13. Dinner

16 3 0
                                    

"Malam ini adalah hari yang menentukan apakah kamu menerimaku didalam kehidupanmu atau tidak? Apakah kamu sanggup menjalani semuanya berdua? Jika jawabannya Iya, Bismillah aku siap menuntunmu hingga ke jannahnya dengan genggaman tanganku yang selalu menyambut tanganmu di setiap harinya. "

Muhammad Azhar Aditya Pradana


☕☕

Sesampainya di hotel.

"Nanti ikut aku dinner ya," ajak Azhar kepada Eshal berbisik ke telinganya namun, tidak terlalu dekat.

Faizah dan Azalia pun mendengarnya, lalu Eshal terkejut dan berlari kembali ke kamarnya dulu diikuti oleh kedua sahabatnya itu.

"Ternyata Azhar sepertinya sosweet banget ya sama ustadzah teman satu kita ini, kalau nikah pasti bucin banget," ujar Faizah membayangkan mereka jika nanti menikah dan mempunyai keluarga bersama keponakannya yang lucu.

"Sadar Faizah, astaghfirullah," ucap Azalia menyadarkan Faizah dengan tangannya berada di depan wajah sahabatnya itu.

Eshal, perempuan itu berusaha menormalkan degup jantungnya, bagaimana bisa lelaki itu berbicara didepan kedua temannya? Dan berbicara seperti itu di telinganya.

"Bagaimana, kamu datang?" tanya Faizah penasaran, apakah sahabatnya ini mau datang atau tidak?

"Datang saja, siapa tau penting," tambah Azalia, tumben saja temannya ini mendukung Azhar.

"Bismillah saja ya," jawab Eshal dengan menganggukkan kepalanya.

☕☕☕

Malam harinya.

Perempuan itu mulai berjalan ke arah lelaki tampan yang berdiri di depan tepat meja dinner malam itu yang dihiasi bunga dan lilin.

Lelaki itu mendorong kursi agar perempuan itu duduk.

"Assalamu'alaikum, tumben datang sendirian?" tanya Azhar melihat sekelilingnya.

"Waalaikumussalam, bukankah kamu mengajak dinner? Jika aku mengajak kedua temanku bukan dinner tetapi, makan bersama," jawab Eshal mencoba untuk terlihat perasaannya baik-baik saja.

Azhar tersenyum melihat jawaban gadis itu yang sangat lucu di matanya.

"Aku ingin to the point saja, agar tidak semakin malam, biar kamu bisa istirahat," ujar Azhar memulai pembicaraan.

"Bismillah," gumam Azhar didalam hati.

"Aku ingin ta'aruf bersamamu, ingin menjadi seseorang alasanmu untuk selalu tersenyum, aku mengetahui bahwa malam ini adalah malam yang menentukan jawabannya dari doaku selama ini, jika iya izinkan aku menggengam tanganmu selalu hingga akhir hayatku menuju ke surga bersamamu," Azhar melanjutkan pembicaraannya dan langsung mengutarakan perasaannya walaupun, detak jantungnya berasa cepat sekali, dan ia ingin menghilang.

Eshal yang mendengar itu terkejut dan ia ingin berasa terbang ke langit angkasa yang dihiasi bintang-bintang sebagai saksi malam ini.

"Aku mengetahui bahwa kamu masih kuliah, aku mencari informasi di pasukanku kalau kamu berkuliah di Universitas Al Azhar, Mesir, maka dari itu aku masih menginginkan kamu menyelesaikan pendidikan kamu," lanjut Azhar berbicara sejujurnya bahwa ia mencari informasi semuanya tentang perempuan itu.

Matahari  Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang