ROSE Part 14

196 5 0
                                    

Malam itu setelah menyelesaikan pekerjaanku, aku menuju ke Ruangan Direktur dan kulihat ia masih duduk di kursi kebesarannya dengan mata tertutup. Mengapa ia masih belum pulang? Saat kuketuk pintu ia mempersilahkanku masuk.
"Ada apa?" Tanyanya.

"Saya ingin bertanya tentang kartu itu, kartu undangan Xavier." Ucapku gugup.

Jack membuka matanya sedikit menatapku lalu ia menutup mata lagi, "Apa yang ingin ditanyakan, itu hanya klub biasa."

Aku mengutuk diriku sendiri, ada apa dengan rasa penasaran ini? Abel sudah menceritakannya padaku dan mengapa aku bertanya lagi pada Jack! Direktur Rumah Sakit! "Maaf menggangu waktu Anda. Permisi." Ucapku malu dan hendak berjalan pergi.

"Apakah Jade tidak pernah menyentuhmu?"

Aku berbalik lagi, "Apa?"

"Maksudku, apakah kalian masih belum pernah bercinta? Melakukan seks?"

"Be... Belum, belum..." Jawabku malu-malu, kami pernah melakukannya tetapi di dalam mimpiku.

"Baiklah, kamu boleh pergi."

"Apa?"

"Aku hanya asal bertanya, kamu boleh pergi."

Aku mengenyitkan dahiku lalu keluar dari ruangannya dan kembali ke ruanganku. Saat membuka pintu aku terkejut, Jade duduk manis di kursiku. "Kamu darimana Rose?" Tanya pria itu.

Aku menutup pintu ruanganku dan menguncinya, "Aku dari tempat Jack."

"Apa yang kalian bicarakan?"

"Tidak, hanya soal pekerjaan." Jawabku dan kualihkan pandanganku dari Jade.

Jade tersenyum, "Kemarilah dan duduk di pangkuanku."

Aku berjalan pelan mendekatinya dan ia langsung menarikku untuk duduk di pahanya, kedua tangannya memeluk pinggangku. "Aku tahu kamu berbohong." Bisik Jade.

Aku memalingkan wajahku, "Aku tidak berbohong..."

"Baiklah, aku percaya katamu." Ucap Jade sambil mengelus rambutku.

Aku kembali menatap Jade, "Ada apa kemari?" Tanyaku.

"Tentu saja ingin melihatmu, apakah kamu mau menginap lagi dirumahku?"

"Tidak, aku akan tidur disana." Ucapku sambil menunjuk ruangan kecil tanpa pintu yang ada ranjang kecil.

Jade menarik tubuhku dan memelukku dengan erat, meskipun ia menjadi lebih baik kadang kala aku bisa merasa was-was terhadapnya. Aku menjauhkan wajahku tetapi tangannya meraih pipiku lalu mengusap bibirku. Aku menatap bibir tebal Jade yang berwarna kemerahan, mengapa tampak menggoda?

Pikiranku kembali melayang jauh karena tanpa sadar aku melumat bibirnya, sepertinya ia baru saja merokok karena aku bisa mencium aroma rokok juga mint dari mulutnya. Tangan Jade menekan kepalaku, entah mengapa aku merasa hanya aku yang menggerakkan lidahku didalam mulutnya sedangkan ia hanya diam saja. Aku menghentikan ciumanku dan menatapnya dengan mengerutkan kening.

"Mengapa kamu berhenti?" Tanya Jade.

Aku menundukkan kepalaku karena malu, "Kamu tidak membalasku..." Bisikku malu.

Jade meraih kedua pipiku agar aku menatapnya, "Aku takut aku tidak bisa berhenti saat aku membalas ciumanmu."

Aku mengusap bibirnya yang basah karena ulahku lalu aku berdiri, Jade juga ikut berdiri tetapi ia langsung menarik tanganku dan melumat bibirku. Lumatannya begitu lembut dan teratur hingga aku membalasnya, Jade menjauhkan kepalanya tiba-tiba,

"Kamu ingin kita melakukannya? Kamu ingin kita bercinta?" Tanya Jade. Aku menggelengkan kepala pelan karena aku memang belum siap melakukannya dengan Jade, aku takut ia berbuat kasar padaku saat kami melakukannya dan aku tidak bisa menahannya.

Xavier BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang