17

861 60 0
                                    

Sara reflek melangkah mundur, di saat Syan  melangkah mendekatinya, melihat Sara yang reflek menjauhinya seakan ia adalah wabah, Syan terkekeh sinis. Dan melangkah dengan santai melewati tubuh tegang Sara di belakangnya saat ini. Wanita jalang di belakangnya, mengira ia akan menyentuhnya? Macam-macam padanya? Hah, Syan tidak setolol itu.

Padahal, laki-laki itu sangat tolol bukan, terbukti dari istrinya yang berhasil mengibulinya dengan pura-pura hamil bahkan mencuri benihnya.

Laki-laki itu berjalan dengan santai menuju satu buah sofa panjang yang ada di depan ranjang. Dengan gerak angkuh, laki-laki itu menundudukkan dirinya di atas sofa panjang bewarna coklat itu.
Tapi, tunggu dulu. Syan merasa ada yang kurang dalam ruangan ini, dengan gerak kaku, Syan menoleh kearah Sara, yang raut wajahnya bagai orang gila, terlihat shock, takut, semua membaur menjadi satu.

Wanita itu takut, melihat respon Syan yang kelewat santai akan ancamannya barusan. Apa, iya. Syan tidak mendengar ucapannya tadi?

“Aku baru membersihkan telingaku kemarin,”Syan menggaruk telinganya yang tidak gatal. Laki-laki itu tidak bodoh, untuk tidak bisa membaca ekspresi tolol Sara saat ini. Mengira ia tidak mendengar ancamannya.
Syan mendengar semuanya dengan jelas, tapi ia bisa menguasai dirinya dengan baik dan cepat.

“Kemarilah, duduk di sampingku.”perintah Syan tegas, penuh keangkuhan, tangannya juga menepuk dengan pelan, bagian kosong sofa yang ada di samping kanannya. Menyuruh Sara duduk di sana.  Matanya yang tajam, menatap menghunus kearah Sara.
Sara yang merasa ketakutan saat ini, Sara yang tidak berani menatap kearah mata Syan sedikitpun. Tatapan, Syan, seakan membakar habis tubuhnya saat ini.


Tapi, tidak, Sara. kamu jangan takut. Jangan sampai kamu terintimidasi, kamu harus kuat, kamu harus berani, demi kehidupan layak anakmu Aca. Bisik batin Sara tegas dan kuat di dalam sana. Berhasil, batinnya berhasil membuat keberanian Sara keluar. Terbukti dari raut wajah wanita itu yang sudah di buat berani bahkan angkuh, tidak hanya itu saja, dengan senyum tipis yang menawan…. Ya, senyum yang Sara lempar dengan tipis saat ini, amat menawan di mata Syan, membuat jantung Syan dalam sekejap berdebar dengan hangat di dalam sana, tapi untung saja kewarasan laki-laki itu cepat kembali, najis. Ia terpikat pada senyuman Sara. harusnya Sara yang terpikat pada senyumannya dan ketampanan wajahnya.


Agar dia tidak bodoh lagi, Syan dengan gerak angkuh dan jijik, tidak menatap kearah wajah Sara lagi.
Sara yang dengan sialannya, berjalan mendekat kearah Syan. Syan yang reflek mengangkat tangan di atas. memberi kode pada Sara akan perintahnya.

“Stop, tetap di situ, perempuan sialan. tetap di situ.”perintah Syan tegas. Bahkan sampai membuat laki-laki itu bangun dengan kasar dari dudukannya, menatap Sara dengan tatapan mengancam dan tidak main-main.


Jantungnya semakin menggila di saat kedua matanya menangkap kaki Sara yang melangkah kearahnya. Syan tidak sanggup berada di dekat Sara, atau jantungnya akan meledak saat ini, entah karena apa alasannya.

“ck…”Sara berdecak kesal. menatap Syan dengan tatapan sinisnya.

“Kamu sendiri yang memberi arahan padaku, untuk duduk di sampingmu. Kenapa kamu berubah pikiran? Ck, padahal, sayang. Harusnya kamu nggak waras sekitar 5 menit,
melakukan….”ucapan dengan nada ejek Sara, harus terhenti di saat Sara melihat, Syan meloncati meja kecil yang berada di depan sofa, dan jantung Sara rasanya ingin meledak di saat Syan berjalan menuju samping kanan ranjang.
Tidak. Jangan sampai Syan melihat anaknya yang Sara tidurkan di dalam sebuah ember besar warna hitam. Sara nggak sudi, wajah anaknya yang polos, mata anaknya yang polos, melihat wajah bajingan ayahnya yang selalu menghinanya bahkan sejak anaknya masih berada dalam kandungannya.

Anak Untuk Suami SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang