Who is target?

906 46 2
                                        

Happy reading
Voment kalau sempet
*

*

*

*

*

*

Setelah kejadian si kembar yang menangis seminggu yang lalu,kini rumah berlantai dua itu terlihat dijaga beberapa bodyguard. Satria tak mau ambil resiko jika Clara akan datang. Apalagi dia yakin wanita itu sempat mendatangi Candra.

Keadaan si kembar sudah membaik. Walau Candra masih merasa sedikit takut tapi setidaknya remaja itu sudah mulai tertawa bersama para abangnya.

Kevin dan Risa saat ini tengah menunggui si kembar yang asik mengerjakan teka-teki silang yang Risa berikan. Beruntungnya ada Risa yang merupakan seorang psikiater,sehingga kesembuhan Candra bisa berjalan cepat. Mahen dan Satria tengah pergi ke kantor. Selain untuk memeriksa keadaan kantor,Satria juga memastikan si sulung baik-baik saja.

Satria sempat berfikir kemunculan Clara saat ini bisa saja justru mengancam si sulung. Mengingat masa lalu Mahen dan keadaan Mahen yang sekarang,bukan tak mungkin wanita gila harta seperti Clara menargetkan Mahen.

Satria menatap penuh bangga pada sang putra sulung yang sedang memberikan arahan pada para bawahannya. Sikapnya tegas,kata-katanya tenang,aura yang berwibawa,ajaran Satria pada si sulung nampaknya berhasil.

'Mahen harus jadi panutan adik-adik oke?'

'Oke papi!! Mahen kalo udah besal mau kaya papi," seru bocah berusia lima tahun itu semangat.

'Anak mami pinter banget sih. Ngikut papi yang baik doang aja ya sayang. Jangan jadi playboy kaya papi," Ira,sang istri melirik ke arah sang suami.

'Lah kok gitu? Papi bukan playboy kali,' Satria mengerucutkan bibir.

'Ih apaan muka begitu nggak cocok sama umur. Iya kan Mahen?'

'Iya! Papi playboy! Kemalin masa papi minta nomelnya mbak Asih? Hayo mami malah lho papi,' celoteh Mahen berniat menakuti Satria.

'Astaga Mahen...ya jelas dong papi minta nomernya mbak Asih. Kalo nggak gitu gimana coba caranya mami bisa pesen kue hem? Kamu nih...sini,' dengan gemas Satria menubruk tubuh mungil Mahen.

'Aaaa....haha...geli papi...udah...haha..mami tolooongg...hahaha...' Mahen tertawa keras saat Satria mengusakkan wajahnya pada perut Mahen. Ira ikut tertawa melihat tingkah sang suami dan putra pertamanya.

Satria tersenyum mengingat sekelebat kenangan bersama sang istri. Terlalu asik melamun sampai tak sadar jika Mahen sudah berjalan kembali ke arahnya.

"Pi ngapain senyum begitu? Awas kesambet lho," tegur Mahen sambil mendudukkan diri di kursi kerjanya. Tangannya mulai sibuk menekan tuts komputer hendak memeriksa laporan yang baru dikirim sekertarisnya.

"Kalo yang nyambet mami sih papi mau-mau aja," ucap Satria sambil tersenyum lebar. Pasti asik jika benar istrinya nyambet dia gara-gara ninggalin anak-anaknya.

"Ada-ada aja papi nih,"Mahen menggelengkan kepalanya. Satria beranjak menghampiri Mahen. Tangannya mengusak lembut rambut hitam itu dengan perasaan bangga.

Seven Brothers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang