Tim penyerbu berkumpul melingkar di luar pagar sel. Youngshin yang kebetulan duduk di sebelah Minjee menangkap gerak-gerik gadis itu seperti orang cemas, lalu pandangannya beralih pada jari lentik milik Minjee yang tengah dimainkan kuku-kukunya hingga berdarah. Keringat mengalir deras, padahal tangan gadis di sebelahnya terasa dingin ketika Youngshin menggenggamnya.
"Apa ini? Kenapa hanya mereka yang ada di sini? Sipir penjara benar-benar meninggalkan mereka?" Rentetan pertanyaan itu keluar dari mulut Taeman, tentu saja dia bingung mengapa tak ada satupun sipir yang berjaga.
"Siapa yang tau apa yang terjadi? Kita tidak bisa memercayai perkataan mereka," kata Bora menjawab Taeman.
"Setauku, di masa perang, mereka melepaskan penjahat kecil dan memindahkan penjahat besar ke Busan," sahut Youngshin menoleh ke arah Minjee. "Semua orang itu pasti penjahat berat. Mungkin karena itu mereka ditinggal di sini sampai akhir dan terjebak," lanjutnya.
"Kalian melihat label merah tadi, bukan? Artinya dia terpidana mati. Berarti dia pembunuh berantai, bukan?" Minjee melepaskan genggaman tangan Youngshin, ia mencengkeram kuat senapannya begitu mendengar Soyoon berucap.
"Sial, dia tampak sangat menakutkan," ujar Taeman lalu membulatkan kedua matanya. "Mungkin dia bos geng yang menghabisi semua musuhnya sebelum dipenjara," sambungnya kemudian merangkul bahu Bora di sebelahnya. "Silakan saja."
Bora mendorong kepala Taeman membuat pemuda itu jatuh dengan ekspresi sakit dibuat-buat. "Enyahlah," kesalnya muak dengan tingkah Taeman.
"Hai, teman-teman. Kalian masih di sana? Kemarilah, bukakan pintu ini untukku."
"Sial! Jika terus begini, kami bisa mati! Buka!"
"Tolong selamatkan kami. Kami bukan orang jahat."
"Kemarilah sebentar."
"Teman-teman!"
Kalimat dari para penghuni sel saling bersahutan meminta mereka untuk membukakan pintu, tetapi mereka masih diam di tempat tak bergerak barang sesenti. "Jangan pernah bukakan pintunya. Mereka orang yang berbahaya," celetuk Heerak menunjuk sel di depannya.
"Namun, mereka mengatakan belum makan berhari-hari." Aesol menengok sebentar ke arah sel sebelum melanjutkan ucapannya. "Bagaimana jika kita beriㅡ"
"Kau sudah gila?" tanya Heerak memotong ucapan Aesol.
"Kalau begitu, kita biarkan dan abaikan mereka saja?" Youngshin bertanya dan Jangsoo menjawab, "Jika dibiarkan seperti itu, mereka akan segera mati."
"Apa peduli kita? Ambil saja yang kita butuhkan dan keluar." Untuk kali pertama Minjee setuju dengan keinginan Heerak, memang lebih baik mereka segera pergi dari sana daripada membantu para narapidana itu.
"Hei, Lee Minjee! Bantu kami keluar dari sini!" Delapan pasang mata langsung tertuju pada Minjee tanpa dikomando, Minjee yang menjadi pusat atensi teman-temannya hanya diam memandang ke arah lain yang tentunya agar tidak bertemu dengan tatapan mereka.
"Kau mengenalnya?" tanya Soyoon. Bisa saja Minjee mengelak dari yang lainnya, tetapi sepertinya tidak dengan Jo Youngshin yang lebih dulu menangkap gelagatnya.
"Apa pedulinya kita mengetahui dia kenalan Minjee atau bukan, hal terpenting saat ini adalah kita menemukan papan sirkuit itu lalu kembali," kata Heerak mengalihkan arah pandangan teman-temannya.
"Ya, tinggalkan saja mereka di sini lalu keluar. Itu bukan urusan kita," tambah Taeman tak lama para narapidana itu kembali berseru.
"Apa yang harus kita lakukan?" Seluruh perhatian berpusat pada Yoojung yang terdiam seperti memikirkan sesuatu. Gadis itu terlihat bingung sebelum akhirnya memutuskan untuk memberi bekal bawaan mereka pada narapidana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty After School
FanfictionPernahkah kalian berpikir jika kehidupan yang tengah kalian jalani hanyalah sebuah ilusi atau bunga tidur? Atau pernahkah kalian merasa jika dunia tempat kalian berpijak itu penuh dengan tipuan? Atau mungkin pernahkah kalian membayangkan jika semua...