TIGA BELAS

511 30 0
                                    

Hari itu mereka dipulangkan lebih awal karena masih dalam rangka pascaujian. Panas matahari di siang bolong yang menyengat sama sekali tidak menyurutkan sukacita para murid. Kapan lagi mereka bisa pulang lebih awal.

Kevin untuk kesekian kalinya kembali menolak ajakan Clara untuk membahas rencana kerja kelompok bahasa Indonesia. Lagi pula deadline tugas itu masih sekitar satu bulan lagi. Jika suatu hari nanti Clara menuduhnya malas mengerjakan tugas, Kevin tidak keberatan untuk menyelesaikannya seorang diri.

Begitu bel pulang berdering, Kevin langsung melesat menuju kelas Riana dan mengajaknya pulang. Dia mengajak Riana naik bus karena dirinya tidak membawa motor. Lebih tepatnya, kendaraan pribadinya itu disita sampai batas waktu yang belum ditentukan.

"Kenapa?" tanya Kevin saat mendapati Riana yang terus-menerus memandanginya.

Mereka kini sudah duduk di dalam bis yang melaju pelan. Kondisi bus itu sepi, tidak seperti saat pagi atau sore hari.

"Harusnya aku yang tanya kenapa," balas Riana pelan. "Kenapa kemaren keluar malem-malem? Kenapa nggak balas chat aku? Kenapa pake topi sama jaket? Kenapa tadi pagi ngehindarin aku? Kak Kevin aneh banget akhir-akhir ini. Aku kira Kakak marah sama aku."

"Nggak ada alasan Kakak marah sama kamu, Riana." Kevin terkekeh geli, mengusap puncak kepala adiknya.

"Kalo gitu jawab pertanyaan aku."

"Yang mana?" bingung Kevin.

"Yang barusan," desaknya tak sabaran. "Semuanya."

"Nanyanya satu-satu, dong," protes Kevin tidak bisa mengingat deretan pertanyaan Riana.

"Oke," putus Riana sambil mengangkat telunjuknya. "Kenapa kemaren keluar malem-malem? Nggak bawa hape lagi."

"Kerja kelompok."

"Kak Kevin nggak lagi ngomong sama bocah lima tahun. Serius, ih!"

"Cek aja kalo nggak percaya." Kevin menyerahkan ponselnya yang menampilkan roomchat-nya dengan Clara. Di sana tertulis rentetan pesan Clara yang mengajaknya kerja kelompok. "Karena deadline-nya mepet, jadi buru-buru ngerjain kemaren malem."

"Kenapa nggak bawa hape?"

"Ketinggalan."

"Kenapa nggak bawa motor?"

"Kondisi kemaren kan lagi hujan, daripada ujan-ujanan pake motor, mending naik taksi."

Sial. Kevin menjawabnya dengan lancar dan semuanya masuk akal. Mau tidak mau Riana pun mulai percaya. Dia menatap Kevin lamat-lamat. Meskipun dia ingin curiga, tetapi alasan ini cukup meyakinkan. Apalagi disertai bukti chat itu.

Riana mengangkat dua jarinya. "Kenapa nggak bales chat dari aku?"

"Ketiduran," jawabnya sambil nyengir.

Riana mengecek pesan darinya di ponsel Kevin. Ternyata benar, pesan itu masih belum terbaca. Ah, lagi-lagi masuk akal.

"Ketiga— apa ya tadi?" Riana mengerutkan dahinya berusaha mengingat. "OH IYA! Pertanyaan paling penting, kenapa pake jaket sama topi? Kak Kevin nggak pernah kayak gini sebelumnya."

Our (Happy) Little FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang