13.

1.1K 65 3
                                    

Sasa tergolek lemah di atas lantai dingin dalam kamarnya. Bagai anak kecil, ia baru saja mengalami tantrum hebat. Bahkan seluruh sarapan yang dia makan pagi tadi sudah keluar semua melalui muntahannya yang sangat menjijikkan.

Keadaan kamarnya kacau, semua barang sudah tidak terletak pada tempatnya, dan barang Sara yang paling mondominasi. Album foto yang berisi foto dua orang sahabat itu tergeletak dalam keadaan kecil-kecil karena sudah di sobek penuh amarah oleh Sasa.

Sasa yang tidak menyangka. Sara akan sekejam ini padanya. Apa salahnya? Sehingga Sara, dia sangat kejam padanya, tidak menuruti maunya. Sara jahat. Bahkan melebihi iblis. Perempuan itu tega sekali menyiksa perasaannya seperti ini. Menyiksa anaknya juga yang ada dalam perutnya.

Dia yang sedang hamil saat ini, selama satu minggu penuh tidak enak makan dan tidur, memikirkan anak haram yang ada dalam perut Sara. hari yang harusnya menjadi hari bahagianya karena dia  sudah dan sedang mengandung saat ini, malah sangat kelam karena keegoisan Sara.

Sampai kepalanya terasa sakit dan ingin meledak, dia masih belum menemukan cara, apa yang harus dia lakukan agar wanita jahat itu mau menggugurkan anak haram yang ada  dalam perutnya.
Dengan ancaman bunuh diri, tidak mempan. Terlihat, selama 1 minggu belakangan ini, Sara tidak datang melihatnya sedikitpun. Bahkan mengirim pesan atau menelponnnya. Tidak wanita itu lakukan.  Sepertinya, Sara benar-benar ingin memutuskan hubungannya, fine. Akan dia lakukan.

“Aku nggak sudi berteman lagi dengan kamu, Sara. bahkan melihat wajahmu, aku ingin muntah, tapi aku akan menahan muntahanku, aku akan tetap berteman sama kamu, mendampingi kamu untuk pergi ke klinik, menggugurkan bayi haram itu,”bisik Sasa dengan kedua bibir yang bergetar hebat.
Sangat tidak menyangka, seorang yang ia pungut di got akan melukainya sedalam ini. Sungguh, hatinya sangat sakit, hatinya sangat kecewa, akan keputusan Sara yang lebih memilih memutuskan persahabatan mereka hancur. Hanya demi mengandung anak orang dengan cara illegal.
Sasa yang tergolek lemah di atas lantai, bangun dengan cepat dari  baringannya. Sebuah ide yang sangat gila, mampir begitu saja dalam kepalanya.

Tidak ada aksi ancam mengancam, kali ini, dia akan langsung menyayat tangannya sampai terluka di depan mata kepala Sara, agar wanita bajingan itu puas.

*****   

Sara sangat sadar, Mbak Heni terus melirik kearahnya sedari tadi. Dengan perasaan yang semakin cemas, Sara menatap kearah Mbak Heni, yang benar saja, sedang menatap penuh tanya dan tidak enak padanya.

Satu minggu yang lalu, Mbak Heni mendatangi rumahnya, meminta tolong dan memohon padanya, agar dia jangan keluar dulu dari pekerjaannya, singkat kata, Mbak Heni masih sangat membutuhkannya dalam pabrik  rumahan  yang sudah beliau bangun susah payah 5 tahun yang lalu.

Sara yang tidak bisa melupakan begitu  saja jasa dan kebaikan orang dalam hidupnya, tanpa piker panjang, wanita itu setuju dengan permintaan Bos-nya. Berakhirlah dia masih berada dalam pabrik rumahan ini.
Sara mengukir senyum yang sangat lebar, tidak mau Mbak Heni salah paham terhadapnya.

“Mbak, kenapa tatap saya terus dari tadi? Apakah wajah saya semakin cantik?”melucu, akan Sara lakukan untuk mencairkan suasana. Benar saja, Mbak Heni tertawa ngakak di depannya saat ini.

Bahkan pekerjannya yang mengupas singkong sedari  tadi, di  letakkan begitu saja oleh perempuan baik hati dan ayu itu.
Tunggu dulu, ini kenapa mata Mbak Heni sudah berkaca-kaca saat ini? Sara menelan ludahnya kasar. Apa keterdiamannya, membuat Mbak Heni salah paham padanya? Mbak Heni  mengira ia marah dan kesal padanya? Begitu kah?

“Mbak, ada apa? Maafkan saya, saya diam…”

Sara tidak bisa melanjutkan kata-katanya di saat Mbak Heni sudah memeluknya dengan pelukan yang sangat erat saat ini.
Bahkan bisa Sara rasakan dengan jelas, Mbak Heni sudah menangis juga dalam pelukanya saat ini.

“Aku masih bisa mendapat orang yang lebih baik dari kamu untuk menggantikan posisimu di pabrik ini, tapi percayalah, Sara. aku nggak akan bisa mendapatkan sosok adik sepertimu. Nggak bisa kah, kamu tinggal untuk selama-lamanya di sini? Mbak akan menaikan gajimu, Sara. kalau masih kurang, kamu tinggal minta aja, mbak nggak rela harus kehilangan sosok adik seperti kamu.”Mbak Heni berkata dengan nada pahit dan jujurnya.  Melepaskan berat hati pelukannya dengan Sara, Heni ingin melihat raut wajah Sara saat ini. Semoga sara luluh dan mau kasian padanya, yang sungguh, tidak mau kehilangan sosok pekerja dan adik seperti Sara.

Tidak mau hari yang cerah di isi dengan kesedihan, Sara melempar senyum yang lebar untuk Mbak Heni. Walau jujur, entah kenapa, tanpa Sara tahu, perasaannya masih tidak enak, dan bahkan saat ini, wajah Sasa yang coba dia enyahkan dari pikiran dan hatinya selama seminggu ini, menari bagai kaset rusak di otaknya.

“Terimah kasih banyak, Mbak. Saya seperti memiliki kakak kandung, saya juga tidak rela loh jauh dari Mbak Heni, tapi saya lebih tidak bisa tidak menuruti keinginan terakhir kedua orang tua saya. Mereka ingin saya kembali ke kampong suatu saat nanti, dan saya rasanya, harus segera melakukan apa yang kedua orang tua saya wasiatkan.”senyum sedih, menyesal, terukir dengan pahit di wajah Sara.

Dia berbohong. Tidak ada wasiat  seperti itu, dan Sara sangat meminta maaf pada kedua orang tuanya. Sara buntu, hanya alasan ini, yang ia miliki untuk tutupi kehamilannya. Sara juga meminta maaf dalam hati, melihat wajah kaget Mbak Heni di depannnya saat ini.

“Jadi, bukannya saya sengaja ingin pergi dari kota ini terutama menjauh dari mbak yang sudah banyak menolong saya selama ini,’’

Sara menarik nafas dalam-dalam.

“Saya harus kembali ke kampong Karena wasiat orang tua saya.”kata Sara lagi, kali ini dengan senyum lebarnya.

Heni mengangguk dengan perasaan bersalah yang besar. Dia  sudah suudzon pada Sara. mengira perempuan jujur dan baik di depannya keluar dari pekerjaannya, karena ingin mencari pekerjaan yang gajinya lebih besar darinya.
Tapi, sial. Tetap saja, dia tidak rela berpisah dengan Sara.
Kedua mata Heni berkaca-kaca lagi.

“Jangan melupakan Mbak ya, Sara. jangan putuskan komunikasi dan hubungan dengan Mbak…”

“Mbak Saraaaa!!!!”teriak suara itu panic. Membuat Sara dan Heni kaget. Menatap dengan tatapan takut dan cemas keasal suara.

“Lala…”Sara berdiri dengan kasar dari dudukannya. Menatap Lala yang wajahnya pucat saat ini dengan tatapan tanya dan takut.
Ada apa?

Sial. Sara kesal. Lala diam, dan jari telunjuknya menunjuk kearah luar sana.

Sara menatap kearah yang Lala tatap.
Ada apa?

“Mbak Sasa teman Mbak Sara, dia terluka di luar sana, pergelangan tangannya mengluarkan banyak darah.”

Jantung Sara bagai di hantam palu yang besar, sakit dan sangat kaget mendengar ucapan gemetar Lala di atas.

Masih  bisa kah ia tega pada Sasa setelah  ini?

Tbc

Ebook ready di playbook

Ebook ready di playbook

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anak Untuk Suami SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang