05

998 100 6
                                    

Sesuai yang diucapkan Sersan Kim dan jadwal yang tertempel di depan kelas, hari ini adalah hari dimana mereka akan menembak menggunakan peluru asli. Para siswa sedang berbaris di depan gedung sekolah, mereka tengah menunggu Yoojung menghitung jumlah teman-temannya lalu melaporkannya pada Sersan Seo. Dari tempat dia berdiri, Minjee bisa mendengar Soyoon dan Inhye bertanya kepada Bu Park.

"Bu Park, kau ikut ke lapangan tembak bersama kami?"

"Tentu saja, aku ikut kalian."

"Jangan khawatir."

"Ya."

"Fokus pada latihan. Coba kulihat, kau sudah membawa semuanya?"

Dari tempatnya Minjee merasa cemas, ia merasa akan ada hal buruk menimpa peleton dua. Rasa seperti ia kehilangan sosok pelindung membuat hatinya tak tenang. Menangkap gerakan gadis di sebelahnya Ilha menoleh, bisa ia lihat Minjee tengah menggigiti kuku jarinya tetapi dia tak terlalu peduli dengan itu.

"Peleton dua perhatian." Suara Letnan Lee mengudara mengalihkan pandangan Ilha juga Minjee.

"Ikuti agar kita tak kehilangan siapapun dalam perjalanan. Mengerti?"

"Baik, Pak!"

"Peleton dua, jalan."

Setelah mendapat komando dari Letnan Lee, para pasukan peleton dua melangkah meninggalkan lingkungan sekolah. Banyak dari mereka yang berbicara apalagi ketika melewati toko-toko yang tutup. Namun, Minjee masih saja diam matanya menatap lurus pada satu objek. Langkahnya terlihat ringan padahal jauh dari yang orang-orang lihat ia tengah merasakan takut teramat sangat.

"Hentikan itu."

"Apa yang kau lakukan?"

"Hei, lihat."

"Hei, kau membuatku takut."

"Kau teralu mudah takut."

"Sial!"

"Apa ini? Kenapa seluruh jalanan sepi?"

"Benar, bukan? Semua toko juga tutup."

"Orang mungkin berpikir dunia telah berakhir."

Kalimat-kalimat itu bisa Minjee dengar, tetapi ia masih saja diam terlihat enggan untuk penasaran dengan sekitarnya. Ilha menoleh, memanggilnya yang hanya dibalas dehaman pelan.

"Kau terlihat aneh sejak kejadian itu," kata Ilha. Minjee hanya meliriknya sekilas sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada objek yang sedari tadi ia tatap.

"Kejadian apa?" Rupanya Jangsoo di depan Ilha mendengarnya, Minjee hanya melirik sebentar sebelum akhirnya menjawab, "Aku tak sengaja memergoki dia menonton film dewasa."

"Hei!"

Jangsoo kembali mengalihkan pandangannya seolah ia tak tertarik dengan perbincangan kedua orang di belakangnya. Di tempatnya, Ilha menatap tajam Minjee yang masih setia dengan raut tanpa ekspresi mengundang decakan kesalnya.

"Peleton dua. Tetap diam saat kita menuju lapangan tembak," kata Letnan Lee merasa terganggu oleh keberisikan anggota peletonnya.

"Diam! Jangan bicara!" seru Sersan Seo setelahnya.

Mereka terus melangkah meski masih ada beberapa yang bersuara. Tak begitu lama, mereka sampai di lapangan tembak. Banyak siswa yang kemungkinan dari sekolah lain sedang berlatih. Minjee menoleh memperhatikan apa yang ditangkap oleh retinanya.

"Kelas tiga dua, berbaris di depan sersan peleton kalian!" titah Sersan Seo yang bisa Minjee dengar.

Minjee menatap sekitarnya, tubuhnya berputar tiga ratus enam puluh derajat, tingkahnya itu tak lepas dari Ilha yang menatapnya aneh. "Kau, terlihat norak sekali," ujar pemuda jangkung itu.

Duty After SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang