12.

972 77 3
                                    

sara menatap kosong, satu koper dan satu ransel ukuran sedang yang ia letakkan di atas lantai. Koper berisi seluruh pakaiannya yang tidak banyak, sedangkan ransel berisi alat mandi, beberapa make up, dan  3 buah novel yang baru dia beli 2 minggu yang lalu.

Seperti katanya pada Om Pram di dalam mobil tadi, kalau dia akan segera pergi dari kota ini. Sara tersenyum senang, mengingat betapa kekeuh Om Pram membujuknya aar jangan pergi, dan dia bisa kerja di perusahaan om Pram. Sungguh, dia sangat tergiur. Tapi, terpkasa ia menolak dengan perasaan tidak enak dan sayang.
Sekali lagi, Sara mengingatkan dirinya, dia yang sedang  hamil, maka disetiap hari yang berlalu, perutnya akan membucit besar. Mau tak mau, kesempatan emas itu terlewat begitu saja.

Sara menghembuskan nafasnya kasar. Bayangan wajah kecewa Om Pram, menari bagai kaset rusak di kedua mata dan hatinya, ya. Laki-laki tua itu sangat kecewa akan penolakkanya. Tapi, walau begitu, laki-aki tua itu yang ternyata baik, tetap pamit dengan hangat meninggalkan dirinya di depan gerbang kos-sannya.

Om Pram pamit untuk  ke pasar, untuk membeli rujak yang sangat Sasa ingin makan.

Padahal, tanpa Pram tahu terlebih tanpa Rahma tahu. Rahma yang Sasa titahkan atau mengadu kalau ia ingin makan plecing. Semuanya adalah akal-akalan Sasa, yang tidak ingin di ganggu, karena di liputi rasa kesal dan marah pada Sara yang tidak bisa Sasa sulurkan. Sasa butuh waktu sendiri. Dan sedang mencari ide. hal apa lagi, yang bisa membuat Sara bejat, mau menggugurkan janin haram yang ada dalam perutnya.

“Oh ya, Tuhan. Maafkan Sara ibu, Bapak. Sara hampir melupakan album foto kita di bawah kolong ranjang.”Sara meloncat kaget dari dudukannya, menjatuhkan dirinya di atas lantai, memasukan satu tangannya ke dalam kolong ranjang. Sara menarik deg deg gan, ember besar hitam yang Sara gunakan untuk menyimpan dua album foto dan juga 3 judul novel lamanya.

Kedua mata Sara berkaca-kaca melihat album fotonya yang berdebu, sungguh dia merasa sangat bersalah.  bisa-bisanya, ia hampir melupakan kenangan satu-satunya yang ia miliki dengan kedua orang tuanya.

“Sekali lagi, maafkan Sara, ibu, bapak…”kata Sara lirih dan terlihat sangat menyesal dan merasa bersalah.

Sara mendekatkan album foto itu dengan bibirnya, Sara ingin cium ayah ibunya, tapi belum sempat Sara cium, suara panggilan mengalun dengan keras dari ponselnya.

Sara bangun dengan cepat dari dudukkannya di atas lantai. Sara sedikit naik keatas ranjang, mengambil ponselnya yang ia letakkan di tengah.
Sara takut, yang menelponnya adalah bos-nya. Tapi, bukan bosnya yang telepon. Yang menelpon adalah nomor baru. Dan sudah berakhir di detik Sara menggenggam ponselnya.

“Ini nomor siapa, ya?”tanya Sara bingung.

Dan sial. Ada dua pesan yang masuk ke dalam ponselnya dari nomor yang sama. Sara reflek memegang dada bagian jantungnya, jantungnya dalam sekejap berdebar kuat, dan jantung Sara semakin menggila di saat Sara tahu siapa orang yang menelpon dan mengirim pesan barusan.

“Syandana…”ucap SARA TERCEKAT. Kedua kaki Sara bahkan gemetar kecil.

Dari mana laki-laki itu mendapat nomornya. Dan entah kenapa, bukannya merasa senang dan nyaman, mendapat pesan yang berisi ucapan terimah kasih dari Syan, melihat dan membacanya, membuat Sara malah takut dan cemas.

Terimah kasih, kamu sudah menjauhi istriku. Benar bukan ucapanku, kamu enyah dari hidup istriku, istriku akan segera hamil, kamu terlalu kotor untuk dekat dan bersahabat dengan istriku.

Membaca pesan Syan di atas, tidak hanya membuat sakit hati, tapi membuat Sara juga sakit kepala.
Pesan Syan sampah, jadi, tidak akan dia balas dan langsung menghapusnya.

“Sialan!!!”teriak Syan kesal, penuh amarah. Bahkan sepreinya, sudah Syan Tarik, dan melempar sembarang di atas lantai.
Pesannya hanya di baca saja oleh Sara. dan entah kenapa, Syan merasa tidak suka, dan merasa tidak di hargai sedikitpun oleh Sara!

Caci aku sesukamu, Syan. aku jadi tidak sabar, kira-kira, seperti apa reaksimu nanti di saat kamu tahu, wanita sepertiku yang kamu anggap kotor, mengandung bahkan melahirkan anakmu juga. Apabila kamu menolak keberadaannya, tidak masalah, itu lebih baik, walau aku miskin. Aku akan kerja mati-matian tahu demi tumbuh kembang dan kesuksesan anakku, dan mari kita lihat, mana yang lebih hebat antara anakku dengan anak yang istrimu lahirkan nanti, yang pasti lebih hebat anakku, Syan. aku semakin tidak sabar, waktu berlalu dengan cepat biar kamu senam jantung mengetahui segalanya. Bisik hati kecil sara.

Tbc

Anak Untuk Suami SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang