ROSE Part 11

237 4 0
                                    

PREVIOUSLY...

Aku berjalan mendekat dan kulihat ada butir-butir keringat di dahinya, mataku beralih ke dada telanjangnya dan teringat kembali dengan mimpi erotisku. Fokus Rose! Datang memeriksanya, memasang infus, memberi obat, lalu pulang, mudahkan? Aku meletakkan tas besar berisi peralatan di samping meja tempat tidur lalu membukanya. Aku mengambil peralatanku dan beralih menatapnya, apakah ia tidur? Mata Jade tiba-tiba terbuka dan aku tersentak karena terkejut, ia tersenyum lemah padaku.

"Saya akan memeriksa Anda sebentar." Ucapku gugup.

Jade mengangguk kepalanya dengan lemah dan aku melakukan tugasku. Apa ini? Ia tidak menolak sama sekali, rencanaku sempurna karena setelah memberi obat aku akan langsung pulang. Setelah memastikan infus berjalan normal aku beralih menatap Jade, pria itu tidak mengalihkan pandangannya dariku sejak ia membuka matanya tadi.

"Aku lapar..." Ucap Jade.

"Ya, saya akan memberitahu tunangan Anda saat keluar nanti." Ucapku sambil membereskan barang-barangku.

"Aku mau kamu menyuapiku."

Aku berhenti sejenak menatap wajah lemah itu, aku teringat lagi dulu saat mereka menyuntikkan obat penenang pada Jade dan keadaan Jade sama seperti sekarang ini. Aku mendesah pelan, baiklah setelah ia makan, minum obat, tidur, aku akan pulang.
"Tunggu sebentar." Ucapku akhirnya.

Aku membuka pintu kamar Jade dan menemui tunangan pria itu duduk termenung di ruang tamu, "Maaf..." Panggilku.

Wanita itu langsung beralih menatapku dan menghampiriku, "Dokter! Bagaimana keadaan Jade?" Tanyanya.

"Tidak apa-apa, Tuan Xavier hanya demam biasa dan akan sehat besok."

"Itu bagus" Ucap wanita itu dengan lemah.

Aku mengenyitkan dahiku, ia tidak terdengar senang dengan keadaan Jade, "Dan juga, Tuan Xavier bilang ia lapar. Apakah ada makanan di tengah malam ini?"

"Aku sudah menyuruh koki untuk memanaskan buburnya, sebentar!"

Aku kembali ke kamar Jade dengan membawa nampan makanan besar yang berisi semangkuk bubur dengan berbagai macam sayuran beserta buah-buahan. Saat masuk ke kamar, kulihat Jade kembali menutup matanya. Aku mengambil mangkuk bubur itu dan duduk di tepi ranjangnya, apakah tidak apa-apa kusuapi? Tunangannya ada di luar.

Jade membuka matanya dan tersenyum padaku, ia membuka mulutnya, aku menyuapinya dan sebelumnya sudah kutiup dulu agar lebih hangat. Mataku beralih ke tubuhnya yang telanjang, ada banyak bekas luka yang tampak sedikit memudar dan dadanya menjadi lebih bidang di bandingkan seperti terakhir kali aku melihatnya.

Ah!! Apa yang kamu pikirkan Rose! Dia itu Direktur mu! DIREKTUR! Aku menyadarkan diriku dan melihat Jade yang membuka mulutnya, aku menyuapinya lagi, ia tersenyum menatapku. "Kamu terlihat sedikit berisi." Ucap pria itu.

Aku tersenyum malu, disaat ia terlihat lebih seksi aku malah terlihat lebih melebar, "Ya... Begitulah." Ucapku.

"Panggil namaku."

"A, apa?"

"Aku ingin mendengarmu memanggilku."

"Tuan Xavier?" Panggilku sambil memiringkan sedikit kepala.

"Bukan, panggil aku Jade."

Aku memalingkan wajahku, aku sudah sangat berusaha keras untuk melupakannya, melupakan semuanya dan aku takut saat memanggil namanya aku akan teringat lagi kembali semua kenangan itu. Tidak! Dari awal sejak aku bertemu dengannya aku sudah kembali teringat dengan Jade bahkan mimpi erotis dengannya.

Xavier BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang