15

635 67 6
                                    

Waktu terus berputar hingga tak terasa kini mereka melewati perang tanpa ada orang dewasa yang menemani. Minjee bersama Soyeon, Jangsoo, Ilha, Bora, Nara, Taeman, dan juga Aesol berada di tim penyerbu, mereka tengah berburu bola-bola yang Deokjoong pancing, ia berdiri di antara Aesol dan Nara, tak ragu menarik pelatuk membuat peluru keluar dari larasnya.

"Kupikir mereka melemah di lingkungan dingin. Kenapa mereka masih sangat kuat?" kata Taeman diakhiri sebuah pertanyaan begitu mereka kembali berkumpul setelah menghabiskan seluruh bola yang keluar dari sarangnya.

"Mereka pandai beradaptasi dengan cuaca. Menyebalkan sekali." Minjee hanya diam menyimak pembicaraan teman-temannya, ia duduk di belakang jok motor Ilha dengan sorotnya mengarah ke telapak tangannya yang terluka.

"Kurasa kita sudah mengamankan area ini. Mari buat laporan status," ujar Jangsoo yang langsung dituruti oleh teman-temannya.

"Aku punya dua lagi." Soyeon adalah orang yang pertama melapor disusul Bora. "Punyaku tersisa satu." Tak lama Aesol menyahut setelah melihat isi amunisinya. "Punyaku kosong."

Minjee menoleh, dia menatap bingung Aesol begitu juga dengan yang lainnya. Menyadari seluruh atensi teman-temannya tertuju padanya, Aesol pun menjelaskan jika miliknya sudah habis. Minjee yang menyadari langsung terkekeh kemudian turun dari jok motor Ilha dan berdiri di sebelah Aesol.

"Benarkah?" Ilha melihat bensin di motor yang ia gunakan. "Kalau begitu, tangki bahan bakarku juga kosong," lanjutnya.

"Perutku juga. Kosong," sahut Deokjoong mengundang senyuman kedelapan temannya.

"Jika kita membicarakan itu, aku setuju denganmu," timpal Bora.

Minjee menyadari kalau Aesol tengah mengulum senyumnya, ia merangkul gadis di sebelahnya membuat Aesol meliriknya. "Aku juga!" seru Aesol membuat teman-temannya tertawa.

"Ayo kembali sekarang," ajak Jangsoo pada yang lainnya.

Mereka saling mengajak untuk kembali ke tempat penginapan. Deokjoong pergi duluan dengan skuternya mendahului Jangsoo yang berjalan paling depan. Minjee menepuk bahu Ilha ketika pemuda itu belum juga beranjak dari tempatnya, dengan berat hati akhirnya Ilha melangkah menyusul teman-temannya meninggalkan motor yang kehabisan bahan bakar.

Ilha dan Minjee jalan berdampingan, keduanya memerhatikan Bora yang tengah kesal pada Taeman karena pemuda itu terus mengganggunya, lalu pandangan mereka bergulir ke Aesol dan Nara yang berbincang entah membicarakan apa. Sesekali Ilha mencuri pandang ke arah gadis di sebelahnya, senyum terbit menghiasi wajahnya tatkala melihat kurva manis tersungging di bibir gadis di sebelahnya. Semenjak kejadian dimana ia dan Minjee bergenggaman, Ilha merasa jantungnya berdebar kencang ditambah lagi ia merasa seperti ada ribuan kupu-kupu yang mengepakkan sayap di perutnya, rasanya sangat menggelitik dan hangat hingga ke pipinya.

"Kwon Ilha." Ilha berdeham pelan terlihat salah tingkah tetapi Minjee tidak menyadarinya, sebab gadis itu masih fokus pada langkahnya juga punggung Soyeon yang melangkah di depan Aesol.

"Terima kasih. Jika hari itu kau tak menggenggam tanganku, mungkin aku sudah berlari menyusul Kak Choonho." Ilha tak menjawab, namun telinganya jelas mendengarkan kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut Minjee.

"Ilha," panggil Minjee, kali ini dia menoleh menatap Ilha yang ternyata juga tengah memandangnya sambil tersenyum kecil.

"Apa ada seseorang yang kau suka? Di antara kami mungkin? Terdengar aneh memang aku bertanya di situasi seperti ini, tapiㅡ"

"Kau," potong Ilha lalu matanya membelalak kaget saat menyadari jawaban spontan yang keluar untuk memotong ucapan Minjee.

"Aish, sialan kau mulut," umpatnya pelan kemudian pergi meninggalkan Minjee yang terdiam di tempat karena terkejut akan jawabannya.

Duty After SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang