"EVERYBODY WE ARE COMING!!!" Seru Haikal sambil berlari keluar gerbang menuju Mahen yang sudah menunggu kelima adiknya.
Mahen yang tengah bersandar di body mobil dengan memakai kacamata hitamnya menoleh dengan cool kearah lima makhluk yang berjalan kearahnya.
"Serasa dipantai ya,bang?" Tanya Jefran melihat kacamata Mahen.
"Panas ege. Bisa-bisa sinar matakuh kalah dengan sinar mentari," jawab Mahen sambil membenarkan letak kacamatanya yang agak melorot.
"Makhsud lo mata lo lampu petromax gitu? Lumayan dong nggak usah pasang listrik ,cukup pakai mata bang Mahen aja kalo gitu,"ledek Haikal yang sudah stand by didalam mobil.
"Adek asyem lo,"gerutu Mahen.
"Bang Rey mana?" Tanya Candra yang masuk terakhiran.
"Reyhan dah nunggu di supermarket. Dia lagi belanja duluan," jawab Mahen seraya menjalankan mobilnya.
"Kok gitu?! Curang ih! Harusnya kan nunggu kita!" Protes Jefran kesal.
"Halah nunggu lo juga nggak ada faedahnya. Nolongin kaga nyusahin iya," bantah Mahen.
"Kan kita bisa bantu-bantu bawa barang belanjaan. Kasian dong bang Rey. Udah kecil nanti kalo bang Rey transformasi jadi mikro gimana? Kan susah mau liatnya," kata Nathan asal.
"Diem ah. Gue tau modus lo semua. Pengen ikut belanja biar bisa ke time zone kan?" Tanya Haikal yang sudah siap terlelap.
"Kaya yang ngomong kaga aja,"sindir Nathan.
"Berisik lo," kesal Haikal sambil menyumpal mulut Nathan dengan bantal leher bergambar olaf milik Jefran. Jefran yang melihat bantal kesayangannya masuk kegua Nathan dan terkontaminasi jigong Nathan auto panik.
"Ih bantal gue jadi bau jigong nih. Hu hu...ganti balik!!" Rajuk Jefran sambil memukuli Haikal dan Nathan. Tak hanya itu,dia juga memukuli kedua abangnya dengan bantal tadi. Suasana mobil benar-benar kacau layaknya pasar ikan.
Jefran melempar bantal. Tapi,bantal itu malah melayang ke kepala sang tetua yang sudah sedari tadi menahan magma kemarahannya. Mahen yang sempat gagal fokus langsung menghentikan mobil.
"Bisa nggak duduk yang anteng?!" Tanya Mahen penuh penekanan. Mencoba sabar. Trio perusuh yang sedari tadi gelut langsung kicep. Masing-masing langsung memegang mulutnya sendiri-sendiri.
"Untung aja gue anteng..."batin Johan penuh kelegaan.
"Hu hu hu...serem juga bang Mahen. Untung gue nggak ikut-ikutan," batin Candra sambil memegang dadanya.
Mahen kembali menjalankan mobil untuk menjemput Reyhan. Beruntunglah Reyhan berbelanja dengan cepat sehingga ketika mereka sampai,Reyhan sudah menunggu di parkiran.
"Diem didalam mobil. Nggak ada yang boleh keluar,"perintah Mahen. Kelima mahluk yang masih kicep itu mengangguk dengan patuh.
Mahen membantu Reyhan meletakkan barang-barang dibagasi. Setelah semua masuk,mereka pun bersiap pulang.
Reyhan duduk dikursi depan samping Mahen. Tak lupa dia memberikan senyuman kepada kelima adiknya yang masih saja diam.
"Tumben anteng. Biasanya ribut minta ke time zone,"ucap Reyhan.
"Bang Mahen mode singo edan," sahut Nathan sambil tetap menutup mulutnya.
"Lho Jefran kenapa?" Tanya Reyhan pada Jefran yang menatap sedih bantal lehernya.
"Bang Rey...bantal gue bau jigong bang Athan," adu Jefran masih tak terima. Matanya menatap tajam Haikal dan Nathan.
"Ah elah nanti kan bisa dicuci Jefran. Gitu aja ngambek lho," kata Haikal.
"Biarin. Itu kan bantal gue," sewot Jefran.
Mahen dan Reyhan saling pandang seolah tengah berbicara lewat mata batin.
"Buang hutan aja kali,ya"
"Panti asuhan kayaknya masih lowong,"
"Buang beban nggak apa-apa kan? Biar agak enteng,"
"Gue jual shopi laku nggak,ya?"
Kira-kira begitulah meeting Mahen dan Reyhan dalam proposal rencana "pembuangan beban keluarga yang terlalu menumpuk".
"Ngomong-ngomong papi inget pulang nggak ya?" Tanya Candra.
"Jangan-jangan papi udah diculik gadis pedalaman. Trus dipaksa nikah.Trus nggak inget pulang," jawab Haikal asal.
"Mulutnya Ikal," tegur Reyhan.
"I am sorry," ucap Haikal sambil menutup mulutnya.
"Tapi bisa aja sih. Kira-kira kalau papi pulang masih ganteng nggak ya?" Kali ini Jefran yang bertanya.
"Tambah item mungkin," tebak Nathan.
"Bisa aja papi jadi kurus kering," sahut Candra.
"Jangan-jangan papi malah...." baru saja Haikal hendak berucap,Mahen sudah menatapnya tajam lewat spion depan. Membuat Haikal langsung meringis.
"Lo suka asal ceplos sih. Rasain tuh diawasin lo sama bang Mahen,"ledek Johan.
"Apasih?" Gerutu Haikal sebal.
"Lho,bukannya bang Mahen bilang ada lima rapat ya hari ini? Kok jemput kita?" Tanya Jefran heran.
"Pasti lo bolos ya bang? Ngaku lo!" Seru Haikal girang. Akhirnya ia bisa membuat Mahen memakan larangannya sendiri.
"Sok tau lo. Gue udah rapat tadi. Sisanya udah dihandle sama Erlan," kata Mahen sambil tersenyum miring. Haikal mendengus kesal karena gagal memojokkan Mahen.
Mobil berhenti karena lampu merah dan juga kemacetan yang padat. Sudah hampir setengah jam mereka terjebak kemacetan. Hal itu membuat para remaja itu merasa bosan.
Haikal yang duduk disamping jendela menoleh keluar. Tiba-tiba senyumnya merekah melihat pedagang asongan yang menjajakan dagangannya. Haikal menurunkan kaca mobil dan melambai pada pedagang asongan itu.
"Jual apa aja bang?" Tanya Haikal.
"Oh ini dek ada tisu,kacang,roti,sama permen," jawab pedagang itu.
"Ouh...kok nggak jualan kopi bang?" Tanya Haikal lagi.
"Nggak dek. Susah mau bawa tremos keliling," jawab pedagang itu lagi.
"Rotinya berapa bang?" Tanya Nathan yang sudah ikut mengeluarkan kepalanya.
"Lima ribuan aja dek,"
"Nggak boleh kurang bang?" Tanya Nathan. Membuat mahen dan Reyhan saling pandang.
"Nggak boleh lah dek. Emang ini pasar boleh nawar?" Tanya pedagang itu sewot.
"Santai dong bang. Kalo tisunya brapa?" Tanya Nathan lagi.
"Seribuan,"
"Nggak boleh lebih bang?"
"......"
"Jadi mau beli nggak nih?" Tanya pedagang itu yang sudah mencoba sabar. Haikal dan Nathan saling pandang.
"Niatnya mau beli. Tapi kok mobil didepan udah jalan. Makasih bang udah nemenin ngobrol. Bye bye," dengan tak berdosanya Haikal dan Nathan melambaikan tangannya bersamaan dengan mobil yang mulai berjalan. Pedagang itu hanya bisa mengumpat sambil menunjuk-nunjuk dengan sepotong roti.
Haikal dan Nathan tertawa kegirangan. Mereka ini kalau sedang sefrekuensi memang sangat menyusahkan. Tapi kalau lagi bertentangan lebih nyusahin lagi.
"Ikal,Athan,hayo lho kalian. Nakal banget sih,"tegur Reyhan.
"Bercanda doang kok bang," ucap Haikal.
"Iya bercanda. Besok kalian nyoba jadi pedagang asongan ya. Mau kan?" Tanya Mahen dengan disertai lirikan tajamnya.
"NGGAK!!!" Tolak Haikal dan Nathan bersama.
************************************
Hai readers!!
Gimana part ini?
Garing ya?
Basahin aja biar nggak garing
Jangan lupa vote and comentSee u next part❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Brothers
Fiksi Penggemar"Kita itu saudara...jadi kita harus jadi penguat satu sama lain..." Kisah tujuh bersaudara yang ditinggal sang papi traveling katanya biar nggak cari mami baru dan anak anaknya jadi mandiri Kehidupan yang semula tenang perlahan terusik. Bahaya mende...