7🍎

1.2K 81 4
                                    


Maaf banyak typo

*

7
sara yang sudah berada di lobi, memukul-mukul kepalanya dengan kesal.

Bagaimana bisa, dengan tololnya, ia melupakan ponselnya di ruangan inseminasi tadi, dan mau tidak mau, dengan pusat intim yang masih terasa keram  dan tidak nyaman. Ia harus pergi mengambil ponselnya.

Sebelum ia melangkah, dengan dada yang mulai berdebar tidak enak di dalam sana, Sara melirik kiri kanan. Agus mengejutkan Sara. Laki-laki itu adalah salah satu teman kerjanya di kripik manalagi milik Kak Rea.

Kebohongannya di ketahui oleh Agus. Bagaimana tidak, kemarin sore, ia meminta ijin dengan dalih, kalau pagi ini ia akan menjaga Arga anak tetangga kos-nya. Padahal, tidak. Ia tidak menjaga Arga. Melakukan proses inseminasi dengan dengan status masih lajang atau single, ia! Tapi, untung saja, ia dengan cepat mampu menemukan alasan yang tepat, di saat menjaga Arga, ia merasa pusing, dan mau tidak mau ia harus ke rumah sakit demi kesehatannya, dan Agus temannya akhirnya percaya dan berakhir kawatir padanya.

Huft! Sara menghembuskan nafasnya lega. Keadaan rumah sakit atau di lobi rs ini aman. Senyum perlahan terbit di kedua bibirnya, kakinya dengan langkah riang berjalan menuju lift. Ia sangat tidak sabar ingin mengambil ponselnya, pasti banyak panggilan masuk di sana, jelas panggilan itu dari sahabatnya Sasa.

Sahabatnya Sasa yang sangat beruntung, sudah menemukan jodohnya, laki-laki yang menjadi suaminya sangat mencintainya, terlihat dari Sasa, yang di gendong oleh Syan tadi. Bahkan Syan menggendong Sasa sampai parkiran, melihatnya, membuat dada ia berdebar menyenangkan, jadi tidak sabar, ia bertemu dengan kakak kelas yang ia tak acuhkan dan selalu ia tolak dulu. Ia mengatakan perasaanya, semoga saja di terima, lalu mereka menikah. Hum, memikirkan hal itu, Sara seketika senyam-senyum.

Ya, tanpa Sasa terutama Syan yang   selalu menampilkan wajah datarnya tahu, ia berjalan bagai seorang pencuri di belakang pasangan yang romantic itu.

Tidak! Tidak, Sara. Mereka terlihat bahagia, tapi nyatanya, tanpa  semua orang tahu, ada kekhawatiran yang sangat besar, tekanan yang sangat besar yang mereka hadapi, terutama Sasa.

Jadi, jangan pernah iri dan bandingkan hidupmu dengan orang lain. Ucap batin Sara tegas. Bahkan Sara juga memukul-mukul kepalanya pahit. Bisa-bisanya, ia melupakan betapa tidak nyaman dan tidak tenang  hidup sahabatnya, karena masalah anak yang belum mampu sahabatnya lahirkan untuk suami dan juga mertuanya.
Sadar, dan takut ia membuat Sasa panic, membuat Sara dengan cepat dan terburu, hampir memencet tombol lift yang ada di depannya, tapi urung Sara lakukan di saat ada tangan kukuh, lebar, berwarna coklat, dan sedikit berbulu mendahului Sara.

Sara yang menelan ludahnya kasar, di saat indera penciumnya, mencium aroma yang sangat familiar dan sangat ia kenal siapa pemiliknya. Tapi, ia sangat ragu, kalau pemilik aroma yang ia kenal  saat ini adalah  milik Syan? tidak mungkin. Syan dan Sasa pasti sudah pulang.

“Masuk,”ucap suara itu sangat dingin.
Membuat Sara tegang dan dengan gerak kaku, Sara menatap keasal suara. Kedua matanya rasanya ingin copot dari rongganya.

Ya Tuhan, tolong aku, Tuhan. Apa yang harus aku katakana pada laki-laki di sampingku kalau ia bertanya aku melakukan apa di rumah sakit ini?

Ya, ternyata tebakan Sara benar, Syan lah pemiilik aroma khas tersebut dan Syan lah pemilik suara yang sangat datar dan dingin tersebut, membuat bulu tengkuk Sara bahkan meremang mendengarnya.

Tidak! Batin Sara berteriak sekuat tenaga. Apakah  laki-laki di sampingku ini, tahu, kalau aku… kalau aku barusan menanamkan spermanya ke dalam rahimku?

Syan. Yang awalnya berdiri di samping Sara, kini laki-laki itu sudah berdiri tepat di hadapan Sara, mengangkat dengan jari telenjuknya dagu Sara, agar Sara menghadap kearahnya. Perempuan sialan di depannya tidak mengacuhkan ucapannya. Benar-benar sialan dan pembangkang.

Anak Untuk Suami SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang