SEMBILAN

576 33 0
                                    

Dengan satu tangan menenteng tas baby blue miliknya, Riana melangkah ringan menuju rumah Arya.

Riana menyukai semua hal yang ada di sana. Mulai dari bunga-bunga di halamannya, ruang tamu yang penuh dengan tegur sapa, kehangatan ruang keluarganya, meja makan yang selalu ramai oleh obrolan, juga aroma lezat dari dapurnya.

Riana sering melamun di balkon kamarnya, dan rumah Arya selalu memikat dengan kesempurnaannya.

Gelak tawa yang terdengar samar dari ruang keluarga, keseruan mereka saat membuat tenda di halaman rumah, siluet Arya dan kedua orang tuanya saat duduk melingkar di meja makan. Semua hal yang ia dambakan ada di sana.

Riana menghentikan langkah saat ujung sepatu pantofel-nya menginjak rumput basah. Di sana, ternyata Andy sedang mencuci salah satu motor koleksinya. Sebuah motor vespa tua berwarna putih yang tampak diselimuti oleh busa.

"Lagi mandiin Francisco, Om?" Riana berjongkok sambil memangku tasnya. 

"Biar glowing kayak Ana," jawab Andy membuat Riana tertawa kecil.

"Sabun doang mah bikin kulit kering. Coba beliin skincare aja, Om."

"Francisco mah perawatan dari dalem. Yang penting harus olahraga sama jaga pola makan aja sih. Minum bensin yang premium sama sering-sering ganti oli," jelas Andy.

"Tapi kok dia masih buluk, Om?" Setelah Andy membilasnya dari busa, kini terlihat jelas kondisi motor itu yang sebenarnya.

"Buluk-buluk begini tapi tetep kece tau!"

Riana manggut-manggut merespon Andy yang mulai sensi karena dirinya mengolok-olok motor kesayangannya. Meskipun Riana ingin sekali menghujat motor buluk itu lagi, tapi dia menahan diri karena mengetahui betapa cintanya Andy pada motor itu.

Dilihat dari sisi manapun, motor ini tidak ada bagus-bagusnya. Cat putihnya sudah kusam, banyak goresan di kanan-kirinya, juga kaca spion yang retak. Di matanya yang awam, motor itu tidak ada nilainya. Baik secara estetika, kegunaan, ataupun seni.

"Kenapa namanya Fransisco, Om? Tau dari mana dia laki-laki? Emang ada itunya?"

Sebelum Andy bersuara, Arya lebih dulu datang dan langsung menyentil puncak kepala Riana.

"Masih pagi jangan ngelantur!" Ia kemudian menatap papanya. "Pa, kalo nih anak omongannya udah nggak jelas, tolong jangan diladenin lah. Makin gesrek entar anak orang."

"Loh, ada orang nanya kan wajar kalo Papa jawab."

"Tapi masalahnya Papa jawabnya juga ikutan ngelantur. Malah makin aneh kalo diduetin gitu," omelnya sambil mengambil helm tambahan untuk Riana.

"Nama motor aja lebih kece dari nama lo, Ar." Riana memakai helm yang diulurkan Arya.

"Luka lama gue jangan diungkit lagi. Buruan naik!" Arya melambaikan tangan ke arah Andy. "Berangkat dulu, Pa."

"Salim dulu." Andy mengulurkan tangannya.

Arya melirik tangan Papanya yang basah dan berbusa dengan risih. "Sori, nggak dulu."

"Nih anak bener-bener ya!" geram Andy.

"Dadah, Om," pamit Riana sambil tertawa kecil.

Our (Happy) Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang