ROSE Part 18

158 4 0
                                    

Akhir minggu ini aku berniat mengunjungi Jade di rumahnya pada malam hari, kami berkencan tetapi aku sangat jarang melihat wajahnya dan hanya terus mendengar suaranya.

Malam itu aku mengunjungi Jade, pelayan rumah itu mengatakan Jade berada di kamarnya. Aku menuju ke kamar pria itu lalu membukanya perlahan. Aku berdiri diam dan seluruh tubuhku membeku di tempat menatap pemandangan di depanku.

Jade... bercinta... dengan dua wanita, satu wanita memunggungi Jade dan pria itu menghentakkan pinggulnya dengan keras ke bokong wanita itu. Satu wanita lagi memeluk Jade dari belakang dan menjilati punggung pria itu serta jari tangannya yang dimasukkan ke mulut Jade.

Mereka semua telanjang dan aku bisa mencium bau rokok, alkohol, serta keringat yang menyengat.
Apa yang terjadi? Ada apa dengan semua ini? Jade tidak melakukannya di pesta tetapi melakukannya disini? Mataku berkaca-kaca menahan air mataku. Jade melihatku, ia melihatku berdiri di pintu tetapi ia tidak menghentikan kegiatannya, bisa kulihat wajahnya memerah dan diliputi nafsu.

Seorang wanita yang juga bertelanjang datang dari samping lalu berdiri di depanku, tunggu! Bukan dua wanita tetapi tiga? Mereka benar-benar berpesta seks disini.

"Hai, ada apa? Kamu berniat untuk bergabung?" Tanya wanita itu. Ia menyerahkan sebuah minuman di gelas mewah padaku.
"Minumlah, ini akan membangkitkan sisi liarmu." Ucap wanita itu lalu tertawa.

Aku menatap Jade, pria yang diliputi nafsu itu menggelengkan kepalanya dan para wanita itu memasukkan penis Jade ke mulut mereka, bergantian. Aku menangis, kuambil gelas itu lalu aku siram ke wajah wanita di depanku, bukannya marah wanita itu malah tersenyum lebar. Aku menutup pintu kamar Jade dengan keras lalu berlari keluar dari tempat itu.

□□□□□□□□□□

Esok paginya, Jade datang ke apartemenku, aku menyambutnya dalam diam dan mata membengkak karena menangis semalaman. Ia hendak meraih tanganku tetapi aku langsung mundur. Wajahnya tampak gusar dan lelah, mungkin ia langsung menuju kemari setelah menyelesaikan kegiatannya dengan tiga wanita semalaman. Aku membiarkannya masuk, bukankah kami memang harus bicara?

Aku dan Jade duduk di sofa, pria itu bahkan tidak berani mendekatiku. Aku menekuk lututku dan memeluknya, menatap kosong ke lantai. Kami hanya diam selama beberapa menit.

"Apa yang kamu inginkan sekarang?" Tanya Jade, suara pria itu terdengar serak. "Aku minta maaf..." bisiknya.
Aku masih diam, tidak bisa memikirkan apapun sekarang dan air mataku jatuh lagi.

Jade mendesah keras, "kamu ingin kita putus?"

Aku beralih menatapnya, bagaimana bisa ia begitu mudah untuk mengucapkan kata 'putus'? Aku sendiri bahkan tidak pernah memikirkan kata itu.

"Aku mengerti perasaanmu, beristirahatlah dan jangan menangis untuk pria sepertiku." Ucap Jade sambil berdiri lalu keluar dari apartemenku.

Aku kembali menangis lagi dengan keras, kami putus sekarang, kami sudah selesai, benar-benar selesai...

□□□□□□□□□□

Satu tahun lebih kemudian...
Aku bekerja di sebuah klinik yang ada di pemukiman kecil dengan seorang perawat bernama Fred Foster, ia lebih lama menjadi perawat dibandingkan dengan lamanya aku sebagai dokter dan Fred pria yang ramah, ia mengingatkanku dengan Dean, teman sekolahku dulu.

Aku tidak pernah lagi berhubungan dengan keluarga Xavier, kejadian ini persis seperti saat aku lulus sekolah dan hanya fokus belajar. Sekarang aku lebih fokus untuk bekerja, menyelamatkan orang-orang sakit disini meskipun bayarannya tidak sebesar di rumah sakit mewah.

Hari ini aku terburu-buru, Abel, rekan kerjaku dulu di Rumah Sakit Xavier, akan menikah dan wanita itu mengundangku meski kami tidak bekerja bersama lagi. Aku melihat jam di dinding, sepertinya aku harus melewatkan bertemu dan berfoto dengan Abel. Saat tiba nanti mereka pasti sedang melangsungkan acara pemberkatan, apalagi jarak dari klinik ini ke kota cukup jauh.

Xavier BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang