25.

1K 60 2
                                    

Pdf Anak untuk suami sahabatku ready. Harga 50 ribu. Promo bayar 100 ribu dapat 45 judul termasuk dapat cerita anak untuk suami sahabatku di buka. Minat, hubungi 085 337 484 038

*

Rasa kesal yang menggunung untuk Zian. Bocah 5 tahun yang bermulut blak-blakan  itu, dari dalam diri dan hati Syan, dalam sekejap lenyap  di saat Syan melihat anaknya yang ganteng  seperti dirinya, sudah tidur dengan sangat lelap di  atas  ranjang besar mereka.

Ya, ranjang mereka. Karena sedari Zian bayi sampai Zian umur 5 tahun lebih, Zian itu tidur dengannya, keduanya tidak pernah terpisahkan. Ah, terpisahkan, tapi hanya beberapa jam  saja, karena Zian harus ke sekolah. Ya, Zian. Bocah kecilnya yang menggemaskan sekaligus menyebalkan, sudah masuk sekolah sejak 1 tahun yang lalu.
Dan walau bocah itu, baru duduk di bangku sekolah tk A. dia sudah sangat pintar sekali. Mengotak-ngatik ponsel, mengotak-ngatik computer papanya, bahkan Zian juga sudah memiliki computer dan ponselnya sendiri. Sudah bisa membaca, dan menulis. Di bagian membaca, Zian sudah pandai membaca dan mengenal huruf, sejak anaknya itu umur 4 tahun yang artinya 1 tahun yang lalu, dan walau belum  bisa dan pintar membaca, Zian anaknya itu sudah pandai menggunakan ponsel pintar  miliknya hanya karena melihat dan sering di ajarkan, misal untuk membuka video atau memutar lagu yang Zian inginkan, main game, dan yang utama untuk telepon dan video call papanya, nenek atau kakeknya. Dan karena belum mengenal semua huruf, agar tidak telepon melulu, Zian dengan pandai, bisa mengirim pesan suara. Dan pesan suara yang paling sering Zian gunakan untuk berkomunikasi dengan nenek, kakek dan papa.
Tapi, di saat  sudah bisa membaca, Zian suka mengetik pesan apalagi untuk anak kecil seperti dirinya, Zian merasa sangat keren! Apalagi kata nenek, ketikan pesannya sangat rapi, dan formal. Terus ketikannya juga sangat cepat. Bahkan nenek, kalah dengan ketikannya. Nenek lambat.

“Ck, andai kamu bukan anak tunggal, papa. Papa pasti akan omelin dan kasih kamu hukuman, Zian. Nggak baik, sayang. Pintar bicara bohong seperti ini, kamu fitnah papa sama nenek.”Syan berdecak tidak percaya, dan menggumam dengan raut khawatir akan tingkah anaknya yang sudah di luar kepalanya.

Ya, bukan hanya sekali ini anaknya playing victim, tapi mungkin sudah 3 atau 4 kali. Dan Syan sangat khawatir karenanya.

Hampir Syan duduk di tepi ranjang, ingin tepuk gemas pantat montok anaknya, tapi hal itu, urung Syan lakukan, di saat laki-laki itu ingat satu hal….. dan mengingat hal itu, membuat tangan Syan seketika mengepal erat, membuat kedua mata Syan dalam sekejap memerah dan melotot karena menahan amarah, pernafasan laki-laki itu juga terlihat memburu, intinya laki-laki itu sedang amat marah saat ini. Marah pada Sara lebih tepatnya.

“Sasa, pernah ngidam tentang jalang itu, jalang itu perutnya di elus samaku dulu. Dan ya Tuhan, jangan-jangan kelakuan Zian yang seperti ini, karena tertular wanita itu? Aih, fuck. Sangat menjijikkan.”Syan bangun dengan kasar dari dudukkannya di tepi ranjang. Laki-laki itu terlihat bagai orang gila saat ini. Menjambak rambutnya, kadang juga memukul dengan gemas kepalanya.
Kepalanya yang dengan sialan dalam sekejap sudah di penuhi oleh Sara dan Sara. wajah memuakkan wanita itu, tingkahnya yang jalang dan tidak tahu malu, masih banyak lagi, membuat kepaLA Syan yang sudah kembali duduk dengan lemas di tepi ranjang, terasa amat sakit saat ini.

Dan sial. Kepala Syan semakin sakit di saat Syan baru sadar dan baru melihat, kearah dada dan perut anaknya yang tidur dengan posisi telentang. Ada boneka sapi kecil yang anaknya peluk di depan dadanya. boneka yang berhasil buat kepala Syan sakit.
Ya, sakit, karena boneka sialan yang anaknya peluk, sangat misterius. Bonek sapi yang sudah buluk, kotor, dan sudah sedikit kempes, bukan pemberian atau yang Syan beli. Bukan juga orang tuanya beli. Boneka itu sudah menemani anaknya sejak anaknya umur 2 tahun. Lebih tepatnya di saat mereka di mall. Di saat itulah anaknya mendapatkan boneka itu.
3 tahun yang lalu, masih Syan ingat dengan jelas. Di malam berhujan, di timezone, Syan angkat panggilan dari rekan kerjanya. Anaknya Zian duduk di sampingnya. Ada tali yang  Syan ikat di pinggang anaknya dengan pinggangnya, agar pergerakan Zian ia ketahui. Tapi, 4 menit kemudian, betapa kaget Syan, di saat Syan menoleh kearah anaknya yang menikmati ice creamnya, ada boneka sapi itu di dalam pelukan anaknya.
Boneka yang jadi barang kesukaan anaknya, yang selalu anaknya peluk, bahkan pernah Syan dan orang tuanya buang boneka itu? Akibatnya! Zian rewel bahkan menangis sepanjang malam, untung boneka itu beum sempat di musnakan, andai sudah di musnakan, mungkin anaknya akan mati karena kelelehan menangis dan mencari boneka itu.
3 tahun yang lalu, dimalam anaknya mendapatkan boneka itu, Syan saking penasaran dari siapa boneka itu, menyuruh penjaga timezone dan bahkan maneger di sana untuk membuka cctv, di buka lah cctv, Syan menontonnya entah kenapa dengan jantung yang berdebar hangat.

Tapi, sial. Seorang yang memberi boneka pada anknya, tidak bisa Syan kenali sedikitpun. Tapi, orang itu jenis kelaminnya wanita, sangat gemuk, pakai baju dan celana panjang, ada kaos tangan juga, terus pake masker, pake kacamata besar hitam, dan     ada topi di kepalanya. Wajar, Syan tidak bisa mengenalinya sedikitpun.
Dan tanpa Syan tahu, jelas wanita yang bertubuh gemuk karena suatu alasan itu, adalah Sara., ibu kandung dari Zian, yang dengan nekat ingin melihat anaknya dalam jarak yang dekat, memberikan boneka kesukaan Sasa untuk anaknya Zian. Jadi, wajar Zian tidak mau kehilangan boneka itu. Jadi, wajar juga, Zian tidak  terlalu merasa sedih akan kepergian Sasa. Sasa bukan ibu kandungnya dan juga, boneka sapi yang awalnya adalah milik Aca, bagaikan obat mujarab untuk mood dan kebahgiaan hidup Zian.
Syan menghembuskan nafasnya kasar, tanganya mengulur ingin ambil boneka itu, tapi sialan. zian anaknya malah semakin mengeratkan pelukannya pada boneka itu.

“Zian, sungguh kamu buat papa pusing, Nak. Boneka itu sudah banyak virus. Papa nggak suka kamu terlalu cinta boneka itu, bahkan mengalahkan rasa suka kamu pada semua mainan yang papa beli bahkan nenek dan kakekmu juga beli.”ucap Syan geram. Tangan kukuhnya mengusap frsutasi wajahnya. Syan cemburu pada boneka itu. Bahkan amat cemburu. Kalau bukan di peluk olehnya. Mungkin, ia tidak pernah berpelukan dengan anaknya. Anaknya yang setiap malam atau tidur lebih memilih memeluk boneka sapi sialan itu. Hah!

