Siang berganti malam, bulan mengganti kedudukan matahari untuk menemani langit. Minjee hanya diam duduk bersama tiga penyintas sambil mengaduk makanannya tanpa minat dan tak menyadari jika Chiyeol tengah memperhatikannya dalam diam. Sorotnya mengarah ke luar jendela, memperhatikan langit malam yang gelap.
"Kasihan sekali."
"Kudengar penanggung jawab mereka kabur."
"Syukurlah kita punya Pak Lee."
"Benar."
Kalimat itu terdengar saling bersahutan, mengalihkan perhatian Minjee. "Berhentilah berbicara jika sedang makan." Setelahnya tak ada lagi suara yang ia dengar dari mulut teman-temannya. Minjee beranjak dari tempatnya mengundang perhatian pemuda di sebelahnya tetapi ia tak begitu memedulikannya.
"Deokjoong," panggil Minjee membuat pemuda bertubuh gempal mendongak. Minjee memberikan makanan miliknya lalu pergi begitu saja meninggalkan mereka yang menatapnya bingung.
"Hei, Kim Deokjoong." Deokjoong menoleh saat satu suapan hendak masuk ke dalam mulutnya, ia menatap Jangsoo yang memanggilnya bingung. "Sudah berapa banyak makanan Minjee yang kau makan?" tanya pemuda di sebelahnya.
Deokjoong sibuk berpikir, mencoba mengira berapa kali Minjee memberikan makanan jatah milik gadis itu padanya juga pada Wang Taeman. "Kurang lebih lima untukku, tiga untuk Taeman, dan satu untuk Ilha. Ada apa?"
Soochul mendesah panjang begitu mendengar jawaban yang disertai pertanyaan Deokjoong. Ia melempar sendok plastik miliknya ke arah Deokjoong lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Hei, sudah tiga hari aku tak melihatnya makan, apa kau juga menyadarinya? Makanan miliknya selalu ia beri ke orang lain tetapi kau yang paling sering mendapatkannya."
"Soochul, apa kau cemburu?" goda Youngshin yang duduk di sebelahnya.
"Tidak, aku tidak cemburu. Hei, Kim Chiyeol, kau paham kan maksudku?"
Mendengar namanya disebut Chiyeol mengerjapkan matanya. Rasanya aneh karena Soochul tiba-tiba membawa namanya dalam percakapan antara Deokjoong dan pemuda itu sendiri. Terlebih lagi sosok yang mereka bicarakan adalah Minjee, gadis yang selalu berbicara banyak padanya namun ia tak mengerti kemana arah pembicaraan gadis itu.
"Soochul," panggil Jangsoo mengalihkan perhatian tiga pemuda yang tak ia sebut namanya. Youngshin, Deokjoong, dan Chiyeol penasaran mengapa Jangsoo memanggil Soochul.
Ketika Jangsoo ingin melanjutkan ucapannya, suara tembakan terdengar membuat mereka yang ada di sana beranjak. Belasan remaja itu berlarian menuju pusat suara, tak lama mereka memekik kaget melihat Sersan Kim sedang bersandar tak sadarkan diri dengan bahu kanannya yang berdarah.
"Yoonseo." Mendengar suara lirih Minjee, Ilha bergerak dari tempatnya. Sorotnya terpancar emosi yang sepertinya akan meluap sebentar lagi. Namun, Chiyeol menyadarinya, dia menahan Ilha yang menatap tajam gadis penyintas di depannya.
"Tidak. Ini bukan salahku." Tersirat ketakutan di mata gadis bernama Yoonseo saat menatap Ilha. Minjee meninggalkan tempatnya, melangkah lalu berdiri di hadapan Yoonseo.
"Orang dewasa… orang dewasalah yang harus disalahkan. Ini bukan salahku." Minjee mendekat, menarik tubuh Yoonseo ke dalam dekapannya. Ia ikut jatuh terduduk ketika Yoonseo tak sanggup menopang tubuhnya sendiri.
Minjee menggeser senapan di sebelah Yoonseo menjauh, ia menepuk pelan punggung Yoonseo. "Ya, ini bukan salahmu," kata Minjee.
"Hei, Lee Minjee!" Ilha hendak beranjak tetapi lagi-lagi Chiyeol menahannya. Fokusnya yang tadinya tertuju pada kedua gadis yang menjadi pusat atensi, kini berubah ke pemuda di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty After School
FanfictionPernahkah kalian berpikir jika kehidupan yang tengah kalian jalani hanyalah sebuah ilusi atau bunga tidur? Atau pernahkah kalian merasa jika dunia tempat kalian berpijak itu penuh dengan tipuan? Atau mungkin pernahkah kalian membayangkan jika semua...