25. Teringat

15 1 0
                                    

"Mengapa ketika takdir dan luka itu kembali rasanya tetap sama? Sama-sama menyakitkan seperti sebuah tangan kehilangan ibu jarinya. Anak panah yang kehilangan tombaknya dan seperti bayangan kegelapan menjadi semakin gelap dengan adanya teka-teki masa lalu yang menganga serta mengejar kembali ke dalam ingatan."

- Syabna Eshal Fakhirah

☕☕☕

"Humaira, tenang aja ya, ada habibi disini, sekarang mau kemana lagi hmm? Tidak papa, lain kali kesini lagi ya, sayang," ucap Azhar lalu membawa istrinya pergi dari sana, niatnya tadi hanya pergi di sekitar lain tetapi, melihat wajah istrinya itu terdiam dan terkejut, lebih baik ia menghiburnya.

"Aku akan cari siapa dia? Dia tidak akan lepas dari pencarianku, dia yang sudah membuat kamu seperti ini," gumam Azhar didalam hatinya.

Eshal hanya terdiam saja, ia mengingat perbuatan masa lalunya itu saat 3 tahun yang telah berlalu.

"Maaf umi, dan abi kedatangan saya kesini untuk memberikan informasi terkait hubungan saya dengan Eshal. Saya telah dijodohkan oleh keluarga saya dengan perempuan lain, jadi saya kesini berniat untuk membatalkan pernikahan kedepannya dengan Eshal." ucap lelaki tersebut sambil menundukkan kepalanya dan berpamitan untuk pergi.

Eshal dan keluarganya yang mendengar itu terkejut. Terlebih lagi hati Eshal yang kacau, dan hancur. Seseorang yang berjanji untuk menikahinya pergi begitu saja dengan perempuan lain apalagi tidak ada perjuangan tentang hubungan keduanya agar pernikahan tersebut tetap dilanjutkan.

Berhari-hari Eshal kesakitan, ia sering pingsan dan tidur di malam hari susah. Pada akhirnya ia konsultasi ke dokter hasilnya nihil hingga perempuan itu memutuskan dirinya untuk mengonsumsi obat tenang yang dicarinya lewat google. Kesedihan itu berlangsung sangat lama hingga ada sebuah kejutan yang bisa melupakan semuanya karena, Eshal lulus dan diterima di Universitas Al Azhar Mesir. Perlahan perempuan itu fokus dengan cita-citanya, kedua sahabatnya hingga bertemu dengan Azhar.

"Humaira, ada apa?" tanya Azhar khawatir karena, sedari tadi Eshal dipanggil tetap melamun dan termenung.

Azhar memiliki ide, dan pada akhirnya ia menggendong istrinya hingga ke tengah jalan untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya serta menaiki bus.

"Ya Allah, astaghfirullah," ucap perempuan itu akhirnya mengeluarkan suaranya, ia terkejut digendong oleh suaminya itu.

"Habibi, nanti aku jatuh, turunin," kata Eshal memukul punggung Azhar, kebiasaan dari suaminya seperti ini.

Azhar menurunkannya, lalu bertanya,"Sekarang kemana? Aku tidak mau humaira sedih, kalau perlu aku cari itu cowok."

"Astaghfirullah, jangan begitu, habibi, ya sudah kita ke tempat beli dondurma aja, setelah itu, baru ke toko buku, aku kangen kesana, boleh?" tanya Eshal mulai cerewet kembali dan tersenyum.

Azhar lega melihat senyuman mataharinya terbit lagi,"Ayo."

☕☕☕

☕☕☕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Matahari  Dalam Doa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang