Atas permintaan tim pencari mereka berkumpul di ruang pemungutan suara. Entah apa yang ingin tim pencari katakan, tetapi sepertinya pembicaraan itu cukup serius sampai-sampai Minjee yang baru sadar beberapa menit lalu dipaksa ikut oleh Soonyi. Chiyeol meletakkan potongan kertas yang Soonyi dapatkan dari saku celana Soochul di atas meja yang ada di hadapannya.
"Apa ini?" tanya Yoojung.
"Surat suara yang dimiliki Soochul." Soochul terpaku di tempatnya, ia bahkan tak bisa mengalihkan pandangannya dari Minjee yang menatapnya sayu.
"Ada tiga suara. Katakan kenapa Soochul memiliki ini," lanjut Chiyeol disusul suara kursi yang berderit karena Minjee mengubah posisi duduknya.
Penjelasan Chiyeol membuat Heerak beranjak dari tempatnya. Dia mengambil kertas suara di atas meja kemudian menoleh bingung ke arah teman-temannya. "Apa ini? Kenapa ada suara berbeda di sini?" tanyanya.
Soonyi mengambil salah satu kertas suara yang merupakan miliknya, ia menunjukkan coretan tinta hitam kepada mereka yang masih bingung. "Aku menentang tinggal kemarin. Fakta bahwa dia menyembunyikan ini adalah untuk menipu kita agar berpikir lebih banyak yang mau tinggal," jelasnya menatap tajam Soochul yang hanya diam menunduk.
"Siapa yang menipu kita? Maksudmu, Soochul?" bingung Soyoon.
"Apa maksudmu?" sahut Youngshin ikut bertanya.
Soonyi menatap Yoojung begitu juga dengan Heerak dan Chiyeol. Merasa dirinya menjadi pusat perhatian teman-temannya, Yoojung berkata, "Aku meminta Soochul menghancurkan surat suara. Pasti karena itu dia memilikinya."
"Tapi, kenapa dia hanya punya surat suara yang menentang gagasan itu? Serta ketiga suara yang menentang? Ini bukti bahwa pemungutan suara itu dicurangi," sahut Youngsoo.
"Jangan langsung menyimpulkan. Soochul tidak punya alasan untuk melakukan itu," ujar Yeonjoo memperingatkan Youngsoo.
Bora terlihat bingung, ia tak bisa memahami apa maksud teman-temannya. "Apa yang kalian bicarakan? Hei, katakan agar aku bisa mengerti."
"Teman-teman, tunggu. Kenapa kita saling mencurigai? Ini hanya akan menyebabkan kesalah pahaman," kata Aesol dibalas anggukan Minje.
"Kalau begitu, mari kita cari tau kebenarannya sekarang. Jika pemungutan suara tidak dicurangi, pemungutan suara hari ini akan membuahkan hasil yang sama. Angkat tangan jika memilih X." Soyeon berpendapat, Hana dan Soonyi langsung mengangkat tangan mereka tanpa ragu.
"Hei. Kita seharusnya tidak mengangkat tanganㅡ"
"Kenapa kau menghentikan kami?" potong Soonyi. Ia maju melangkah, sorotnya menatap lurus ke arah Taeman yang baru saja berbicara. "Wang Taeman, sikapmu sangat mencurigakan," sambungnya.
"Apa? Kau kehilangan ketenanganmu hari ini dan aku lebih suka kau diam." Minjee menggeleng, ia yakin sebentar lagi situasi akan memanas apalagi Taeman terlihat seperti ingin marah.
Taeman dan Soonyi beradu mulut, sorot mata mereka memancarkan amarah yang tak bisa Minjee pahami. Youngshin maju menengahi mereka, dia menyuruh keduanya serta yang lain untuk menenangkan diri.
"Soochul… bisa kau jelaskan mengapa kau memiliki tiga suara yang menentang?" tanya Youngshin membuat atensi seluruhnya terpusat pada pemuda yang masih saja diam dan sepertinya tak ada niat untuk bersuara.
"Soochul…" Chiyeol tiba-tiba bersuara menarik perhatian teman-temannya. "Aku mendengarnya bertengkar sebelum kami berkumpul." Pengakuan Chiyeol tentu mengejutkan semuanya termasuk Soochul dan Ilha yang berdiri di sebelah Minjee.
"Kim Chiyeol, apa maksudmu?" tanya Soyeon.
"Soochul bertengkar dengan siapa? Kau yakin? Kenapa kau baru membicarakannya sekarang?" timpal Yeonjoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty After School
FanfictionPernahkah kalian berpikir jika kehidupan yang tengah kalian jalani hanyalah sebuah ilusi atau bunga tidur? Atau pernahkah kalian merasa jika dunia tempat kalian berpijak itu penuh dengan tipuan? Atau mungkin pernahkah kalian membayangkan jika semua...