"I am so boring..." keluh Candra yang terbujur lemas diatas meja kelasnya. Jefran yang duduk di kursi disamping Candra menatap kembarannya yang nampak tak bersemangat hari ini. Pagi tadi meskipun mereka telah bercanda dan bolos upacara bersama dengan Kevin,tetap saja mereka mendapat hukuman. Walau pun mereka anak dari pemilik sekolah tapi Kevin tetap menghukum keponakannya untuk menunjukkan sifat keadilan diantara siswa. Kelima saudara itu pun tak masalah saat dihukum untuk membersihkan halaman belakang sekolah. Apalagi sang kepsek pun ikutan membersihkan sebagai hukuman telah bolos upacara. Mau tau siapa yang menghukumnya? Tentu saja keponakan-keponakan tercintanya.
"Jam kosong enaknya molor nih,"ucap Jefran siap merebahkan tubuhnya di kursinya dan juga Candra.
"Jef,ke kelas bang Athan yuk," ajak Candra semangat menegakkan tubuhnya.
"Bang Athan pelajaran kali. Udah tidur aja. Biar nanti malam bisa begadang lagi,"tolak Jefran sambil memejamkan matanya.
"Ayo lah. Tuh kelas bang Athan aja lagi diluar kok," ucap Candra begitu melihat anak-anak kelas XI IPA II tengah bermain dilapangan basket.
"Mager gue,"ucap Jefra malas.
"Ayo Jepran buruan," paksa Candra sembari menarik-narik tangan Jefran agar mau berdiri.
Jefran menghela nafas. Kembarannya ini tak pernah menerima kata penolakan. Semua harus mengikuti kemauannya.
Jefran dan Candra segera menghampiri kelas Nathan yang tengah bermain basket. Salah satu teman Nathan langsung mengajak Candra bergabung. Candra terkenal sangat pandai dalam bermain basket.
Sementara Jefran memilih duduk bersama Nathan. Abangnya satu ini sama dengannya. Sama-sama mageran.
"Nggak ikutan,bang?" Tanya Jefran.
"Mager gue,"jawab Nathsn singkat sambil terus menutup matanya. Nathan berbaring dengan santai dibawah pohon mangga yang rindang.
"Oy! Lo semua jamkos juga?" Haikal dan Johan datang dan bergabung bersama Jefran dan Nathan.
"Kok disini bang?" Tanya Jefran.
"Jamkos gue. Nggak tau nih kayaknya pada jamkos semua. Kira-kira guru-gurunya pada kemana,ya?" Tanya Johan penasaran.
"Jangan-jangan lagi rapat mau ganti kepsek nih," jawab Jefran asal.
"Kagak mungkin lah. Gesrek-gesrek begitu,sekolah jadi makin maju semenjak om Kevin jadi kepsek,"bantah Johan.
Haikal hanya menyimak. Tatapan matanya tertuju ke arah dua siswi adik kelas yang tengah ngobrol tak jauh dari mereka berada. Bahkan percakapan mereka tertangkap jelas oleh pendengaran Haikal.
"Tau nggak sih? Masa pacar gue nggak mau makan kalo nggak gue suruh. Kan agak repot guenya," Kata cewek berambut panjang.
"Sama dong. Pacar gue juga nggak bisa tidur katanya kalo nggak telfonan dulu sama gue. Sweet nggak sih?" Sahut cewek dengan rambut dikuncir kuda dengan rona bahagia yang sangat kentara.
"Ah sweet banget sih cowok kita. Harusnya kalo punya cowok tuh memang yang begitu,kan?" Tanya si cewek berambut panjang lebay.
"Hiiii...huek...pengen muntah gue,"Haikal pura-pura muntah. Geli dengan topik pembicaraan dua siswi itu. Oh ayolah. Nggak harus segitunya kali. Kalo istri sih mending. Lah ini? Cinta monyet doang lebaynya minta ampun.
"Merinding gue. Kalo gue punya pacar amit-amit deh begituan," rupanya Johan juga menyimak obrolan pasangan itu. Sebuah ide terlintas di benak Haikal.
"Jo nyanyi yok," ajak Haikal.
"Ayo gas!" Sahut Johan semangat.
"Lirik kopi dangdut,ya,"
"Gas lah. Gue pinjem gitar dulu," Johan buru-buru ngibrit ke arah teman sekelasnya yang tengah memainkan gitar. Johan kembali dengan gitar ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Brothers
Fanfic"Kita itu saudara...jadi kita harus jadi penguat satu sama lain..." Kisah tujuh bersaudara yang ditinggal sang papi traveling katanya biar nggak cari mami baru dan anak anaknya jadi mandiri Kehidupan yang semula tenang perlahan terusik. Bahaya mende...