11. Mencari

34 4 0
                                    

Happy Reading guys!!

🍁🍁🍁

Mendengar kabar dari Atlas segera Afan pulang meninggalkan pekerjaannya. Ia sangat khawatir dengan kondisi putrinya.

"Tuan alarm dirumah ternyata berbunyi saat kejadian tadi," lapor Rian.

"Berarti pelaku membawa bahan peledak?," tanya Afan.

"Sepertinya sebuah pistol tuan. Karena tidak terjadi kebakaran mungkin karena suaranya alarm jadi berbunyi," jelas Rian.

"Selidiki sampai ketemu Rian," perintah Afan.

Saat sampai dirumah Afan segera turun. Bodyguard yang tadi pingsan pun sudah sadar dan menghadap Afan.

"Maaf tuan. Kami tidak bisa menjaga nona," sesal pria itu.

"Tidak apa-apa. Perketat keamanan rumah mulai hari ini," perintah Afan.

Afan segera masuk kedalam dan menemui Disya. Ternyata ada teman-teman Atlas disini.

"Om?," sapa Gibran.

"Makasih sudah membantu Disya," ucap Afan tersenyum kecil.

"Iya om. Disya juga bagian dari kita," balas Nathan sopan.

"Kalo gitu saya naik dulu. Mau lihat kondisi Disya," pamit Afan.

"Hah! Ternyata susah ya jadi orang kaya," sahut Cakra tiba-tiba.

"Maksudnya?," tanya Deon bingung.

"Iya. Kalo ada yang nggak suka jadi saling nyerang gini," jelas Cakra.

"Jangan nuduh. Belum pasti kalo ini musuh Om Afan," tegur Kael.

"Terus siapa? Yang berani sejauh ini kalo bukan orang gede juga," bingung Cakra.

"Orang suruhan. Firasat gue pelaku ini sama kayak kejadian yang disekolah," ucap Gibran.

"Kita tunggu Atlas sama Alvaro dulu. Kita cek sama-sama CCTVnya," ujar Bastian.

Sedangkan diatas, Disya sedang diobati oleh dokter. Untungnya karena sempat dibalut kain Disya tidak sampai harus ditransfusi darah.

"Sudah. Lukanya tidak dalam hanya sebuah goresan saja. Jadi, tidak perlu khawatir," jelas dokter itu.

"Nggak perlu dijahit dok?," tanya Atlas.

"Tidak perlu. Cukup diobati dan dibalut saja nanti bisa kering dan sembuh kembali," jelasnya.

"Ini kalo merasa nyeri bisa diminum sehabis makan," lanjut dokter itu sambil menyerahkan obatnya.

"Terimakasih dok," ucap Atlas.

"Sama-sama. Saya permisi dulu," pamit dokter itu.

"Papa?," panggil Disya.

"Gimana keadaan kamu? Ada yang sakit lagi nggak?," tanya Afan khawatir.

"Nggak ada pa," ucap Disya tersenyum lembut.

"Jangan senyum. Papa sedih liatnya," ucap Afan mengelus lembut kepala putrinya.

Ladisya (Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang