🐺 7 🐺

7K 239 5
                                    

Be my woman, amore. Allow me to call myself yours
🥀

• بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ •


           Hidangan pada malam itu sungguh mengasyikkan. Rasa puas hati bila dapat menjamukan makanan hidangan hasil air tangan sendiri. Perasaan gembira kembali hadir dalam diri. Bayangan Jason dia sudah tepis jauh-jauh.

" Sedapnya bau, Qaseh." Mak Som menghampiri meja makan dengan riak kagum.

" Tak sedap mana pun, Mak Som. Main campak-campak je ni,"

" Main campak-campak lah orang kata sedap. Sebab dah pro,"

Qaseh ketawa kecil. " Mak Som ni ada-ada je. Erm memang takkan ada yang makan sini ke?"

" Mana boleh. Tuan Jason tak bagi sesiapa makan satu meja dengannya." Mak Som menggeleng takut.

" Tapi tuan tak ada kan? Ok lah saya nak panggil manusia-manusia yang ada dalam rumah ni sekejap." Qaseh melangkah pergi tanpa sempat Mak Som nak menghalang.

Qaseh naik ke tingkat atas untuk mencari-cari orang yang dia kenal. " Tony!" Di seberang koridor sana dia ternampak lelaki itu sedang membawa sekotak barang untuk dibawa masuk ke pejabat Jason.

" So many materials that you bring," Qaseh terpana melihat fabrik yang berkualiti dan mahal serta cantik itu. Dia mahu menyentuh tapi ditepuk lembut oleh Tony.

"  Don't touch. Ini kepunyaan tuan Jason,"

" Untuk apa?" Apa Jason nak buat dengan semua fabrik ni?

" For his works,"

" What kind of works?"

Tony mengeluh. Apa yang budak ni nak datang carinya? " What actually do you want from me?"

" Oh! Let's have dinner together," Ajak Qaseh dengan muka riang.

" Tak nak," Jujur dia berkata seraya mengalihkan pandangan daripada wajah ceria Qaseh.

" Why?" Sayu Qaseh bertanya. Pandangan kecewa diberi.

Tony hanya menggeleng. " Kalau tuan Jason tahu aku makan pada waktu tak sepatutnya, mati aku dikerjakannya,"

" Alaa dia takkan tahu,"

" But-..."

" Diam dan ikut je saya, Tony. Saya yang masak tau,"

" You cook?"

" Yes. You need to taste them," Qaseh menarik tangan Tony sehingga Tony terpaksa meletakkan kotak tersebut di atas meja panjang yang berada di ruang koridor luas itu.

Mata lelaki itu terpandangkan beberapa hidangan melayu yang dimasak oleh Qaseh.

" I think we should invite the others," Ujar Qaseh.

" Gila ke apa nak ajak 68 orang dalam rumah ni?"

" Ohhh. Ramainya," Qaseh membulatkan bibirnya. Tony menyorokkan senyuman melihat gelagat comel Qaseh. Sejujurnya wajah manis Qaseh itu memang dapat menyejukkan mata orang yang melihat. Entah kenapa Jason masih buta.

[C] | TAKDIR QASEH [BAKAL TERBIT]Where stories live. Discover now