Happy Reading guys!!
🍁🍁🍁
Disya berangkat kebih awal dari Atlas. Ia hanya ingin sendiri dulu sebentar. Semalaman ia tak bisa tidur karena ingatan itu.
Ia meyakinkan diri untuk mengembalikan memori itu pada Alex. Menurutnya memori itu milik dia.
Ia tak mau jika orang-orang disekitarnya terluka hanya kerena dirinya.
Ia memutuskan untuk ke taman samping sekolah. Mendudukkan dirinya di bangku yang tersedia dan menyenderkan tubuhnya.
Ingatannya belum sepenuhnya kembali. Tapi mungkin inti masalahnya ia sudah mengetahui.
Merasa hpnya berdering dan menampilkan nama Atlas. Ia tak mengangkat telepon itu.
Beberapa saat dirinya disini bel masuk berbunyi. Ia segera bangkit dan berjalan menuju kelasnya.
"Dari mana sih lo? Kita panik waktu Atlas bilang lo nggak di rumah," cerocos Mela.
"Gue berangkat lebih pagi tadi," balas Disya.
"Kenapa? Lagi marahan sama Atlas?," tanya Aluna.
"Nggak. Cuma mau berangkat sendiri aja,"
"Serius Sya. Lo ada masalah?," tanya Meysa.
"Selamat pagi anak-anak. Ayo duduk di bangkunya. Kita mulai pembelajaran hari ini," ucap Bu Mila menghentikan pembicaraan mereka.
Mereka segera mendudukkan diri di bangku masing-masing.
Disya memperhatikan Bu Mila yang menjelaskan sesuatu. Tapi pikirannya berkelana entah kemana.
Aluna menatap Disya curiga. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan oleh sahabatnya itu. Aluna mulai hari ini dipindahkan ke kelas ini. Karena ia mengikuti seleksi untuk pindah kelas. Dan dirinya berhasil untuk satu kelas dengan mereka.
Disisi lain Alvaro sedang berfikir keras. Kenapa Disya menghindar untuk berangkat bersama dengan Atlas. Apa yang gadis itu sembunyikan lagi darinya.
"Kayaknya Disya tau sesuatu deh. Jadinya dia ngehindarin kita," celetuk Cakra.
"Jangan terlalu diteken. Kita ikutin dia aja kalau emang ada yang mencurigakan," ucap Gibran.
"Bener. Disya pasti ada alasannya kenapa dia nggak kasih tau kita," sahut Vino.
"Mungkin dia udah nemu itu memori," ucap Kael lempeng.
"Ha? Tau dari mana lo?," sahut Dava.
"Mungkin," balas Kael menekankan.
"Biasa aja dong," sebal Dava.
"Pulang sekolah kita ikutin Disya," final Atlas.
Ia merasa Disya akan bertemu dengan seseorang. Entah itu siapa tapi yang jelas ia tak akan membiarkan Disya dalam bahaya.
Kembali pada Disya yang tiba-tiba ingin ke kamar mandi.
"Bu saya ijin ke kamar mandi sebentar," ucap Disya mengangkat tangan.
"Iya silahkan," balas Bu Mila.
"Mau gue temenin?," tawar Aluna.
"Nggak usah. Cuma sebentar kok," tolak Disya.
"Beneran itu nggak papa?," tanya Aluna pada mereka.
"Nggak papa. Biasanya juga sendiri kok," sahut Safira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ladisya (Love Story)
Teen Fictioncover by pinterest Alvaro Kendrick Yudanta. Kisah cintanya yang lama ia pendam akhirnya kini ia berani ungkapan pada gadisnya. Rasa ingin melindungi semakin besar ketika melihatnya sering dalam bahaya. Persahabatan dengan anggota gengnya membuat ia...