21.

735 48 2
                                    


Sayang seribu sayang. Harapan buruk dan jahat yang Sasa harapkan untuk Sara dan anaknya Aca tidak terjadi sedikitpun.
Sasa yang mengharap agar Aca mati karena dehidrasi karena terlalu lama berada dalam ruangan yang panas dan  langsung terpapar sinar matahari, anak  bayi perempuan itu baik-baik saja saat ini, bahkan anak itu terlihat sangat ceria dalam gendongan ibunya. Begitupun dengan Sara, perempuan itu tidak terlihat lelah atau capek, karena baru berjalan sekitar 5 menit lamanya, tepat di saat mobil jahat Sasa meninggalkan kedua ibu dan anak itu. Tiba-tiba sebuah mobil sedan kosong, hanya ada sopirnya yang tidak lain adalah seorang anak SMA, langsung menghentikan mobilnya di depan Sara.

Mengajak Sara masuk ke dalam mobilnya, dan akan anak SMA itu antar sampai ke tempat tujuan, tapi Sara yang traumanya kembali di ungkit dan di buka oleh Sasa tadi masa lalu kelamnya, membuat Sara 30 menit yang lalu, ragu bahkan mendadak takut pada anak laki-laki berseragam SMA itu.  Hampir menolak tumpangan gratis yang di berikan pemuda tadi, tapi setelah mendengar rengekan manja anaknya yang seakan mendorong Sara untuk masuk ke dalam mobil tumpangan, Sara langsung masuk ke dalam mobil.

Dan ketakutan Sara tidak terjadi, anak SMA bernama Lexa tadi, amat baik pada Sara, sangat menghormati Sara., pasalnya di saat Aca lapar, dengan lembut pemuda itu, menyuruh Sara memberi asi anaknya, dan pemuda itu berjanji tidak akan menoleh atau melirik kearah Sara di saat ia memberi makan anaknya.
Benar saja, pemuda itu baik, menepati janjinya dan sudah berhasil membawa Sara Dan anaknya dengan selamat di tempat yang Sara tuju.

Ya, artinya Sara tidak meminta pemuda tadi mengantar ia ke rumahnya, tapi Sara meminta pemuda tadi, mengantar dirinya ke tempat di mana.---- harga dirinya di renggut oleh orang yang hingga detik ini, tidak Sara tahu siapa orang jahat dan bajingan itu.
Sara berdiri di anakan tangga nomor dua di teras bank pemerintah yang keadaannya semakin horror saat ini. Di saat kedua manik hitam pekatnya melirik kearah toilet yang berada di depan bank samping kiri bangunan  dua  lantai di depannya, kedua mata Sara dalam sekejap sudah berkaca-kaca, bahkan…. Kedua kaki Sara amat gemetar saat ini.
Janji yang pernah ia ikrakan 11 tahun yang lalu, akhirnya ia langgar. Ya, sebisa mungkin sampai mati, Sara sudah berjanji, akan menghindari tempat ini, sebisa mungkin tidak akan pernah melewati tempat ini.

Tapi, apa? Saat ini, karena mulut jahat Sasa, Sara bahkan datang ke tempat ini---- bahkan dengan anaknya.

Sara yang menatap nanar toilet, mengalihkan tatapannya, dan menatap kearah anaknya saat ini, yang terlihat bahagia dan ceria, menatap dengan tatapan gembira setiap sudut ruanngan ini dengan manik madunya yang cantik.
Sara tertawa lirih, melihat keceriaan anaknya berbanding terbalik dengan ia yang tengah hancur, sedih dan sakit saat ini. Sakit hati dan fisiknya.

“Aca, tempat yang kita pijak saat ini, adalah tempat yang sangat horror untuk mama, Sayang. Harga diri mama di injak habis-habisan, bahkan mama andai nggak ingat dosa, mama mungkin akan langsung menggantung diri mama di sini, 11 tahun yang lalu…”ucap Sara gemetar, dengan tatapan yang menatap miris kearah meja besar yang masih berada di tempat yang sama--- 11 tahun yang lalu, meja yang hampir ia gunakan untuk menggantung dirinya, dan di dalam laci meja, masih Sara ingat, ada kabel sebesar jari telunjuknya di sana. Kedua benda itu hampir jadi alat untuk Sara melenyapkan dirinya sendiri.

Ya, dalam keadaan yang menyedihkan, penuh luka dan lebam, dan kewanitaan yang amat sakit, Sara keluar dari dalam kamar mandi, masuk ke dalam bank tidak di pakai ini, mencari cara dan benda yang bisa membuat ia lepas dari rasa sakit dan jijik yang menderanya saat itu.

“Ah, bukan hanya saat itu, tapi karena mulut baik, Sasa. Rasa jijik, kembali menghampiri benak dan hidupku.’’ucap Sara kali ini, sangat kesal.

Sasa sudah membuka luka lamanya dan dengan sialan, baik hatinya, hatinya masih belum bisa membenci wanita itu, karena wanita itulah yang sudah berhasil membuat ia keluar dari trauma dan rasa jijik di perkosa oleh orang 11 tahun yang lalu. Padahal, andai Sasa tidak ingin makan nasi goreng, mungkin kehormatan Sara masih lah utuh hingga saat ini.
Ahhhhhg
Mendengar desahan yang menyapa dengan keras telinganya, membuat Sara tersentak, dan Sara dengan gemetar, melangkah mundur, turun dari anakan tangga, lalu Sara berjalan sekuat tenaga, menjauh dari bank itu.


