15.🍰

1.2K 57 3
                                    

***

Seorang perempuan yang menggendong seorang bayi di depan dadanya yang tidak lain adalah Sara, selalu melihat  resah dan takut kearah   pintu ruangannya dengan jantung yang berdebar gila-gilaan di dalam sana. Bagaimana tidak takut, apabila pintu ruangannya di ketuk dan terbuka, maka ia akan segera kehilangan anaknya dalam gendongannya. Anak laki-lakinya yang sangat tampan, yang membuat Sara jatuh cinta dalam sekali pandang melihat parasnya 1 jam yang lalu.

Perempuan itu juga sangat berharap, andai bisa, waktu berhenti berputar di sini, sehingga Sasa tidak akan bisa kemari untuk mengambil anaknya. Ya, 1 jam yang lalu ada panggilan masuk dari Sasa. Wanita itu akan tiba sekitar 30 menit lagi, di ruangannya, jelas untuk mengambil anak laki-lakinya, lalu wanita itu di ruangan yang ada di sebelahnya akan berpura-pura baru melahirkan secara normal.
Anaknya akan segera di renggut dari gendongannya dan juga hidupnya. Sara tidak rela, sungguh untuk berpisah dengan salah satu anaknya, tapi di lain sisi, Sara juga tidak rela melihat Sasa yang terluka, dan sangat tidak rela apabila ia mengingkari janjinya pada Sasa.

Sasa pasti akan marah, membenci dirinya. Sara tidak mau hal itu terjadi.

Rengekan, bayi perempuannya yang ada  di  box bayinya, membuat lamunan singkat penuh ketakutan Sara buyar.

“Maafkan mama, bukan mengabaikanmu, kamu akan terus bersama mama, tapi adikmu yang mama gendong, tidak akan bisa terus bersama mama setelah ini, jangan iri ya, sayang.  Jangan iri, dan jangan dulu menangis. Mama mohon,”tidak mau air matanya jatuh membasahi wajah anak laki-lakinya, dengan gemetar, sara menghapus air mata menggunakan punggung tangannya.

Sara tertawa getir, melihat anak perempuannya yang sudah diam dan tenang saat ini. Anaknya mengerti dirinya. Sara tersenyum, tapi senyum wanita itu lenyap di saat Sara ingat sesuatu.
Anaknya… yang perempuan hidupnya tidak akan setenang dan sesejahtera adik laki-lakinya.

“Tidak. Mama akan bekerja keras, sayang. Kamu akan hidup dengan baik dan tercukupi, bahagia batin dan fisikmu.”ucap Sara dengan penuh tekad. Walau hati perempuan itu agak ragu, mengingat ia hanya seorang tamatan smu, dan memiliki pengalaman kerja, paling di warung makan, pabrik atau konter ponsel.
Air mata mengalir di wajah Sara dengan hati yang amat sakit, di saat ia sendiri saja, apabila warung atau tempat kerjanya sepi, ia kadang harus hemat-hematan. Mengingat hal ini, membuat Sara sangat takut, anak perempuannya akan menderita bersamanya.

Cup

Sara mengecup penuh kasih kening anak lak-lakinya, yang walau dalam hati, Sara haram hukumnya memberi nama pada anak laki-lakinya, yang punya kuasa adalah Sasa. Sara semakin sedih mengingat hal ini, tapi sebisa mungkin Sara menepisnya.

“Maafkan mama, kamu tidur sendiri dulu, ya. Mama harus adil, walau kamu akan segera pergi dengan mama Sasa. Mama nggak boleh mengabaikan kakakmu…”ucap Sara lembut sembari meletakkkan hati-hati anak laki-lakinya ke dalam box bayinya.

Dan Sara dengan langkah pelan, mendekati anak perempuannya, yang Oh Tuhan, langsung memandang Sara dengan kedua mata yang bersinar, bersinar karena ada air mata di mata anak perempuannya yang hampir tumpah atau bisa di katakana, air mata anak perempuannya berkaca-kaca saat ini.

Dengan gemetar, Sara mengambil lembut tubuh kecil bayinya. Mendekapnya penuh kasih dan kehangatan di depan dadanya saat ini.

“Hay, maaf sudah membuatmu main sendiri sedari tadi anakku,”sapa Sara gemetar. Wanita itu mendongak, tidak mau air mata yang sudah mengumpul banyak di matanya, menimpa wajah polos anaknya saat ini.

Anaknya yang terlihat sedih. Bahkan menahan tangisnya. Membuat Sara bingung saat ini. Apa iya, anak yang sudah ia lahirkan, sudah tidak berada dalam rahimnya lagi, akan merasakan perasaan sedih juga seperti yang ia rasakan saat ini?

Anak Untuk Suami SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang