Minjee tersenyum melihat teman-temannya yang tampak bahagia bermain tepung bersama Sersan Kim dan Letnan Lee. Ia hanya diam di tempatnya tanpa ada niat untuk bergabung karena ia tak ingin tubuhnya kotor. Minjee tau jika tak ada satu orang pun yang sadar bahwa dirinya tidak ada di tengah-tengah mereka, namun ia tak begitu mempersalahkannya tetapi lain halnya dengan lelaki di sebelahnya.
"Apa mereka selalu seperti itu?" tanya lelaki itu menatap tajam pemandangan di depannya.
"Kenapa?" tanya Minjee balik membalas pertanyaan yang sebelumnya dilayangkan untuknya.
"Mereka seakan tak menyadari jika kau tak ada di sana." Minjee hanya diam, ia melipat kedua tangannya di depan dada lalu menoleh menatap lelaki di sebelahnya sebentar. "Ini bukan pertama kalinya untukku, jadi tak apa."
"Apa aku harus menyadarkan mereka kalau dirimu tak ada di sana?" Gelengan kepala menjadi jawaban Minjee untuk lelaki di sebelahnya. Mereka terdiam memperhatikan Letnan Lee yang tengah tersenyum sambil menjelaskan mengenai dirinya.
"Dengar. Aku bagian dari ROTC, jadi aku bergabung setelah lulus kuliah. Aku punya satu tahun tersisa untuk bertugas, tapi belum memutuskan apa aku akan pergi atau memperpanjang masa jabatanku. Itu saja," ungkap Letnan Lee mencoba menjawab rasa penasaran anggota peletonnya.
"Hei, apa itu ROTC?" Lelaki yang sering Minjee panggil dispenser air menoleh tetapi tak lama kembali memusatkan atensinya pada sekumpulan orang di depannya. "ROTC itu program pelatihan perwira, aku jelaskan pun kau tak akan mengerti," katanya. Minjee berdecih, enggan berdebat karena dia harus menyimpan tenaganya untuk besok.
"Ngomong-ngomong…" Minjee memutarkan tubuh jangkung lelaki di sebelahnya, pandangannya meneliti dari atas ke bawah memperhatikan penampilan yang menurutnya lumayan. "Kau terlihat cocok mengenakan seragam ini."
Senyum terbit di wajah lelaki itu, ia menaik turunkan kedua alisnya. "Aku terlihat berkali-kali lebih tampan dan berkharisma, kan?" tanyanya penuh percaya diri.
"Sebenarnya aku enggan untuk menyetujuinya, tetapi kau memang terlihat seperti itu. Bagaimana?" Kening sang lelaki mengerut bingung, apalagi ketika gadis di sebelahnya menunjuk kelompoknya yang nampaknya tengah membicarakan hal serius.
"Di antara mereka, menurutmu siapa yang cocok berkencan denganku?" Lelaki itu menatap malas gadis di sebelahnya, ia kira ada pertanyaan yang akan dilontarkan Minjee cukup penting, namun ternyata dugaannya salah. "Tidak ada," jawabnya.
"Hanya akulah yang pantas berkencan denganmu," sambungnya lantas mendapatkan pukulan keras di bahunya. "Kau membuatku ingin muntah," kata Minjee sambil menutup mulutnya.
"Hei, jangan berlebihan," sungut lelaki itu kemudian terkekeh sebelum kembali mengubah ekspresinya menjadi datar.
"Selamat malam, Letnan Lee. Aku ingin mengembalikan anggotamu yang pergi malam-malam sendirian."
Seluruh atensi peleton dua kini teralihkan pada mereka. Minjee masih diam di tempat tanpa ada niat untuk beranjak menuju teman-temannya. Akhirnya lelaki di sebelahnya mendorongnya hampir membuatnya tersungkur jika Ilha tak menangkap tubuhnya.
"Hei!" seru Minjee mengejutkan mereka yang mendengarnya terlebih lagi Letnan Lee dan Sersan Kim.
"Aku bukan barang," tekannya tak lupa dengan kepalan tangan yang mengudara. Lelaki itu hanya mengangkat salah satu alisnya, padahal jauh di lubuk hatinya ia sedang menahan agar tidak tertawa melihat tingkah aneh gadis yang sedang melotot ke arahnya.
"Aku titip adikku, Letnan Lee. Kalau begitu, aku permisi." Setelah berpamitan lelaki itu pergi meninggalkan Letnan Lee yang menatap bingung ke arah Minjee.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty After School
FanfictionPernahkah kalian berpikir jika kehidupan yang tengah kalian jalani hanyalah sebuah ilusi atau bunga tidur? Atau pernahkah kalian merasa jika dunia tempat kalian berpijak itu penuh dengan tipuan? Atau mungkin pernahkah kalian membayangkan jika semua...