Desahan, yang sesekali akan menghampiri  pendengaran Sara, tanpa orang lain bisa mendengarnya sedikitpun. Menghampiri Sara beberapa saat yang lalu.

Ya, seorang laki-laki yang memerkosanya 11 tahun yang lalu, masih Sara ingat dengan jelas, hanya karena menjilati leher, mengecup lehernya, desahan bajingan itu akan melolong merusak gendang telinga Sara 11 tahun yang lalu.

Sara yang saat ini, saking takutnya, dan traumanya kembali muncul, dengan anaknya Aca, Sara duduk meringkuk di depan pagar tinggi rumah orang yang ada di samping kanan bank, membuat banyak orang, yang lalu lalang di depan Sara baik menggunakan kendaaraan bermotor dan mobil, menatap penuh penasaran kearah Sara. ada tatapan iba juga, tapi orang-orang itu masih ragu, ingin turun dan menolong, sangat takut, melihat Sara dan anaknya, adalah sebagai modus  baru untuk mendapatkan uang (kejahatan dan penipuan).

Dan sayang seribu sayang, andai Sara bertahan sekitar 4 atau menit menit  saja di bank itu, menatap dengan tatapan benci dan jijik pada toilet sialan itu, mungkin orang yang sangat Sara cariu-cari dan ingin tahu keberadaannya akan Sara ketahui siapa orang bajingan itu, hari ini bahkan saat ini, ya… sekitar 5 menit Sara meninggalkan bank itu, bahkan dengan mirisnya Sara masih duduk meringkuk di depan pagar rumah orang…di samping bank.

Seorang laki-laki tinggi tegap, berwajah bule, turun dari mobilnya yang mewah dan mahal. Yang supir laki-laki itu bahkan parker langsung di depan bank.

Wajah tampannya sangat muram, sedih. Ada begitu banyak ekspresi di sana. Ekspresi menyesal, rasa bersalah dan tak berdaya. Kakinya yang panjang dan kukuh, berjalan tepat di tempat yang kaki Sara pijak.

Bahkan laki-laki dengan paras yang tampan itu, berdiri di bekas tempat Sara berdiri, di anakan kedua tangga. Menatapn jijik, sinis, benci dan menyesal toilet yang ada di samping kirinya saat ini.

“sudah 11 tahun berlalu, aku tidak berhasil menemukan keberadaanmu.,  apa kamu sudah mati atau masih hidup?”ucap laki-laki itu gemetar, dengan bahasa Indonesia yang tidak fasih.
Tangannya    yang besar., terlihat menekan kuat dada bagian jantungnya yang amat sesak saat ini, kedua mata indahnya, di tutup dengan lemah oleh laki-laki itu, yang menahan rasa kecewa dan takut yang amat besar.

Kecewa? Ya, ia sangat kecewa, 11 tahun ia mencari wanita itu, wanita itu belum ia temukan hingga saat ini. Bahkan, bank yang ia pijak saat ini, tanah beserta bangunannya sudah ia beli, agar bank di depan ini, tidak boleh di sentuh di rubah atau  di runtuhkan bangunannya, bangunan ini harus utuh sampai ia menemukan perempuan malang itu. Karena di dpan bangunan ini ia akan meminta maaf pada wanita itu malang itu.

Dan takut? Ya, laki-laki itu sangat takut, takut wanita malang itu, sudah meninggal, karena bunuh diri, tidak terima dan hancur, karena harga drinya di renggut dengan paksa  11 tahun yang lalu.

“Tidak, aku… aku yakin, perempuan itu masih hidup hingga saat ini, tapi dimana aku harus menemukan wanita itu?’’ucap dan tanya laki-laki itu amat frsuasti pada dirinya sendiri. Kedua tangannaya terlihat mengeal erat, jantungnya di dalam sana, rasanya ingin meledak.
Ia tertekan., hidupnya tidak tenang selama 11 tahun ini, atau lebih tepatnya hidupnya selalu di hantui rasa bersalah dan dosa yang amat besar.

sungguh, ia nggak sanggup lagi menyimpan rahasia besar ini sendiri, ia ingin membongkarnya,  mengakui kesalahannya,  dan memberitahu [pada sepupunya, k kalau 11 tahun yang lalu, sepupunya itu…

“Ah, sial. Aku bisa mati di tangan mama, papa, tante, istriku bahkan di tangan sepupuku kalau mereka semua tahu tentant 11 tahun yang lalu dan rumah tangga sepupuku bisa hancur juga karena hal ini. Lupakan, Seyn, mungkin wanita itu sudah mati, kamu sudah merasa bersalah dan tobat,  jadi, jangan pikirkan wanita itu lagi…”ucap Seyn, ya Seyn nama laki-laki itu dengan berteriak lepas bagai orang gila.
Tapi, sial. Pikirannya tetap tidak bisa melupakan tentang kejadian 11 tahun yang lalu, bagaimana kalau wanita itu hamil?
Poin ini, yang paling menakutkan   dan menguras pikiran Seyn, bahkan membuat laki-laki itu selama 11 tahun berlalu, tidak enak makan dan tidur,. Dan sungguh, Seyn merasa amat kesal karena hal ini.
Ini bukan salahnya atau salah sepupunya yang bajingan juga, ini adalah salah perempuan kecil itu yang masih keluyuran di jam yang sudah pukul 10 malam kalau nggak salah 11 tahun yang lalu.


Tbc

Anak Untuk Suami SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang