DUA PULUH ENAM

679 33 3
                                    

Minggu pagi. Riana sedang memberi makan ikan-ikan di kolam belakang rumahnya saat Arya menelepon.

“Riana, gue mau ke rumah lo ya bentar lagi,” kata Arya. Dia sepertinya sedang membantu mamanya di dapur karena ada suara pisau dan talenan beradu.

“Yaudah sih tinggal ngelangkah doang.” Maklum, rumah mereka hanya berjarak lima langkah.

“Lo tunggu di luar gih,” pinta Arya.

“Biasanya juga nggak pake izin langsung nyelonong masuk.”

“Males ah ada Ayah lo,” kelit Arya. Dia hafal betul Minggu pagi begini Darma pasti masih di rumah. “Tungguin di depan gerbang kek, Na.”

“Ribet lo. Yaudah sana jalan.”

“Ma, makanan buat Riana yang mana? Oh ini?” tanyanya pada Wanda sebelum kembali fokus pada ponselnya. “Oke-oke. Siap meluncur.”

Riana mematikan ponselnya. Begitu ia membuka gerbang rumahnya, Arya sudah berdiri di sana dengan menenteng beberapa kotak makanan.

Penampilan Arya seperti bocah yang sedang mengajak main temannya. Dia hanya mengenakan kaos tanpa lengan, celana pendek, dan sandal jepit. Plus rambut acak-acakan khas baru bangun tidur.

“Mama bilang lo nggak boleh makan sembarangan lagi." Arya menyerahkan kotak itu pada Riana. “Btw, nanti malem lo free, kan?”

“Kenapa?”

“Ajakan gue pas di rumah sakit itu seriusan loh, Na. Gue mau ngajak lo jalan-jalan kalau lo pulang dari RS.” Arya mengingatkan.

“Gue kira batal karena lo belum sujud di kaki gue,” canda Riana.

“Sujud itu cuma sama Tuhan, Riana. Lagian lo nggak bakal nyesel deh ikut gue,” imbuh Arya mencoba menyakinkan.

“Gue harus les sih karena udah ketinggalan materi beberapa hari.” Riana teringat janji temu dengan guru lesnya.

“Belajar mulu di pikiran lo,” keluh Arya. “Gue yang ketinggalan materi banyak santai aja tuh.”

“Makanya lo bodoh.”

“Mau marah tapi fakta.” Arya tertawa. “Bolos les sekali doang nggak ngaruh. Pokoknya nanti jam tujuh malem gue jemput.”

꧁꧞꧐꧞꧂

Lentari Arum.

Wanita seperti apakah dia? Apa dia benar-benar mirip dengan Riana? Apa selama ini dia pernah mencarinya? Apakah dia ingin bertemu dengan Riana sebesar Riana ingin bertemu dengannya? Dan yang terpenting di antara itu semua … apakah kini dia masih hidup?

Riana sempat berpikir untuk memberitahu Reiki dan Kevin tentang temuannya itu. Tapi setelah berpikir ulang, mungkin lebih baik Riana menyimpannya sendiri untuk saat ini. Minimal sampai ia tahu lebih banyak mengenai Lentari.

Di tengah langkahnya menuju kamar, Riana tidak sengaja melihat pintu ruangan Darma terbuka. Hanya selebar dua sentimeter, tapi ia cukup leluasa mengintip lewat celah kecil itu.

Terlihat Darma tengah meletakkan kepalanya di atas meja dengan menjadikan kedua lengannya sebagai alas. Entah dia tidur atau tidak. Namun, di tengah ketidakpastian itu Riana melangkahkan kakinya masuk.

Riana bertekad untuk mencari kotak itu.

Setelah berada cukup dekat, Riana bisa mendengar napas teratur Darma. Mungkin ayahnya itu benar-benar tertidur. Saat itulah dia melancarkan aksinya.

Saat Riana hendak menunduk untuk mencari di bawah meja, ia tidak sengaja menyentuh lengan Darma. Ia dibuat terkejut dengan suhu tubuh Darma yang sangat tinggi.

Our (Happy) Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang