Happy reading
*
*
*
Haikal nampak tengah merenung dimejanya. Guru sejarah yang tengah mengajar sama sekali tidak ia perhatikan. Pandangan matanya lurus kedepan dengan polpen yang bertengger di telinganya. Sesekali tangannya memainkan polpen itu atau mencoret-coret di kertas.
Johan melirik Haikal yang duduk disampingnya. Sikunya menyenggol tangan Haikal yang asik mandangin jendela sambil ngemut polpennya.
"Apa sih?" Sewot Haikal dengan suara berbisik.
"Ngadep depan,kal. Nanti lo nggak paham sama materinya," tegur Johan ikut berbisik. Mau tobat dia tuh jadinya merhatiin penjelasan guru.
"Bosen gue. Bolos yuk Jo," nah bisikan setan berkedok kembarannya inilah yang terkadang menggoyahkan niatnya.
"Gue nggak mau nambah masalah. Bang Mahen nanti kesini,"tolak Johan.
"Tumben,ngapain?" Tanya Haikal heran.
"Pikun lo? Lo nggak ingat kejadian dua hari lalu?" Johan kadang suka mikir,kembarannya ini suka pura-pura lupa atau emang kapasitas otaknya yang limit.
"Oh waktu lo nabrak motor-motor di parkiran itu?" Tanya Haikal.
"Lo juga kali. Coba aja kemarin lo nggak usil mau rebut setir,nggak bakal mobilnya nabrak motor sebanyak itu," protes Johan.
"Enak aja. Salah sendiri lo nggak ngebolehin gue nyoba," sewot Haikal.
"Kan bang Mahen suruh gue yang nyetir bukan elo," Johan mulai sebal dengan perdebatan ini.
"Cih,mentang-mentang lo lahir duluan terus ngrasa jadi abang lo,"cibir Haikal.
"Lho emang iya kok. Kan gue emang abang lo," Johan menatap Haikal sinis.
"BEDA SEPULUH MENIT DOANG ANJIR!" Seru Haikal tak terima. Sadar masih ada guru disitu,Haikal hanya meringis sambil menggaruk tengkuknya. Johan menepuk jidat pelan. Malu juga dia. Mana diliatin satu kelas lagi.
"Haikal dwinata,Johan dwinata,enak sekali kalian ngobrol. Sudah merasa pintar,hah?" Cibir pak Didi sambil membenarkan letak kacamatanya.
"Hehe...maaf pak,"ucap Johan dan Haikal yang kembali duduk.
"Silahkan keluar dari kelas saya. Dan berdiri di lapangan upacara sampai jam istirahat," tegas pak Didi. Haikal hanya meringis. Johan sudah geleng-geleng dengan tingkah saudaranya.
"Gara-gara lo sih," bisik Johan sebal. Dia mendorong pelan punggung Haikal sambil berjalan keluar.
"Iya deh si paling bener. Salahin aja gue teros," dumel Haikal yang jalan di belakang Johan. Mereka melaksanakan hukuman di lapangan upacara.
Mahen tiba saat waktu istirahat tengah berlangsung. Kedatangannya sukses membuat para siswi berdecak kagum.
'Ah ya ampun ganteng banget,"
'Papa muda nggak tuh?"
'Ah masa papa muda? Alumni sini mungkin,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Brothers
Fiksyen Peminat"Kita itu saudara...jadi kita harus jadi penguat satu sama lain..." Kisah tujuh bersaudara yang ditinggal sang papi traveling katanya biar nggak cari mami baru dan anak anaknya jadi mandiri Kehidupan yang semula tenang perlahan terusik. Bahaya mende...