“Masya Allah, Bos. Sama boneka aja, kamu cemburu
Mengerikkan.”ucap suara itu terdengar geli. Lalu di susul dengan suaara langkah yang sangat pelan dan hati-hati mendekati Syan dan juga Zian yang tidurnya masih pulas.

Seorang laki-laki tinggi, tampan tapi berkacamat, sudah berdiri tepat di samping Syan saat ini. Syan yang menguarkan aura seram, tatapan dingin dan bengisnya. Tapi, maaf saja, semua aura  dan raut menyeramkan yang Syan tebar, tidak membuat laki-laki berkacamata itu takut dan terintimidasi.

“Aku sudah biasa dengan hawa panas yang kamu keluarkan, kasian Zian, gerah sama hawa panas papanya.”ucap laki-laki berkacamata itu santai.
Oh perkenalkan, laki-laki berkacamata itu adalah sekertaris sekaligus merupakan asisten pribadi milik Syan. Yang merupakan teman Syan juga sedari SMP sampai kedua orang itu duduk di bangku kuliah.  Kuliah di kampus yang sama. Tapi, sayang. Karena Syan sudah bekerja sambil kuliah. Sebagai abdi negara. Membuat keduanya tidak selalu bertemu. Dan laki-laki berkacamata itu, bernama Abdi, sudah bekerja selama 4 tahun dengan Syan.

Syan yang saat ini, sudah bangun dengan pelan-pelan dari dudukkannya di tepi ranjang. Menatap Abdi dengan tatapan bingungnya, melihat wajah Abdi yang dari semangat dan ceria, sudah berubah lemas saat ini.

“Kamu kenapa?!”tanya Syan pelan. Penuh penasaran. Entah kenapa, kali ini, Syan tidak bisa membaca pikiran Abdi.

Abdi, laki-laki itu diam, tidak langsung menjawab pertanyaan Syan. Laki-laki berkacamata itu juga, terlihat mengusap kasar wajahnya.

Huh. Abdi sekali lagi, menghembuskan nafasnya kasar, melihat tangan Syan yang mengepal erat, Abdi dengan cepat mengatakan hal yang membuat ia lemas saat ini.

“Perempuan bernama Sara yang  kau suruh untuk mencarinya, sudah berhasil kutemukan, Syan….”Kata Abdi dengan tatapan menerawangnya. Lebih tepatnya menerawang pada wajah cantik, teduh dan ayu yang wanita itu---Sara miliki. Yang merupakan calon istri dari Bos sekaligus sahabatnya.

“Lalu? Kenapa kamu terlihat lemas. Pekerjaanmu bagus, dalam waktu 24 jam, kamu menemukan jalang itu…..”

“Sepertinya, kamu tidak bisa memenuhi wasiat Sasa. Karena wanita itu sudah menikah, Syan…”potong Abdi tegas ucapan Syan.

Syan yang dalam sekejap, sudah membeku kaku di tempatnya. Menatap Abdi dengan tatapan tidak percayanya, jantungnya terasa ingin di renggut dari tempatnya. Tapi, semua itu hanya berlangsung sekitar 5 detik, dan detik ini, Syan sudah berhasil menguasai dirinya, melihat laki-laki itu tengah tersenyum sinis dan penuh arti saat ini.

“Syan, apa yang kamu pikirkan?”Abdi bertanya dengan perasaan tidak enak.

“Apapun yang alamrhum istriku inginkan, bagaimanapun caranya akan aku penuhi dan turuti, ini sebagai bukti, betapa aku encintai dirinya. Asal wanita itu belum mati, hanya sudah menikah? Bahkan sudah punya anak lagi dengan laki-laki lain? Tidak peduli dan masalah, dengan uangku yang banyak, aku akan membuat mereka bercerai, Abdi!”

“Detik ini juga, antar aku pada calon istriku, Abdi.”

Tbc

Anak Untuk Suami SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang