sendiri membuat Ilha tertawa remeh sambil bertanya, "Suasana macam apa ini? Hei, Kook Youngsoo, kau benar-benar menyukai Minjee?"
Soyeon sendiri merasa bingung, gadis seperti Minjee yang tak pernah bau meski jarang mandi disukai oleh seorang Kook Youngsoo? Sulit untuk dipercaya. Soyeon memanggil Minjee, tak lama gadis itu mendekat ke arahnya berdiri di sebelah Ilha.
"Apa maksudmu? Tidak," jawab Youngsoo gugup ditambah lagi dengan kehadiran Minjee yang menatapnya bingung.
Tanpa melepaskan ekspresi meremehkannya, Ilha memandang Youngsoo dari atas sampai bawah. "Kurasa kau memang menyukainya." Minjee mengernyit bingung, masih tak mengerti suasana canggung yang terjadi di antara ketiga temannya. "Youngsoo menyukai siapa?" tanyanya.
"Hei, sudah cukup," tegur Soyeon namun sepertinya Ilha tidak mendengarkannya.
"Hei, kau akan diam saja ketika mengetahui pria yang menyukai temanmu itu bau?" tanya Ilha lalu merangkul bahu Youngsoo sedikit kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty After School
FanfictionPernahkah kalian berpikir jika kehidupan yang tengah kalian jalani hanyalah sebuah ilusi atau bunga tidur? Atau pernahkah kalian merasa jika dunia tempat kalian berpijak itu penuh dengan tipuan? Atau mungkin pernahkah kalian membayangkan jika semua...