21

629 54 2
                                    

Sudah dua hari lamanya mereka pergi meninggalkan rumah, kini sepasang tungkai mereka membawa tubuh mereka ke tempat yang merupakan sebuah pelabuhan. Tubuh mereka lelah, ditambah lagi makanan yang mereka bawa sudah habis. Keluhan Hana adalah kalimat pertama yang mereka dengar begitu sampai di tempat pemberhentian kapal laut.

Sebuah papan peta menarik perhatian Youngshin, pemuda berkacamata itu melangkah mendekat ke arah objek yang mencuri perhatiannya disusul Taeman, Heerak, dan yang lainnya. Youngshin membuka peta miliknya begitu tulisan 'Pelabuhan Seongmun' tertangkap di indera penglihatannya.

"Sial. Kita sudah berjalan selama dua hari. Dan masih seratus kilometer lagi?" tanya Joonhee mengeluh begitu melihat peta di depannya dan peta di tangan Youngshin bergantian. "Hei, kau yakin kita di jalan yang benar?" lanjutnya bertanya pada Youngshin.

"Ya. Lewat sini. Letnan Ahn pun bilang begitu," ujar Youngshin menjawab pertanyaan Joonhee.

"Aku tidak bisa merasakan kakiku. Kurasa aku tidak sanggup berjalan lagi," rengek Hana.

"Aku kelaparan. Kita juga kehabisan makanan," kata Deokjoong disusul anggukan kecil dari Minjee yang berdiri di sebelahnya.

Soyoon mengedarkan pandangannya dengan kepala sedikit mendongak. "Tunggu, ada mobil di sana." Ia beranjak meninggalkan tempatnya, namun baru beberapa langkah Heerak menahannya.

Bukan tanpa alasan Heerak menahan Soyoon, pemuda itu lebih dulu melihat Seongho yang mengacungkan senapan di samping tubuh tak berkepala. Heerak mengangkat senapannya, Soyoon yang bingung pun mengikuti kemana Heerak menatap. Gadis berjaket hitam itu terkejut membuat teman-temannya ikut menoleh melihat ke arah yang sama dengannya. Heerak melangkah menuju Seongho diikuti Minjee, Soyoon, dan yang lain. Mereka berpencar meski tak berjauhan melihat tubuh-tubuh tergeletak tidak bernyawa.

Deokjoong, Hana, dan Joonhee terkejut, mereka saling memastikan apakah yang mereka lihat adalah orang yang sama seperti yang mampir ke rumah mereka waktu itu. "Mereka…" Joonhee tak sanggup melanjutkan ucapannya mengundang pertanyaan Soonyi yang mendengarnya.

"Itu mereka, bukan?" tanya Joonhee pada Deokjoong dibalas anggukan dari pemuda yang ia tanya juga Hana di sebelah kirinya.

"Kita bertemu mereka di area peristirahatan, dari SMA Sains. Mereka bilang akan pergi ke Seoul. Namun, mereka semua mati di sini," jelas Joonhee memecahkan rasa penasaran Soonyi serta mereka yang bertugas di tim pencari dan tim penyerbu.

Soyoon beranjak menuju bus dan mencoba menyalakan mesinnya, tetapi kendaraan itu tidak mau menyala. Heerak, Bora, Soyeon, Youngshin, dan Nara memeriksa isi peluru dari senapan milik anak-anak SMA Sains, tetapi tak ada satupun peluru yang tersimpan di dalam sana.

Melihat teman-temannya yang sibuk, Youngsoo memanggil mereka menarik atensi kesembilan belas temannya. "Kita harus kembali. Ayo kembali dan lakukan misi kita. Mungkin CSAT tidak dibatalkan."

"Kau bisa pergi sendiri jika mau," sahut Hana.

"Namun, kita sudah melalui banyak hal untuk poin ekstra itu. Kita tidak boleh mati sia-sia seperti mereka." Merasa tak ada tanggapan dari teman-temannya, Youngsoo melangkah ke arah gadis yang kemarin mendengar ceritanya. "Yeonjoo, coba hentikan mereka. Mereka tidak mau mendengarkanku!" pintanya.

Yeonjoo menunduk mengalihkan pandangannya dari Youngsoo, akhirnya Youngsoo menyerah dan kembali ke tempat awalnya. "Kau tau berapa banyak bola yang kubunuh sejauh ini? Ini, lihat." Youngsoo menunjukkan buku kecil miliknya yang ia keluarkan dari dalam sakunya. "Aku membunuh tiga puluh tujuh bola!" Ia menunjukkannya secara jelas di depan Minjee tetapi gadis itu malah melihat ke arah lain.

"Aku bahkan mungkin diterima di SNU dengan poin ekstra ini." Tubuh Youngsoo terjatuh, ia berlutut di hadapan Minjee, kedua tangannya menyatu memohon pada gadis di depannya untuk membantunya membujuk yang lain. "Minjee, hentikan mereka, kumohon. Aku harus kuliah. Kau pasti bisa mengubah semuanya, kau pasti bisa membujuk mereka."

Duty After SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang